Sosial Budaya

Prasangka: Pengertian, Faktor, Aspek, dan Contoh

prsangka adalah
Written by Umam

Pengertian Prasangka – Masyarakat Indonesia sudah sangat dengan keberagamannya, bahkan keberagaman itu sudah ada di sekitar kita. Dengan kata lain, kita sebagai masyarakat Indonesia sudah hidup berdampingan dengan keberagaman, seperti agama, budaya, suku, ras, dan bangsa. Oleh karena itu, secara tidak langsung kita sudah diajak untuk memahami sekaligus menjalani kehidupan yang penuh kedamaian. Dengan begitu, persatuan dan kesatuan akan tetap terus terjaga.

Adanya keberagaman di Indonesia juga memiliki risiko akan terjadinya sebuah konflik sosial yang dapat merusak persatuan dan kesatuan. Untuk membuat hal itu terjadi memang sangat tidak mudah karena kita harus saling mengerti dan memahami hakikat dari suku bangsa, golongan, dan agama, sehingga tidak memunculkan adanya ketidakpahaman antar indvidu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.

Jika ketidakpahaman itu terus dibiarkan, maka kemungkinan besar akan muncul juga prasangka yang ada di lingkungan sosial. Prasangka ini bisa menyebabkan seseorang memiliki pandangan buruk terhadap suatu hal, sehingga tak menutup kemungkinan akan muncul streotip dan diskriminasi.

Dari pemikiran seperti itulah, persatuan dan kesatuan yang telah lama dimiliki oleh Indonesia bisa saja mulai luntur. Lalu, apa yang dimaksud dengan prasangka? Pada artkel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang pengertian prasangka, faktor penyebab prasangka muncul, aspek, dan contoh prasangka. Jadi, simak ulasan ini sampai habis, Grameds.

Pengertian Prasangka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prasangka adalah pendapat atau sikap yang berlandaskan emosi sehingga tidak terbuka terhadap alasan yang berlawanan dengan apa yang diyakini. Selain itu, prasangka juga dapat diartikan sebagai suatu sikap dalam mengambil sebuah keputusan tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga bisa menyebabkan kesalahpahaman.

Kata “prasangka” itu sendiri pertama diperkenalkan oleh seseorang yang bernama Gordon Allport. Adapun kata “prasangka” diambil dari kata praejuducium yang artinya adalah suatu pernyataan atau sebuah kesimpulan yang berdasarkan dari pengalaman atau perasaan yang cukup dangkal terhadap individu lain atau kelompok lainnya.

Meskipun begitu, bentuk dari prasangka itu sendiri bukan hanya berupa pendapat saja, tetapi juga bisa berarti sebagai perilaku, emosi, atau sikap negatif terhadap individu atau kelompok tertentu. Dikarenakan prasangka bernilai negatif, perilaku, sikap, atau pendapat ini jika dibiarkan begitu saja akan memunculkan suatu permusuhan, tindakan diskriminatif, bahkan bisa memunculkan suatu konflik yang dapat merusak persatuan dan kesatuan.

Prasangka memang sangat melekat dengan kehidupan sosial yang kita jalani, sehingga tak sedikit orang yang menyebut prasangka sebagai prasangka sosial. Meskipun sering ada di sekitar kita, tetapi sebisa mungkin untuk mencegahnya agar permusuhan pun dapat terhindarkan.

Pengertian Prasangka Menurut Para Ahli

Beberapa ahli juga mengungkapkan apa yang dimaksud dengan prasangka, dianataranya:

1. Kartono

Menurut Kartono, prasangka adalah suatu penilaian yang terlalu terburu-buru, berdasarkan generalisasi yang terlalu cepat, serta sifatnya berat sebelah, dan diikuti dengan tindakan yang langsung menyederhanakan sebuah realitas.

2. David O. Sears dan Kawan-Kawan

David O. Sears dan kawan-kawan mengatakan bahwa prasangka sosial adalah suatu penilaian terhadap individu atau kelompok yang terutama didasari oada keanggoataan dari kelompok tersebut. Dengan kata lain, prasangka sosial ini ditujukan langsung kepada kelompok dan individu yang berbeda dengan dirinya atau kelompoknya.

3. Papalia dan Sally

Papalia dan Sally mengatakan bahwa prasangka adalah sebuah sikap dan perilaku negatif yang ditujukan kepada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa dibarengi dengan alasan yang mendasar dari pribadi atau individu tersebut.

