Biologi

Struktur dan Peran Dubur dalam Defekasi dan Seksualitas

Written by Nandy

Struktur Dubur – Anus, dubur, atau lubang bokong (bahasa Latin: ānus) adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Dubur manusia terletak di bagian tengah bokong, bagian posterior dari peritoneum. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.

Anus berbentuk saluran dengan panjang 3,55 cm yang tersusun atas otot-otot dasar panggul dan dua sfingter (otot yang fungsinya seperti katup). Beberapa bagian anus terbentuk dari lapisan kulit. Bagian luar dubur dilapisi oleh kulit luar yang menyambung. Sementara itu, sebagian lagi tersusun dari usus besar.

Terdapat dua otot sphinkter anal (di sebelah dalam dan luar). Otot ini membantu menahan feses saat defekasi. Salah satu dari otot sphinkter merupakan otot polos yang bekerja tanpa perintah, sedangkan lainnya merupakan otot rangka. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus. Anus sering dianggap sebagai bagian yang tabu oleh berbagai kelompok masyarakat.

Struktur Dubur

Pembentukan anus di proto dan deuterostom (YassineMrabet/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported).

1. Kanalis Anal

Struktur dubur yang pertama adalah kanalis anal, yaitu saluran dengan panjang sekitar 4 cm yang dikelilingi oleh sfingter anus. Bagian atasnya dilapisi oleh mukosa glandular rektal. Fungsi kanalis anal adalah sebagai penghubung antara rektum dan bagian luar tubuh sehingga feses bisa dikeluarkan.

2. Rektum

Struktur dubur yang kedua adalah anus dan rektum adalah dua bagian yang berbeda, tapi keduanya memang terletak berdekatan. Rektum adalah sebuah ruangan dengan panjang sekitar 12 sampai 15 cm yang berada di antara ujung usus besar (setelah kolon sigmoid/turun) dan berakhir di anus.

Fungsi rektum adalah menyimpan feses untuk sementara waktu, memberitahu otak untuk segera buang air besar, dan membantu mendorong feses sewaktu buang air besar. Ketika rektum penuh dengan feses, rektum akan mengembang dan sistem saraf akan mengirim impuls (rangsangan) otak sehingga timbul keinginan untuk buang air besar.

Ada tiga struktur utama di rektum, yaitu:

  • Fleksura sakralis, yaitu lekukan cekung yang mengikuti tulang ekor dan tulang sakrum atau tulang berbentuk segitiga di belakang panggul.
  • Fleksura anorektal, yaitu bagian cembung yang terbentuk dari otot puborektalis dan berperan saat mengontrol pengeluaran dubur.
  • Ampula, yaitu bagian akhir rektum yang tersambung di bagian pangkal dubur.

Anus berfungsi mengeluarkan feses, sedangkan rektum menerima feses dari usus besar dan bisa menampungnya sesaat. Rektum juga memberikan sinyal kepada anus bahwa ada feses yang harus keluarkan atau harus tertahan sampai kondisi memungkinkan untuk buang air besar.

Saat kotoran atau gas masuk ke rektum, sensor tubuh pun mengirim pesan ke otak. Nantinya, otak akan memutuskan waktu kotoran atau gas bisa segera keluar. Jika gas atau kotoran bisa keluar, sfingter akan mengendur dan rektum berkontraksi. Sebaliknya, jika gas dan feses tidak bisa keluar, sfingter akan mengencang dan rektum akan menyesuaikan sehingga rasa ingin buang air besar hilang sesaat.

3. Sfingter Anal Internal

Struktur dubur yang ketiga adalah sfingter anal internal adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan keliling 2,5 sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter anal eksternal, meskipun letaknya cukup terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm. Fungsi sfingter anal internal adalah untuk mengatur pengeluaran feses saat buang air besar.

4. Sfingter Anal Eksternal

Struktur dubur yang keempat adalah sfingter anal eksternal adalah serat otot lurik berbentuk elips dan melekat pada bagian dinding anus. Panjangnya sekitar 8 sampai 10 cm. Fungsi sfingter anal eksternal adalah untuk membuka dan menutup kanalis anal.

5. Garis Pectinate

Struktur dubur yang kelima adalah garis pectinate adalah garis yang membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan bagian sepertiga (bawah) anus. Fungsi garis ini sangatlah penting karena bagian atas dan bawahnya memiliki banyak perbedaan, misalnya jika wasir terjadi di atas garis pectinate, jenis wasir tersebut disebut wasir internal yang tidak menyakitkan, sedangkan jika di bawah disebut wasir eksternal dan menyakitkan. Asal embriologinya juga berbeda, bagian atas dari endoderm, sedangkan bagian bawah dari ektoderm.

6. Kolom Anal

Struktur dubur yang terakhir adalah kolom anal adalah sejumlah lipatan vertikal yang diproduksi oleh selaput lendir dan jaringan otot di bagian atas anus. Fungsi kolom anal adalah sebagai pembatas dinding anus.

