Kesehatan

Pentingnya Mengetahui Pengertian Kontraindikasi di Kemasan Obat

pengertian kontraindikasi
Written by Adinda Rizki

Arti kontraindikasi adalah kondisi spesifik yang membuat pengobatan atau prosedur tidak boleh diberikan. Keterangan ini umumnya tertera pada kemasan obat bersama indikasi dan efek samping.

Pengertian Kontraindikasi – Kontraindikasi adalah salah satu peringatan yang sering kita jumpai dalam berbagai kemasan obat. Peringatan ini rupanya mengandung arti yang perlu kita ketahui sebelum mengonsumsi obat. Dalam kedokteran, kontraindikasi adalah suatu kondisi atau faktor yang berfungsi sebagai alasan untuk mencegah tindakan medis tertentu karena bahaya yang akan didapatkan pasien. Kontraindikasi adalah kebalikan dari indikasi, yang merupakan alasan untuk menggunakan pengobatan tertentu.

Beberapa kontraindikasi bersifat mutlak, yang berarti bahwa tidak ada keadaan wajar untuk melakukan suatu tindakan, misalnya anak-anak dan remaja dengan infeksi virus tidak boleh diberikan aspirin karena risiko sindrom Reye dan orang dengan anafilaksis alergi makanan harus menghindari makanan yang menyebabkan alergi. Demikian pula orang dengan hemokromatosis tidak boleh diberikan preparat besi.

Kontraindikasi lainnya bersifat relatif, yang berarti bahwa pasien berada dalam risiko yang lebih tinggi dari komplikasi, tetapi risiko ini dapat sebanding dengan pertimbangan lain atau dikurangi dengan langkah-langkah lain, misalnya seorang wanita hamil biasanya harus menghindari sinar-X, tetapi risiko yang dimiliki sebanding dengan manfaat tindakan untuk mendiagnosis keadaan serius seperti tuberkulosis. Kontraindikasi relatif juga dapat disebut sebagai peringatan, seperti di Formularium Nasional Inggris.

pengertian kontraindikasi

Untuk mengetahui apa itu kontra indikasi, mari kita simak pemaparan lengkap mengenai pengertian kontra indikasi dalam penjelasan berikut ini.

Pentingnya Informasi Obat untuk Kesembuhan

Informasi obat dianjurkan untuk diketahui dan dipahami dengan baik terkait adanya kecenderungan bahwa masyarakat melakukan Swamedikasi; upaya yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas di apotek atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter, melakukan pengobatan mandiri, tanpa melalui dokter ketika sedang sakit.

Swamedikasi yang dilakukan tanpa didasari pengetahuan dan pemahaman tentang obat, khususnya informasi obat yang relatif mudah dipahami, dapat berakibat fatal, bukannya kesembuhan yang diperoleh, tetapi kecelakaan atau insiden akibat obat, yaitu keracunan, salah indikasi, dan lain sebagainya.

Informasi obat yang dianjurkan untuk diketahui dan dipahami, yaitu:

1. Komposisi

Komposisi adalah informasi tentang zat aktif yang terkandung dalam obat-obatan. Komposisi dapat berupa zat tunggal, misalnya parasetamol dan vitamin C. Komposisi juga dapat berupa kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain, misalnya obat flu (fenilpropanolamin + klofeniramin maleat + parasetamol + salisilamid), multivitamin, dan mineral.

2. Indikasi

Indikasi adalah informasi yang menjelaskan tentang khasiat obat, misalnya parasetamol memilki indikasi atau khasiat sebagai penurun panas dan penghilang rasa sakit.

3. Dosis dan Aturan Pakai

Dosis dan aturan pakai adalah informasi mengenai cara pemakaian obat dan seberapa banyak yang harus dikonsumsi. Biasanya ditulis dalam penulisan yang mudah dimengerti, meskipun terkadang butuh sedikit hitungan. Sebagai contoh, dalam komposisi tertulis “tiap tablet mengandung ciprofloksasin 500 mg”, sedangkan di pada dosis ditulis “250 mg 2 kali perhari”. Ini berarti kamu cukup meminum ½ tablet saja untuk mendapatkan 250 mg.

Sebagai tambahan, jika obat yang dikonsumsi termasuk antibiotik dan ditulis diminum 3 kali sehari, kamu harus benar-benar membagi 24 jam dibagi 3, yaitu diminum setiap 8 jam sekali. Sebagai contoh, kamu mulai minum obat jam 6 pagi, minum obat selanjutnya pada jam 2 siang, dan selanjutnya di jam 10 malam.

