Cara Pencegahan Flek Paru-Paru—Halo Sobat Grameds, apakah kalian tahu terkait penyakit flek paru-paru? Flek paru-paru atau lebih dikenal dengan nama tuberkulosis (TB) adalah jenis penyakit yang risikonya dapat meningkat dikarenakan kebiasaan merokok.
Seperti diketahui bersama, aktif merokok memang menjadi salah satu penyebab kemunculan berbagai penyakit, khususnya yang berhubungan dengan paru-paru. Selain rokok, ternyata ada berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko kemunculan tuberkulosis.
Secara umum, tuberkulosis diakibatkan oleh infeksi kuman bernama Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut dapat menular melalui udara, misalnya percikan ludah pengidapnya ketika bersin, batuk, dan berbicara. Namun demikian, penularan kuman yang menyebabkan tuberkulosis hanya terjadi setelah melalui kontak yang cukup lama dan dekat.
Lantas, apa saja berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit tuberkulosis? Simak dan ketahui jawabannya di dalam artikel kali ini, yang akan mengupas mengenai faktor penyebab tuberkulosis beserta cara pencegahannya.
Daftar Isi
Faktor Risiko Flek Paru-paru yang Harus Diwaspadai
Tuberkulosis merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Risiko penyakit tersebut meningkat terhadap seseorang yang mempunyai kontak dengan orang yang telah terinfeksi dalam jangka waktu panjang, misalnya anggota keluarga dan anaknya yang tinggal di tempat sama.
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit tuberkulosis, yaitu:
1. Perokok Aktif
Seseorang yang aktif merokok dikatakan mempunyai risiko lebih besar mengalami masalah paru-paru. Kebiasaan tersebut juga meningkatkan risiko tuberkulosis lebih besar, bahkan berujung kehilangan nyawa. Namun demikian, penularan tuberkulosis tidak semudah virus yang menyebabkan flu.
2. Imun Lemah
Salah satu faktor lain yang menyebaban penyakit tuberkulosis mudah menginfeksi seseorang adalah sistem kekebalan tubuh atau imun yang lemah. Hal tersebut menyebabkan tubuh tidak cukup kuat untuk melawan maupun mencegah infeksi bakteri.
Alhasil, infeksi dapat terjadi dan berkembang menjadi sebuah penyakit, salah satunya adalah tuberkulosis. Ada beberapa orang yang mempunyai sistem imun yang lemah, di antaranya adalah pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), diabetes, kanker, ginjal, kemoterapi, dan malnutrisi.
3. Mengonsumsi Alkohol
Selain aktif merokok, seseorang yang berlebihan mengonsumsi alkohol juga mempunyai risiko yang lebih tinggi mengalami penyakit tuberkulosis. Selain itu, mengonsumsi alkohol secara berlebihan juga dapat memicu risiko berbagai penyakit lain yang menyerang.
4. Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga dapat meningkatkan risiko penyakit tuberkulosis. Gangguan paru-paru seperti halnya tuberkulosis lebih rentan terjadi kepada seseorang yang tinggal di lingkungan padat penduduk. Kebersihan lingkungan yang tidak terjaga dengan baik juga dapat meningkatkan risiko penyakit tersebut. Tinggal berdekatan dengan seseorang yang mengidap tuberkulosis menyebakan bakteri menyebar lebih mudah.
5. Pekerjaan
Risiko penyakit tuberkulosis juga lebih besar terhadap seseorang yang mempunyai pekerjaan tertentu. Petugas kesehatan yang sering kali melakukan kontak langsung dan berhubungan dengan para pengidap tuberkulosis mempunyai risiko lebih tinggi tertular.
6. Anak-anak dan Lansia
Penyakit tuberkulosis sebenarnya dapat menyerang siapa pun, tetapi ada beberapa kelompok umur yang lebih rentan, yaitu anak-anak dan lansia.
Gejala Flek Paru-paru
(Sumber foto: www.pexels.com)
Sebenarnya, tubuh seseorang akan berusaha melawan semua jenis benda asing, termasuk bakteri yang menyebabkan tuberkulosis. Beberapa orang yang memiliki kekebalan tubuh yang kuat akan mencegah kemunculan gejala infeksi bakteri tuberkulosis.