4. Brehm dan Kassin

Menurut Brehm dan Kassin, prasangka sosial adalah sebuah perasaan negatif terhadap seseorang yang semata-semata hanya berdasar pada keanggotaan mereka dalam sebuah kelompok tertentu.

Setelah mengetahui pengertian prasangka, maka pembahasan selanjutnya adalah faktor-faktor penyebab prasangka itu muncul.

Prasangka ini bisa datang dari yang namanya kesalahpahaman yang bisa terjadi bukan hanya pada orang saja, tetapi juga pada agama, salah satunya agama Islam. Penulis M. Quraish Shihab lewat bukunya yang berjudul “Islam Yang Disalah Pahami Menepis Prasangka Mengikis Kekeliruan” menjelaskan kesalahpahaman pada agama Islam dengan memberikan penjelasan dari para pakar, sehingga kesalahpahaman itu bisa ditepis.

Faktor-Faktor Penyebab Prasangka

prasangka adalah

pixabay

Prasangka yang bisa kita temukan di lingkungan terdekat tidak terjadi begitu saja, tetapi ada faktor-faktor yang bisa memunculkannya. Berikut ini faktor-faktor penyebab prasangka muncul.

1. Ingin Mencari “Kambing Hitam”

Munculnya prasangka ini bisa disebabkan karena adanya keinginan bagi seseorang untuk melakukan “kambing hitam”. Bukan hanya dapat dilakukan oleh individu saja, tetapi seuatu kelompok atau golongan bisa juga menginginkan melakukan “kambing hitam” agar terhindar dari suatu tuduhan.

Adanya sikap atau perilaku “kambing hitam” juga menandakan bahwa seseorang sedang ingin menghindar dari individu atau kelompok yang diprasangkainya. Selain itu, bisa juga kelompok atau individu yang diprasangkainya sedang menghindar dari dirinya atau kelompoknya.

2. Adanya Pendapat Umum pada Suatu Lingkungan

Jika suatu lingkungan sudah memiliki pendapat umum yang cenderung negatif, maka besar kemungkinan kalau sikap prasangka akan timbul. Pendapat umum yang negatif bisa saja berupa merendahkan latar belakang orang lain, seperti suku, ras, agama, dan sebagainya. Bahkan, bisa menyebabkan terjadinya diskriminasi hingga kekerasan sosial.

Apalagi ketika kita masuk ke lingkungan sosial yang baru yang di mana akan sulit untuk mennghilangkan pendapat umum negatir tersebut. Oleh sebab itu, kita harus pandai memilah pendapat umum yang baik dan buruk. Dengan melakukan hal itu, maka risiko terjadinya sikap prasangka bisa dikurangi.

3. Adanya Perbedaan

Faktor berikutnya timbulnya prasangka adalah adanya perbedaan. Dengan kata lain, adanya perbedaan atau keberagaman dalam suatu lingkungan sosial. Adapun perbedaan yang dimaksud seperti, perbedaan kekayaan, perbedaan kondisi fisik, perbedaan status sosial, perbedaan geografi, perbedaan kepercayaan, dan perbedaan norma dalam suatu masyarakat.

Mengapa perbedaan bisa menyebabkan munculnya sikap prasangka? Hal ini dapat terjadi karena dengan perbedaan bisa menimbulkan rasa superior dalam diri seseorang atau kelompok. Jika rasa superior sudah muncul, maka tak menutup kemungkinan akan memandang redah orang lain atau kelompok yang berbeda.

4. Sudah Adanya Niat Berprasangka

Faktor penyebab timbulnya prasangka yang terakhir adalah adanya niat untuk berprasangka terhadap orang lain atau suatu kelompok. Untuk faktor yang satu ini, sebaiknya segera dihilangkan karena bisa merugikan diri sendiri atau orang lain atau bahkan merugikan orang banyak.

Prasangka merupakan suatu perilaku yang perlu dihindari karena bisa menimbulkan rasa benci yang kemudian berubah menjadi permusuhan atau bahkan terjadinya konflik. Oleh sebab itu, kita perlu sudut pandang baru dalam menghadapi dan memahami perbedaan atau keberagaman, sehingga kesalahpahaman dapat dihindari. Kamu bisa temukan sudut pandang baru itu dalam buku “Prasangka, Konflik & Komunikasi Antarbudaya Edisi Ke-2” karya Prof. Dr. Alo Liliweri, M,S.