Konsumsi obat juga tidak boleh disatukan dengan konsumsi di jam berikutnya, apabila kamu lupa untuk mengonsumsi obat. Sebagai contoh, 2 x 1 tablet/kapsul/sendok teh (setiap 12 jam); dalam waktu 12 jam (periode), minum 2 kali (frekuensi) dengan jumlah 1 tablet/kapsul/sendok teh (dosis)

4. Waktu Minum Obat

Obat harus diminum sesuai dengan waktu terapi terbaik. Pagi hari; contoh : vitamin, diuretik. Malam hari : antikolesterol (simvastatin), anticemas (alprazolam); dll.

5. Kontraindikasi

Kontraindikasi adalah kondisi tertentu yang menyebabkan penggunaan obat tersebut tidak dianjurkan atau dilarang karena dapat meningkatkan risiko terhadap pasien. Contoh kontraindikasi adalah penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat tidak boleh minum parasetamol, ibu hamil dan menyusui tidak boleh minum obat cacing, dan lain sebagainya.

6. Farmakologi

Poin ini membahas cara atau mekanisme obat bekerja. Bagi konsumen, informasi ini tidak terlalu penting, tetapi biasanya menjadi sangat penting bagi tenaga medis yang menggunakan obat untuk pemakaian tertentu.

7. Peringatan dan Perhatian

Apa perbedaan dari kedua istilah ini? Peringatan merupakan kalimat untuk memperingatkan pasien sebelum mengonsumsi obat, sementara perhatian merupakan kalimat anjuran agar pasien diawasi selama mengonsumsi obat. Contoh dari perhatian adalah “hati-hati penggunaan obat ini dapat menurunkan gula darah”.

8. Interaksi Obat

Informasi ini memuat sejumlah obat atau makanan yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat yang ada di brosur karena dapat terjadi efek-efek yang tidak diinginkan. Jadi, jangan bingung jika terdapat tulisan, “interaksi: parasetamol”. Itu artinya, kamu tidak boleh mengonsumsi parasetamol selama mengonsumsi obat tersebut.

Meski terlihat sepele, arti tulisan di kemasan obat sangat penting untuk kamu baca dan pelajari dengan cermat. Kamu tidak boleh asal dalam mengonsumsi obat tertentu. Jika ada yang membuatmu bingung dan ragu, segera tanyakan kepada dokter atau apoteker mengenai obat yang akan dikonsumsi.

pengertian kontraindikasi

Hal-hal yang harus diperhatikan:

  • Obat harus diminum sampai habis, misalnya antibiotik.
  • Obat diminum jika perlu, misalnya obat penurun panas.
  • Obat dikunyah terlebih dahulu, misalnya tablet kunyah antasita.
  • Obat ditaruh dibawah lidah, misalnya obat jantung (ISDN).
  • Obat dikocok terlebih dahulu, misalnya suspensi (antasida/obat mag).
  • Obat dalam bentuk tablet atau kapsul diminum dengan air putih.
  • Obat tertentu dapat dipengaruhi oleh makanan atau minuman, misalnya kaptopril (diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan), antasida (diminum di antara waktu makan), obat anti muntah (diminum 1 jam sebelum makan), akarbosa (diminum pada suapan pertama), griseofulvin (diminum bersama makanan berlemak), tetrasiklin (tidak boleh diminum bersama susu), dan lain sebagainya
  • Obat tertentu dapat dipengaruhi atau memengaruhi kerja obat lain, sehingga tidak boleh digunakan bersamaan, misalnya simetidin dengan antibiotik.

Hal penting lainnya (perlu perhatian):

  • Nomor Izin Edar (NIE) atau Registrasi Obat, yaitu tanda yang menunjukkan obat telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk diedarkan di Indonesia sehingga obat dijamin aman, berkhasiat dan bermutu.
  • Masa kedaluwarsa, yaitu waktu yang menunjukkan batas akhir obat masih berkhasiat dan aman digunakan. Penulisan dapat berupa tanggal, bulan, dan tahun atau hanya bulan dan tahun.
  • Tanda peringatan dan perhatian, yaitu hal hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan obat, misalnya jangan digunakan saat menyetir kendaraan.

Pengertian Kontraindikasi dan yang Perlu Diperhatikan Saat Mengonsumsi Obat

Saat kita sakit dan diharuskan mengonsumsi obat tertentu, kita menemukan berbagai peringatan yang tertulis dalam kemasan obat. Peringatan-peringatan saat mengonsumsi obat ini dipaparkan dalam buku berjudul Seri Kesehatan Umum: Pencegahan Dini Gangguan Kesehatan yang disusun oleh Dr. dr. Anies M.Kes PKK (2005: 66).

Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa setiap obat memiliki indikasi, kontraindikasi, efek samping serta takaran obat yang dianjurkan. Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas dapat membahayakan. Kita harus memperhatikan dan mengetahui pengertian dari kontraindikasi.