Beberapa gejala dari infeksi bakteri tuberkulosis, yaitu:
- Batuk parah yang terjadi selama lebih dari dua minggu.
- Batuk yang disertai dengan dahak atau darah.
- Nyeri dada ketika bernapas.
- Sesak napas.
- Malaise.
- Penurunan berat badan yang signifikan.
- Kelelahan.
- Demam.
- Berkeringat pada malam hari.
- Menggigil.
- Nafsu makan menurun.
Berbagai gejala itu memang hampir menyerupai gejala penyakit lain. Inilah yang menyebabkan kalian harus mengonsultasikan kepada dokter lebih lanjut jika mengalami gejala tuberkulosis, terutama jika kalian lebih rentan terinfeksi penyakit tersebut.
Penyakit tuberkulosis yang dapat didiagnosis sejak awal relatif lebih mudah diobati dan tidak menyebabkan komplikasi.
Pemeriksaan dan Pengobatan Flek Paru-paru
Jika kalian mengalami gejala tuberkulosis, segera periksakan diri ke klinik atau dokter terdekat untuk menjalani pemeriksaan, baik berupa pemeriksaan sampel dahak maupun pemeriksaan cepat molekuler. Dokter nantinya akan memberikan diagnosis tuberkulosis menurut hasil pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) minimal dari satu sampel.
Jika kalian terdiagnosis positif mengalami tuberkulosis, dokter akan memberikan obat antituberkulosis yang wajib dikonsumsi selama jangka waktu tertentu.
Selain mengobati, pengobatan tuberkulosis juga mempunyai beberapa tujuan penting lainnya, yaitu:
- Mempertahankan kualitas hidup pasiennya.
- Mencegah kematian yang diakibatkan oleh tuberkulosis maupun efek kelanjutannya.
- Mencegah kambuhnya tuberkulosis.
- Mencegah penularan penyakit ke orang lain.
- Mencegah perkembangan dan penularan resisten obat.
Obat antituberkulosis yang diberikan oleh dokter minimal mengandung empat macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi. Obat-obat tersebut antara lain:
- Ethambutol.
- Isoniazid.
- Pyrazinamide.
- Rifampicin.
- Streptomycin.
Sementara itu, pengobatan tuberkulosis dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan lanjutan.
Pengobatan tahap awal diberikan kepada pasien selama dua bulan pertama untuk mengurangi jumlah bakteri yang menyebabkan tuberkulosis di dalam tubuh. Jika obat yang diberikan diminum secara teratur selama dua minggu pertama, potensi dari penularan penyakit tuberkulosis menjadi lebih rendah.
Sementara itu, pengobatan lanjutan diberikan kepada pasien untuk membunuh sisa-sisa bakteri yang menyebabkan tuberkulosis, sehingga pasien nantinya dapat pulih dan terhindar dari kekambuhan. Pengobatan tahap lanjutan tersebut diberikan selama empat bulan.
Perlu diingat juga jika seseorang yang mengonsumsi obat antituberkulosis ini harus sesuai dengan petunjuk dokter. Jika penderitanya tidak meminum seperti yang telah diresepkan, nantinya infeksi akan lebih sulit diobati. Hal tersebut dikarenakan bakteri berubah menjadi resisten terhadap pengobatan.
Sama halnya dengan pengobatan lain, obat antituberkulosis juga menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping dari pengobatan tuberkulosis adalah gatal-gatal, ruam kulit, mual, sakit perut, penyakit kuning, dan urine berwarna merah.
Tuberkulosis yang tidak memperoleh pengobatan sejak dini mengakibatkan kerusakan paru-paru secara permanen dan bermacam-macam komplikasi lainnya, misalnya meningitis, gangguan hati, gangguan ginjal, gangguan jantung, dan kerusakan tulang belakang.
Segera konsultasikanlah ke dokter klinik atau dokter terdekat jika kalian mengalami gejala tuberkulosis untuk memperoleh pemeriksaan maupun pengobatan yang tepat.
Flek Paru-paru dan Tuberkolosis, Sama atau Berbeda?
Salah satu pertanyaan yang sering diutarakan oleh banyak orang, yaitu “apakah flek paru-paru sama dengan tuberkulosis?“, mengingat penyakit tersebut sering kali terjadi di lingkungan masyarakat Indonesia.
Mengutip situs resmi dari P2P Kementerian Kesehatan RI, Global TB Report 2021 memperkirakan jika setidaknya ada 824.000 kasus tuberkulosis di Indonesia. Ini berarti tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang banyak diderita oleh penduduk Indonesia.
Sekarang yang menjadi pertanyaannya, “apakah flek paru-paru itu sama dengan tuberkulosis?” Jawabannya, iya memang sama. Elsinda Eka Sari menjelaskan di situs Sehatq, jika flek paru-paru hanyalah sebutan lain untuk penyakit tuberkulosis (TBC).
Secara medis, tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paru-paru yang diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya memang menyerang organ paru-paru, tetapi tetap tidak menutup kemungkinan juga dapat menyerang organ lainnya seperti kulit, tulang, otak, kelenjar, dan lain sebagainya.
Melansir pernyataan dari laman Healthline, Alana Biggers dan Rachel Nall meninjau secara medis jika tuberkulosis merupakan penyakit yang sangat menular, khususnya paru-paru. Sebagai salah satu infeksi penyakit yang mudah menular, tidak mengherankan jika angka kematian yang diakibatkan oleh tuberkulosis sangat tinggi di dunia.
Berdasarkan catatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit tuberkulosis pada 2020. Tuberkulosis juga menjadi penyebab kematian tertinggi ke-13 secara global. Saat ini, penyakit tersebut menjadi penyebab kematian menular terbesar kedua setelah Covid-19.
Penularannya pun relatif mudah, salah satunya dari seseorang yang tertular oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga tidak memperlihatkan gejala apa pun. Keadaan tersebut lebih dikenal dengan nama tuberkulosis laten. Tuberkulosis dapat tetap tidak aktif hingga bertahun-tahun, sebelum akhirnya hidup dan berkembang menjadi penyakit tuberkulosis aktif.
Catatan:
Informasi yang ada di dalam artikel ini bukanlah resep atau nasihat medis. Artikel ini hanya memberikan informasi dasar mengenai topik kesehatan, bukan untuk diagnosis diri dan tidak dapat menggantikan diagnosis medis.
Itulah artikel terkait “Cara Pencegahan Flek Paru-Paru” yang dapat kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.
Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!
Rujukan
- “Flek Paru-Paru, Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya”. Alodokter. Diakses pada 6 Juli 2023.
- “Flek Paru-Paru: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya”. SehatQ. Diakses pada 6 Juli 2023.
- “Hati-Hati, Gejala Flek Paru pada Anak Beda dengan Orang Dewasa”. Klik Dokter. Diakses pada 6 Juli 2023.
- “Lima Gejala Anda Terkena Flek Paru”. Klik Dokter. Diakses pada 6 Juli 2023.
- “Selain Rokok, Ini 5 Penyebab Flek Paru-Paru”. Halodoc. Diakses pada 6 Juli 2023.
Rekomendasi Buku dan E-Book Terkait
Berikut adalah beberapa rekomendasi buku dan e-book terkait:
1. Terapi untuk Anak Asma
Asma yang sering kambuh akan mengganggu aktivitas anak. Para orang tua lantas akan melarang anaknya untuk berolahraga atau kegiatan-kegiatan lainnya karena takut asmanya kambuh. Anak lantas hanya memiliki gerak yang sangat terbatas, yang justru dapat mengganggu tumbuh kembang anak dengan normal.
Para dokter adalah orang yang tepat untuk menolong dan membantu anak ketika asmanya datang. Namun, sebagai orang tua, kita juga harus tahu caranya menolong anak ketika terjadi serangan dan menghindari terjadinya serangan asma itu.
Bagaimana caranya menolong sang anak tersayang? Tindakan apa yang harus dilakukan untuk membantu meringankan beban yang dihadapinya? Bagaimana sebaiknya menjaga anak agar dapat hidup dengan normal dan tingkat kambuh asmanya berkurang? Berbagai pertanyaan itulah yang berusaha dijawab di dalam buku ini.
2. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru
Buku Saku Ilmu Penyakit Paru ditujukan bagi dokter umum yang bertugas di seluruh daerah pelosok Indonesia, baik sebagai buku pengangan maupun buku panduan. Buku ini juga ditujukan kepada mahasiswa kedokteran untuk menambah khazanah kepustakaan mereka. Buku tersebut berisi bab mengenai anamnesis dan pemeriksaan jasmani terhadap penyakit paru-paru, infeksi paru-paru, asma dan pneumonitis, pleura, dan kanker bronkus atau kanker paru.
Banyak perubahan yang ada di dalam buku edisi ketiga ini, seperti halnya bab 11 mengenai bronkitis kronis dipecah menjadi dua bab, sedangkan bab enam yang mengulas topik mengenai pneumonia diperkaya dengan subbab terapi.
3. Tuberkulosis Bisa Disembuhkan!
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jika saat ini di Indonesia terdapat satu juta kasus tuberkolusis (TB) baru per tahun. Berdasarkan angka itu, sebanyak 120.000 (12%) penduduk adalah penderita yang pernah mendapatkan perawatan, tetapi tidak tuntas. Sementara itu, sebanyak 900.000 (90%) menyerang paru-paru.
Menurut data tersebut, jumlah penderita TB di Indonesia menempati urutan kedua terbanyak setelah India. Ini menjadi alarm bagi kita semua. Terlebih, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti-TB (multidrug resistance) semakin merebak karena banyak penderita tidak berobat dengan tuntas.
Penyakit TB tidak hanya menyerang kaum bawah. Banyak tokoh terkenal juga terjangkit penyakit ini. Sebagai contoh, komponis besar Frédéric Chopin dari Polandia dan Jenderal Besar Soedirman. Chopin meninggal karena TB pada 1849 saat berusia 39 tahun, sedangkan Soedirman meninggal pada 1950 saat berusia 34 tahun.
Disajikan dalam bentuk tanya-jawab, buku ini menguraikan selayang pandang tentang penyakit TB. Dipaparkan pula pengalaman RS St. Carolus Jakarta dalam menangani TB; suatu kisah yang menarik disimak. Selain pembaca awam, buku ini patut dibaca oleh kalangan medis, baik dari swasta maupun pemerintah.
4. Diabetes Mellitus dan Infeksi Tuberkulosis: Diagnosis dan Pendekatan Terapi
Diabetes melitus (DM) sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Penyebab insufisiensi fungsi insulin, yaitu gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin.
Tuberkolosis (TB) paru merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. Tuberculosis) yang menyerang jaringan parenkim paru. Buku Diabetes Melitus dan Infeksi Tuberkulosis: Diagnosis dan Pendekatan Terapi ini memberikan informasi tentang imunologi dan mekanisme risiko infeksi tuberkulosis pada pasien diabetes mellitus.
Informasi ini diharapkan dapat memberikan masukan dan ide untuk pengembangan literasi kesehatan bagi pasien diabetes melitus. Selain itu, buku ini juga memberikan informasi tentang mekanisme kegagalan terapi tuberkulosis dan target pengembangan terapi dengan pendekatan imunofarmakologi.
Buku ini akan sangat bermanfaat untuk memberikan informasi kepada para peneliti muda, mahasiswa, dokter tenaga kesehatan, dan para pemerhati diabetes mellitus. Dengan adanya buku ini diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan maupun mahasiswa dalam mempelajari dari penyakit ini. Segera beli buku ini di Gramedia.com!
Penulis: Fandy Aprianto.
- Adrenalin
- Amandel
- Bipolar
- CHF
- Ciri-Ciri Lambung Stres
- Contoh Rencana Masa Depan
- Penyakit Kronis Adalah
- Eritrosit Rendah
- Facial Wash
- Fase Luteal
- Flek Paru-paru
- Fungsi Ginjal
- Fungsi Oviduk
- Gejala Sipilis pada Pria
- Heartburn
- Imunisasi IPD
- Karbohidrat
- Kandungan SGOT SGPT
- Lempeng Epifisis
- Lipoma
- Lordosis
- Makanan dan Minuman Pantangan Asam Lambung
- Pendarahan Implantasi
- Papiloma
- Prevalensi
- Rumus Tetesan Infus
- Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)
- Ruangan ICU
- Tanda Miom Keluar
- Tanda Miom Keluar
- Sanitasi
- STEMI
- Ureum