Aspek-Aspek Prasangka

Dikutip dari suara.com, aspek prasangka terdiri dari tiga, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.

1. Aspek Kognitif

Dalam hal ini, aspek kognitif dapat diartikan sebagai aspek prasangka yang berupa sebuah sikap yang berkaitan langsung dengan hal-hal yang ada di dalam pikiran. Selain itu, aspek ini juga dapat dikatakan sebagai adanya kecenderungan untuk merendahkan individu lain atau kelompok yang mempunyai pandangan berbeda dengan dirinya.

2. Aspek Afektif

Aspek prasangka berikutnya adalah aspek afektif yang berupa suatu pengekspresian diri yang sifatnya negatif. Perasaan negatif yang dimaksud adalah perasaan negatif yang dimiliki dirinya terhadap orang lain atau suatu kelompok. Adapum aspek afektif, seperti adanya perasaan takut yang berlebih, antipati, kedengkian, dan lain-lain.

3. Aspek Konatif

Aspek konatifa dalam prasangka berarti seseorang memiliki kemungkinan besar untuk memperlihatkan sikap yang lebih mengarah pada permusuhan. Selain mengarah pada permusuhan, juga mengarah pada perlakuan diskriminiasi terhadap orang lain yang berbeda dengan kelompoknya.

Cara Mencegah Terjadi Prasangka

Hidup damai dan rukun dengan lingkungan sekitar pastinya membuat diri menjadi lebih tenang dan nyaman. Hal itu dapat tercapai salah satunya dengan mencegah terjadinya prasangka. Berikut ini cara mencegah terjadinya prasangka.

1. Meningkatkan Peran Orang Dewasa, Guru, dan Orang Tua

Timbulnya prasangka ini bisa saja karena lingkungan yang tidak baik. Bahkan, perilaku prasangka kemungkinan besar sudah timbul dari anak-anak. Oleh karena itu, supaya rasa prasangka tidak terbawa hingga dewasa, maka peran orang-orang dewasa, guru, dan orang tua sangatlah penting untuk memberitahukan dan mendidik anak-anak bahwa sikap prasangka sangat tidak baik.

2. Tidak Mengajarkan Hal-Hal yang Bernilai Negatif atau Membenci

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa prasangka merupakan salah satu sikap yang memiliki nilai negatif hingga bisa menyebabkan permusuhan atau saling membenci. Jadi, untuk mencegah prasangka itu timbul dapat dilakukan dengan cara tidak melakukan hal-hal yang negatif atau hal-hal yang sifatnya membenci. Dengan begitu, permusuhan bisa terhindarkan dan kehidupan yang damai pun bisa tercapai.

3. Memberi Kesadaran Tentang Adanya Perbedaan

Dalam kehidupan sosial yang kita jalani tidak akan bisa lepas dari yang namanya keberagaman dan perbedaan, terutama perbedaan latar belakang. Adanya perbedaan bisa menimbulkan sikap prasangka. Jadi, kita harus mulai memberi kesadaran untuk diri sendiri dan anak-anak bahwa kita hidup selalu berdampingan dengan perbedaan, sehingga rasa saling menghormati dan menghargai sudah tertanam sejak kecil.

4. Terus Meningkatkan Tali Persaudaraan

Cara selanjutnya untuk mencegah timbulnya sikap prasangka adalah dengan terus meningkatkan tali persaudaran. Tali persaudaran yang semakin meningkat akan meningkatkan juga rasa saling menyayangi, menghormati, dan menghargai antar individu atau individu dengan kelompok, sehingga akan muncul sikap positif dalam kehidupan sosial.

Prasangka selalu identik dengan yang namanya psikologi. Jika prasangka sudah sering muncul, bisa saja akan terjadi suatu kesalahpahaman, bahkan sama kekasih pun bisa saja terjadi. Supaya hal itu tidak terjadi dan konflik dengan pasangan dapat dihindari, maka kamu bisa membaca buku “Psikologi Pasangan : Manajemen Konflik Rumah Tangga” karya Muhammad Iqbal Kisma Fawzea.

Contoh Prasangka

prasangka adalah

pixabay

Supaya kita tidak melakukan sikap prasangka yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain, maka kita perlu mengetahui contoh-contoh prasangka di bawah ini.