Peran Dubur

1. Peran dalam Defekasi

Penjelasan mekanisme usus saat buang air besar (Boumphreyfr/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported).

Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot di dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh.

Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat, tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air di tinja kembali diserap dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara itu, jika ada infeksi bakteri atau virus di usus, usus secara refleks akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer, sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.

Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter di anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.

Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi.

Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar (contohnya buang air besar saat melakukan proses persalinan). Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera di otot sphinkter anus), radang, penyerapan air di usus besar yang kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor fatal dan saraf).

Pada dasarnya, frekuensi buang air besar setiap orang bervariasi. Meski begitu, ada masanya ketika orang yang biasanya buang air besar hanya tiga hari sekali pun tidak mampu mengeluarkan setelah empat atau lima hari, bahkan seminggu atau yang biasanya buang air besar tiap hari tidak mampu mengeluarkan feses setelah lebih dari dua hari.

Posisi dan perilaku saat buang air besar tergantung dari masing-masing kebudayaan yang berlaku atau kebiasaan masing-masing orang. Beberapa orang yang berada di daerah seperti Asia Timur, perdesaan Timur Tengah, dan beberapa daerah di Eropa Selatan terbiasa melakukannya dengan posisi jongkok. Sementara itu, kebanyakan orang dunia Barat melakukannya dengan posisi duduk.

Pada beberapa kebudayaan, setelah membuang air besar, bagian anus dan bokong dibersihkan dengan kertas toilet atau kertas tisu, dan mungkin bahan lainnya seperti dedaunan. Ada pula yang membersihkannya dengan basuhan air.

2. Peran dalam Seksualitas

Selama masa pubertas, hormon testosteron memberikan dampaknya ke beberapa bagian tubuh pria (sekitar 13-14 tahun), seperti tumbuhnya rambut pubis di sekitar anus. Rambut pubis akan tumbuh mengelilingi anus pada remaja berusia 18 tahun.

Anus memiliki banyak badan akhir saraf dan merupakan daerah yang peka. Teori Sigmund Freud mengenai perkembangan psikoseksual menyebutkan jika tingkat anal sebagai salah satu tingkatan perkembangan. Freud menyebutkan hipotesisnya bahwa anak balita dapat merasakan kenikmatan seksual saat membuang feses.

Seks anal dapat saja memberikan rangsangan bagi pasangan yang saling berhubungan (mengingat banyak badan akhir saraf di anus). Bagi wanita, kenikmatan seks anal diperkirakan berasal dari hubungan rektum dan vagina yang dekat secara anatomis. Bagi pria, daya cengkeram dari anus disebutkan sebagai salah satu faktor kenikmatan seks anal.

Seks anal, kadang-kadang disebut sodomi, adalah aktivitas seksual yang ditabukan oleh sebagian masyarakat. Perlakuan sodomi di Indonesia merupakan perbuatan kriminal dan dikenai sanksi hukum. Sodomi adalah istilah hukum yang digunakan dalam untuk merujuk kepada tindakan seks “tidak alami”, yang bergantung kepada yuridiksinya dapat terdiri atas seks oral atau seks anal atau semua bentuk pertemuan organ non-kelamin dengan alat kelamin, baik dilakukan secara heteroseksual, homoseksual, atau antara manusia dan hewan. Beberapa hewan juga melakukan seks anal.

Seks anal adalah tindakan seks yang melibatkan masuknya penis ke dalam anus pasangan seksual. Istilah ini juga dapat mencakup tindakan seksual lainnya yang melibatkan anus, termasuk pegging, anilingus (seks anal–oral), main jari, dan memasukkan objek.

Kesalahpahaman yang umum menggambarkan seks anal seperti yang dilakukan hampir secara eksklusif oleh laki-laki gay. Kesalahpahaman ini terhalau oleh para peneliti, karena tidak semua pria gay terlibat dalam seks anal, dan seks anal tidak jarang di antara hubungan heteroseksual. Jenis seks anal juga dapat dilakukan sebagai bagian dari praktik-praktik seksual lesbian.

Banyak orang menemukan kenikmatan seks dari anus, dan beberapa di antaranya dapat mencapai orgasme melalui stimulasi dari prostat pada pria, dan klitoris dan stimulasi kaki G-Spot pada wanita. Namun, banyak orang merasa menyakitkan juga, dalam beberapa kasus yang mungkin dikarenakan faktor psikologis.

Seperti kebanyakan bentuk interaksi seksual, individu berisiko untuk tertular penyakit menular seksual, dan dengan demikian praktik seks yang aman disarankan. Seks anal dianggap sebagai praktik seksual berisiko tinggi, dan seks anal tanpa kondom paling berisiko dari semua bentuk hubungan seksual karena kerentanan rektum dan jaringan sfingter.

Hal ini juga kontroversial di beberapa tradisi agama, sering karena larangan terhadap homoseksualitas dan/atau ajaran tentang tujuan prokreasi dari seks. Namun, sepertinya sikap terhadap seksualitas telah berubah dalam beberapa tahun terakhir, kelompok keagamaan, khususnya di Yudaisme Euroamerika dan Kristen, telah menjadi lebih menerima seks non-prokreatif.