Pengertian Kontraindikasi yang Tertulis dalam Kemasan Obat

Pengertian umum dari kontraindikasi adalah suatu gejala atau kondisi tertentu yang membuat pengobatan atau prosedur medis tertentu tidak disarankan atau sama sekali tidak boleh digunakan karena dapat membahayakan pasien. Secara ringkas, penjelasan mengenai peringatan kontraindikasi dalam kemasan obat adalah penjelasan waktu dan kondisi, cara suatu obat tidak boleh digunakan, misalnya untuk perempuan yang sedang hamil atau tidak boleh dianjurkan untuk mereka yang lemah jantung.

Oleh karena itu, sebelum mengonsumsi obat kita perlu memperhatikan apa saja kontraindikasi yang tertulis dalam kemasan obat yang akan kita gunakan. Jika peringatan kontra indikasi kita abaikan, tidak menutup kemungkinan penyakit yang diderita akan bertambah parah atau bahkan menambah komplikasi penyakit baru di tubuhmu.

Peringatan kontra indikasi penting untuk diperhatikan agar kamu tidak salah tindakan untuk mengatasi penyakit yang diderita. Dengan mengetahui arti dari kontra indikasi yang terdapat dalam kemasan obat, dapat membuatmu akan lebih berhati-hati dalam memilih obat. Agar tidak salah memilih obat, dianjurkan untuk konsultasi ke dokter dan mengonsumsi obat berdasarkan resep dokter.

Jenis-Jenis Kontraindikasi

Kontraindikasi terbagi menjadi dua, yaitu kontraindikasi relatif dan kontraindikasi absolut. Berikut adalah penjelasan dan pengertian seputar kedua kontraindikasi tersebut.

1. Kontraindikasi Relatif

Pengertian kontraindikasi relatif adalah suatu kondisi yang membuat pengobatan atau prosedur tertentu mungkin tidak disarankan. Hal ini merupakan bentuk kehati-hatian ketika dua obat atau prosedur digunakan secara bersama-sama. Namun, pengobatan atau prosedur tertentu mungkin dapat digunakan jika manfaatnya lebih besar dari risikonya, misalnya sinar-X tidak dianjurkan kepada ibu hamil, kecuali jika benar-benar sangat diperlukan.

2. Kontraindikasi Absolut

Pengertian kontraindikasi absolut adalah suatu kondisi yang membuat pengobatan atau prosedur tertentu benar-benar tidak disarankan. Hal ini karena suatu prosedur atau zat yang digunakan dapat menyebabkan situasi yang mengancam jiwa pasien. Oleh karena itu, prosedur atau obat tersebut benar-benar harus dihindari oleh pasien, misalnya kontraindikasi aspirin pada anak-anak karena kemungkinan menyebabkan sindrom Reye yang berbahaya.

Contoh-Contoh Kontraindikasi

Berikut adalah beberapa contoh kontraindikasi dalam obat paracetamol dan pemberian vaksin.

1. Kontraindikasi Parasetamol

Parasetamoi merupakan obat yang tergolong sangat aman, bahkan bisa digunakan oleh ibu hamil dan menyusui. Parasetamol juga sering dikombinasikan dengan jenis obat lainnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa kontraindikasi parasetamol yang perlu diperhatikan.

Kontraindikasi parasetamol adalah penggunaannya tidak disarankan untuk penderita gangguan hati dan orang dengan alergi terhadap obat ini. Meskipun parasetamol adalah obat yang sangat aman, obat ini dapat menyebabkan beberapa jenis alergi pada 0,01 persen penggunanya. Konsumsi parasetamol juga dapat meningkatkan risiko gangguan hati, khususnya jika dikonsumsi berlebihan atau tanpa anjuran dan pengawasan dari dokter.

2. Kontraindikasi Vaksin

Pemberian vaksin juga perlu memerhatikan kontraindikasinya, yaitu kondisi penerima vaksin yang berpotensi meningkatkan risiko terjadinya reaksi merugikan yang serius. Kontraindikasi terhadap vaksin merupakan kondisi ketika vaksin tidak boleh diberikan. Namun, sering kali sebagian besar kontraindikasi vaksin bersifat sementara, sehingga vaksinasi dapat dilakuan di kemudian hari, tepatnya ketika kondisi yang mengarah pada kontraindikasi tidak ada lagi.

Berikut adalah beberapa contoh kontraindikasi vaksin.

  • Penderita gangguan kekebalan tubuh yang parah umumnya tidak boleh menerima vaksin dari virus hidup.
  • Wanita hamil umumnya tidak boleh menerima vaksin virus hidup yang dilemahkan.
  • Penderita ensefalopati tidak boleh menerima vaksin mengandung pertusis, jika dalam kurun waktu 7 hari sebelumnya telah menerima dosis vaksin mengandung pertusis yang bukan disebabkan penyebab lain yang dapat diidentifikasi.
  • Penyakit imunodefisiensi kombinasi parah (SCID) dan riwayat intususepsi merupakan kontraindikasi untuk vaksin rotavirus.

Perbedaan Kontraindikasi dengan Indikasi dan Efek Samping

Setiap obat memiliki kontraindikasi, efek samping, dan indikasi. Dalam beberapa kasus, kontraindikasi dapat bersifat sementara. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), larangan medis yang bersifat sementara ini biasa ditemukan dalam kegiatan vaksinasi.

Seperti yang kita ketahui, orang dengan tekanan darah melebihi 180/110 mmHg tidak boleh menerima vaksin COVID-19. Begitu pula jika suhu tubuh Anda lebih dari 37,5 derajat Celsius. Namun, apabila suhu tubuh dan tekanan darah Anda sudah dalam batas normal, vaksinasi nantinya boleh diberikan. Hal ini menjadi contoh bahwa larangan medis tertentu dapat bersifat sementara. Oleh karena itu, kamu sebaiknya berkonsultasi ke dokter sebelum menggunakan obat atau menjalani prosedur medis tertentu.

Istilah kontraindikasi sering kali dikaitkan dengan indikasi dan efek samping obat. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbedaan dari efek samping, indikasi, dan kontraindikasi pada obat.

1. Perbedaan Efek Samping dan Indikasi

Efek samping adalah berbagai jenis efek yang tidak termasuk dalam efek klinis dari suatu obat, baik berupa efek yang berbahaya atau merugikan. Maksudnya, efek ini tidak muncul pada uji klinis dari suatu obat. Adapun indikasi adalah istilah untuk penggunaan obat yang disetujui. Indikasi menentukan kondisi apa saja yang dapat diatasi oleh obat tersebut. Indikasi juga kadang menentukan kelompok usia yang dimaksudkan untuk menerima obat tersebut.

Sebagai contoh, obat parasetamol indikasinya adalah untuk mengobati rasa sakit atau demam. Tergantung kepada jenis paracetamol yang dipilih, indikasinya bisa lebih spesifik, misalnya paracetamol pada obat anak diindikasikan untuk menurunkan demam yang dialami anak-anak.

Singkatnya, efek samping adalah efek negatif yang mungkin terjadi, sedangkan indikasi adalah manfaat penggunaan obat, sementara kontraindikasi adalah kondisi yang menyebabkan seseorang tidak dianjurkan mengonsumsi obat. Dengan mengenal istilah-istilah tersebut, kamu diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan, khususnya yang dijual bebas.

2. Perbedaan Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi merupakan kebalikan dari kontraindikasi. Istilah ini menjelaskan kondisi, gejala, atau penyakit apa saja yang membuat seseorang boleh menggunakan obat atau menjalani prosedur medis tertentu. Sebagai contoh, demam, nyeri ringan, atau kram menstruasi bisa diredakan dengan ibuprofen. Ibuprofen boleh dipakai karena memang diindikasikan/ditujukan untuk mengatasi kondisi-kondisi tersebut.

Sementara itu, salah satu kontraindikasi ibuprofen adalah asma. Artinya, pengidap asma tidak disarankan menggunakan ibuprofen untuk mengatasi kondisi serupa karena bisa memicu kekambuhan.

3. Perbedaan Kontraindikasi dan Efek Samping

Kontraindikasi dan efek samping obat sering memicu kesalahpahaman. Beberapa orang menganggap keduanya sebagai hal yang sama. Efek samping adalah reaksi tak terduga yang berpotensi muncul dari penggunaan obat atau prosedur medis tertentu. Hal ini juga bisa terjadi akibat interaksi dengan suatu obat atau makanan.

Sebagai contoh, konsumsi ibuprofen dapat menyebabkan efek samping seperti diare, heartburn, mual, dan sesak napas. Namun, efek yang muncul mungkin akan berbeda pada setiap orang. Berbeda dengan larangan medis yang menekankan bahwa konsumsi obat ibuprofen pada pengidap asma sudah teruji klinis dapat menyebabkan kekambuhan.

Kesimpulan

  • Kontraindikasi adalah kondisi yang membuatmu tidak dapat menjalani pengobatan atau prosedur medis tertentu.
  • Kontraindikasi dapat bersifat sementara, seperti dalam vaksinasi.
  • Kontraindikasi berbeda dengan indikasi dan efek samping.

About the author

Adinda Rizki

Saya sudah tertarik dengan dunia menulis sejak usia belia, walaupun saat itu saya hanya bisa menulis cerita-cerita pendek saja. Lewat menulis pula, saya jadi mengetahui banyak kosakata yang belum pernah saya tahu/dengar sebelumnya. Saya senang menulis dengan tema-tema seperti kesehatan, dan juga tentang Korea.

Kontak media sosial Linkedin saya Adinda Rizki