  1. Prasangka dapat terjadi pada seorang bos yang memiliki pikiran yang memandang rendah ras minoritas, sehingga melakukan perlakukan diskriminatif kepada kelompok tersebut.
  2. Merasa kalau seorang laki-laki superior, sehingga perempuan dianggap lebih rendah.
  3. Seorang pimpinan kantor tidak memberikan tugas kepada orang yang lebih tua karena dianggap tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut.
  4. Beranggapan kalau seseorang dengan keunikan khusus tidak bisa melakukan suatu hal dengan optimal, sehingga bisa memicu timbulnya diskriminasi.

Dampak Negatif Prasangka

Sikap prasangka memang harus dihilangkan bukan tanpa alasa karena memiliki dampak negatif. Berikut ini beberapa dampak negatif dari prasangka.

Membuat Seseorang Merasa Minder dan Bersalah

Jika ada seseorang yang melakukanprasangka terhadap orang lain, maka orang diprasangkain akan merasa minder dan bersalah. Korban akan berpikir mengapa dianggap rendah padahal tidak melakukan kesalahan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kalau korban menjadi malas untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Interaksi Sosial yang Damai Menjadi Hilang

Dalam kehidupan sosial yang kita jalani ini pastinya selalu ingin merasa interaksi sosial yang damai, sehingga kerukunan pun dapat tercipta. Namun, hal seperti itu tidak akan terjadi selama masih ada prasangka yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain atau kelompok tertetntu. Adanya prasangka bisa juga menciptakan rasa benci, sehingga permusuhan pun bisa timbul.

Membuat Seseoang Sulit Berkembang

Dampak negatif prasangka berikutnya adalah membuat seseorang sulit berkembang karena merasa kalau dirinya selalu mendapatkan nilai-nilai yang salah ketika melakukan suatu hal. Dampak negatif bisa terjadi di lingkungan rumah, lingkungan sekolah, atau bahkan lingkungan kantor.

Itulah beberapa dampak negatif prasangka. Setelah mengetahui dampat negatif ini, diharapkan kita semua terhindar dari sikap prasangka dan bisa menjalani hidup yang santai, rukun, dan tidak penuh dengan tekanan.

Perbedaan Prasangka, Diskriminasi, dan Stereotip

Prasangka, diskriminasi, dan stereotip seringkali dianggap hal yang sama oleh kebanyakan masayarakat. Padahal ketiga hal itu satu sama lain berbeda. Perbedaan prasangka, diskriminasi, dan stereotip akan dijelaskan di bawah ini.

Prasangka

Prasangka adalah suatu sikap dalam mengambil sebuah keputusan tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi, sehingga bisa menyebabkan kesalahpahaman. Prasangka ini bisa juga menjadi cikal bakal dari timbulnya diskriminasi.

Stereotip

Stereotip adalah suatu perilaku menggeneralisasi secara berlebihan terhadap seseorang yang berdasarkan dari sifat-sifat yang ada pada suatu kelompoknya. Dalam hal ini, kelompok yang dimaksud, seperti suku, agama, dan ras.

Diskiriminasi

Diskriminasi adalah sebuah perilaku atau tindakan yang sangat buruk kepada seseorang atau kelompok tertentu. Biasanya, tindakan diskriminasi ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari prasangka yang sudah ada sebelumnya.

Kesimpulan

Dari semua pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap prasangka merupakan salah satu sikap negatif yang bisa menggangu kerukunan dalam kehidupan sosial. Selain itu, prasangka sering terjadi karena adanya perbedaan pandangan, pendapat, dan fisik. Prasangka bukan hanya terjadi pada individu saja, tetapi bisa juga terjadi pada sebuah kelompok.

Saat ini, sikap prasangka sudah menjadi fenomena sosial yang akan sulit untuk dipisahkan dalam kehidupan sosial kita. Oleh sebab itu, kita harus pandai dalam memilah informasi yang baik dan benar untuk diri kita serta tetap mencoba berpikir positif dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Dengan mencegah timbulnya sikap prasangka, sama saja sudah menjaga persatuan dan kesatuan, sehingga hidup yang damai dapat terpenuhi. Jadi, mulailah dari sekarang untuk menghilangkan sikap prasangka yang ada di dalam diri kita.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.