Seks anal memiliki dua risiko utama, yaitu infeksi akibat banyaknya mikroorganisme berbahaya yang tidak ditemukan di bagian tubuh lainnya serta luka di anus dan rektum karena kerentanannya. Penetrasi anal tanpa pengaman (bareback atau tanpa kondom), berisiko lebih tinggi untuk menularkan penyakit menular seksual (PMS, sexually transmitted infections, STI/STD) karena sfingter anus cenderung halus dan rentan terhadap luka yang dapat menjadi pintu masuk bagi kuman.

Penggunaan kondom, lubrikan yang lebih dari cukup untuk menghindari luka, serta perilaku seks yang aman dapat mengurangi risiko penularan PMS. Kondom pun juga masih dapat bocor atau lepas saat seks anal. Sempitnya sfingter anal juga dapat membuat kondom lebih mudah rusak.

Kesehatan Dubur

Kebersihan adalah faktor yang penting untuk kesehatan di sekitar anus. Membasuhnya dengan sabun dan air akan membuat anus tetap dalam keadaan bersih. Sabun yang keras atau membersihkan dengan kertas tisu toilet yang kasar dapat membuat iritasi kulit di sekitar atus dan dapat membuat rasa gatal.

Penetrasi anus dengan penis atau benda lainnya dapat membuat iritasi di bagian dalam anus. Hal ini dapat dicegah dengan lubrikasi. Cedera pada otot sphinkter dapat mengganggu kontrol terhadap defekasi.

Kalian sebaiknya terus menjaga fungsi anus dan rektum harus agar proses buang air besar tetap lancar. Berikut ini cara menjaga kesehatan anus dan rektum yang bisa kalian ikuti.

  • Minum air putih dan konsumsi serat yang cukup agar terhindar dari sembelit.
  • Bersihkan area dubur dengan air dan gosok perlahan agar tidak terluka.
  • Hindari makanan dan minuman penyebab susah buang air besar.
  • Cuci tangan dan jaga kebersihan asupan agar terhindar dari diare.
  • Hindari duduk di kloset terlalu lama.
  • Dapatkan vaksinasi hepatitis A, hepatitis B, dan HPV.
  • Gunakan pakaian dalam dengan bahan katun.

Banyak yang menganggap anus dan rektum adalah bagian yang sama, padahal keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Meski demikian, anus dan rektum berperan penting untuk mengeluarkan kotoran. Untuk itu, selalu jaga kesehatan pencernaan kalian agar mengurangi risiko penyakit yang mengganggu rektum dan anus.

Penyakit yang Bisa Menyerang Anus dan Rektum

Fungsi anus dan rektum tentu akan bermasalah bila mengalami beberapa penyakit. Pada kasus yang cukup parah, keduanya bisa mengalami kanker anus dan kanker kolorektal.

Inilah penyakit yang kerap muncul pada dubur dan rektum.

1. Ambeien

Ambeien atau wasir adalah salah satu penyebab gangguan fungsi anus dan rektum yang kerap muncul. Wasir muncul akibat peradangan dan pembengkakan pembuluh darah pada anus dan rektum bagian bawah. Ambeien bisa muncul dari dalam rektum atau di bagian bawah kulit luar anus.

2. Prolaps Rektum

Prolaps rektum adalah dinding rektum yang keluar dari tempat seharusnya. Dalam kondisi yang lebih parah, rektum bahkan keluar dari saluran dubur. Melansir buku yang terbit di National Center for Biotechnology Information, kondisi ini bisa muncul akibat meningkatnya gerakan usus, tekanan berlebih di perut, hingga kondisi bawaan lahir.

3. Fisura Ani

Fisura ani adalah robekan pada jaringan mukosa yang melapisi anus. Robekan ini biasanya muncul saat buang air besar terlalu keras atau besar. Hal ini menyebabkan buang air berdarah.

4. Abses Perirektal dan Perianal

Abses perirektal dan abses perianal adalah gangguan yang menyebabkan timbulnya kumpulan nanah di daerah rektum dan anus. Kondisi ini muncul akibat penyumbatan kelenjar di anus. Jadi, bakteri pun berkumpul dan menyebabkan peradangan di area rektum dan anus.

5. Fistula Ani

Fistula ani adalah munculnya saluran kecil di antara ujung usus dan kulit di dekat anus. Kondisi ini muncul akibat infeksi di dekat anus yang menimbulkan nanah. Ketika nanah sudah menghilang, biasanya muncul saluran kecil.

6. Inkontinensia Alvi

Penderita inkontinensia alvi tidak bisa mengontrol kapan feses keluar atau menahannya, termasuk saat tidur. Beberapa kondisi yang memicu inkontinensia alvi adalah trauma punggung, gangguan sfingter, operasi dubur atau rektum, multiple sklerosis, dan diabetes.

About the author

Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya