Ekonomi

Pengertian Return on Assets (ROA), Rumus, Fungsi, Manfaat, serta Contoh Perhitungannya

Written by Rosyda

Pengeertian Return On Assets (ROA) – Dalam sebuah bisnis ataupun usaha perlu mengetahui cara menghitung return on assets yang berguna menghitung tingkat efisiensi perputaran uang yang dipakai untuk membeli aset yang menjadi laba bersih. Return of assets (ROA) menjadi sebuah tolak ukur akan untung yang bisa didapat dari dalam sebuah bisnis.

Hal ini pun bisa dapat dihitung dari dalam rumus ROA. Dengan kita mengetahui ROA pada sebuah perusahaan, kegiatan perjalanan operasional yang berjalan bisa dibenahi untuk menambah kesempatan mendapatkan pengembalian investasi.

Seringkali pada sebuah perusahaan terlalu fokus akan margin keuntungan tanpa mengkalkulasi ROA dengan benar. Padahal ROA sendiri akan membantu untuk memperkirakan terhadap perkembangan serta kemampuan pada perusahaan secara menyeluruh.

Kita perlu mengetahui uang yang harus diinvestasikan untuk bisa meraih target pada penjualan serta margin keuntungannya. Ada seorang pakar bisnis yang menilai ROA merupakan sebuah uang maupun aset yang mengarah pada pembelian aset, aktiva, modal, dan biaya investasi.

 

Apa Itu Return on Assets (ROA)?

ROA adalah sebuah singkatan dari Return on Assets, dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai sebuah cara atau tingkat pengembalian aset. Seorang ahli bernama Mardiyanto mengatakan bahwa, ROA ini adalah rasio yang dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba karena pada rasio tersebut mewakili atas seluruh aktivitas pada perusahaan.

Mudahnya, ROA ini merupakan sebuah rasio yang memperlihatkan perbandingan laba bersih yang dihasilkan dalam perusahaan dengan modal yang telah diinvestasikan pada sebuah aset. Sebagai contohnya, untuk dapat menjual nasi goreng di jalanan, kita membutuhkan sebuah gerobak nasi goreng. Nah ROA ini menjadi perbandingan untung yang kita dapatkan dari jualan nasi goreng dengan uang yang telah kita keluarkan untuk membeli gerobak nasi goreng.

Ahli ekonomi lain bernama Hery mengatakan bahwa semakin tinggi akan hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi juga jumlah laba bersih yang dihasilkan pada setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Jadi untuk seorang pengusaha yang ingin sukses, dia akan mengejar ROA setinggi-tingginya. Jika ROA-nya rendah, artinya dalam perusahaan pedagang itu akan kurang produktif.

 

Definisi Return on Asset (ROA) Menurut Para Ahli

Ada beberapa pandangan pada definisi ROA oleh para ahli. Berikut merupakan beberapa definisi ROA dari para ahli.

1. Menurut Kasmir (2014)

Bagi Kasmir, ROA merupakan sebuah rasio keuangan yang dapat menunjukkan atas imbal hasil penggunaan pada aktiva perusahaan.

 

2. Menurut Tandelilin (2010)

Tandelilin mengatakan, ROA merupakan sebuah rasio yang menggambarkan sejauh mana pada kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan semua aset atau aktiva yang dimilikinya untuk bisa mendapatkan laba bersih setelah pajak.

 

3. Menurut Fahmi (2014)

Menurutnya, ROA adalah sebuah alat yang digunakan untuk bisa menilai sejauh mana antara modal investasi yang dapat ditanamkan sehingga mampu untuk menghasilkan laba yang sesuai dengan harapan investasi.

 

4. Menurut Sawir (2005)

Menurut Sawir, ROA adalah rasio keuangan yang digunakan untuk alat analisis mengukur kinerja bentuk manajemen perusahaan dalam mendapatkan laba menyeluruh.

Semakin tinggi nilai sebuah ROA pada suatu perusahaan, semakin baik serta efektif pula perusahaan dalam menggunakan aset.

 

5. Menurut Home & Wachowicz (2005)

Mereka mengatakan bahwa, ROA merupakan sebuah alat ukur untuk bisa menilai tingkat efektivitas pada suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih melalui aset yang tersedia.

 

Kamu bisa mempelajari tentang Implementasi Good Corporate Governance (Gcg)
karya Ir. Syarif Usman, Mba., M.H.

Implementasi Good Corporate Governance (Gcg)

Implementasi Good Corporate Governance (Gcg)

beli sekarang

 

Apa pentingnya menggunakan ROA?

Ketika berbicara mengenai ROA adalah bicara tentang bagaimana sebuah perusahaan bisa atau mampu untuk memberdayakan aset-asetnya secara efisien. Baik maupun buruknya manajemen pada perusahaan akan tercermin dari tinggi maupun rendahnya persentase yang didapat dengan menggunakan rumus ROA.

Namun, penggunaan ROA ini akan hanya berlaku untuk membandingkan dua perusahaan berbeda, namun untuk menjalankan kegiatan bisnisnya di subsektor yang sama. Sebagai contoh membandingkan ROA pada PT Adaro Energy, Tbk. (ADRO) dengan PT Bumi Resources, Tbk. (BUMI) yang sama-sama menjalankan kegiatan pertambangan batu bara.

Hal perlu diingat, ketika menjalankan sebuah bisnis adalah bagaimana suatu perusahaan dapat memperoleh laba maupun profit dari sumber daya atau aset yang terbatas. Maka itulah yang tergambar dari sebuah Return on Asset.

 

Rumus ROA untuk Mengukur Efisiensi Perusahaan

Terdapat beberapa unsur yang dibutuhkan untuk menghitung return on asset, yaitu keuntungan bersih serta pada nilai aset keseluruhan. Informasi laba bersih biasanya akan ada pada laporan laba rugi yang hasilnya diperoleh dari seluruh total pendapatan yang dikurangi dengan total pengeluaran.

Sedangkan untuk total assets merupakan aset yang telah terdaftar pada neraca keuangan (balance sheets). Dalam neraca ini, aset ini merupakan liabilitas yang ditambah dengan ekuitas. Liabilitas merupakan utang atau kewajiban keuangan dalam perusahaan, sementara dalam ekuitas merupakan sejumlah uang yang pada nantinya akan dapat dikembalikan kepada para pemilik saham.

Untuk tinggi rendahnya pada hasil perhitungan return on asset bisa diketahui dengan pembagian laba bersih dengan aset secara keseluruhan. Singkatnya, rumus ROA adalah:

 

Return on Asset = (Net Income : Total Assets) x 100%

 

Kemudian, hasil pada rumus tersebut dikalikan 100 sehingga angka dalam bentuk persentase. Sebagai contoh mudah, berikut cara menghitung return on asset pada dua perusahaan yang saling bersaing.

Sebagai contoh, Perusahaan X mempunyai jumlah aset secara keseluruhan bernilai sekitar Rp200 juta serta laba bersih sekitar Rp30 juta. Sedangkan untuk perusahaan Y memiliki aset sekitar Rp150 juta beserta net income Rp25 juta. Selanjutnya kita asumsikan bahwa Perusahaan X serta Y adalah sejenis.

Apabila kita lihat net income-nya, Perusahaan X akan terlihat menguntungkan. Untuk memastikannya kembali hitunglah pada return on asset perusahaan X serta Y menggunakan rumus ROA,

 

ROA Perusahaan X: (30.000.000 : 200.000.000) x 100 = 15%

ROA Perusahaan Y: (25.000.000 : 150.000.000) x 100 = 16,66%

 

Berdasarkan dengan hasil perhitungan angka diatas bisa kita ketahui bahwa ternyata, Perusahaan X masih kalah efisien dengan perusahaan Y. ROA Perusahaan X tercatat hanya 15%, sedangkan pada ROA yang dicatatkan Perusahaan Y mencapai angka sebesar 16,66 %. Dari hasil ini bisa kita lihat bahwa meskipun dalam laba bersih Y akan lebih sedikit dari X, namun soal efisien, perusahaan tersebut jelas lebih menguntungkan.

Maka dari itulah mengapa banyak hal yang menjadi manfaat perhitungan ROA saat akan berinvestasi. Karena pada angka laba bersih yang cukup besar tidak akan ada artinya jika persentase return on asset-nya tidak cukup memuaskan.

 

Kamu bisa mempelajari tentang ANGGARAN PERUSAHAAN: Konsep dan Aplikasi
karya M. Fuad, Edy Sukarno, Sugiarto, Moeljadi, Ellen Christina, Fatimah R.N. Hannah M.

ANGGARAN PERUSAHAAN: Konsep dan Aplikasi

ANGGARAN PERUSAHAAN: Konsep dan Aplikasi

beli sekarang

 

Fungsi ROA untuk Perusahaan

1. Menentukan Profitabilitas serta Efisiensi

ROA akan menunjukkan jumlah uang yang dimiliki per aset. Sehingga, pada pengembalian nilai aset yang lebih tinggi akan menunjukkan bahwa bisnis yang telah dijalani akan lebih menguntungkan serta efisien.

 

2. Membandingkan Kinerja Antar Perusahaan

Perlu dicatat bahwa pengembalian aset tidak boleh dibandingkan pada seluruh industri. Perusahaan di dalam industri yang berbeda sangat bervariasi pada penggunaan aset mereka. Misalnya, seperti beberapa industri yang mungkin memerlukan pabrik, properti, serta peralatan yang mahal untuk dapat menghasilkan pendapatan yang dibandingkan dengan perusahaan pada industri lain.

Maka para perusahaan tersebut secara alami dapat melaporkan pengembalian pada aset yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak banyak membutuhkan aset untuk dapat beroperasi. Sehingga dalam pengembalian aset hanya bisa digunakan untuk membandingkan dengan perusahaan pada sebuah industri yang sama.

 

3. Menentukan Intensif Aset Perusahaan

ROA dapat digunakan untuk mengukur seberapa intensif aset perusahaan. Dengan semakin rendahnya pengembalian aset, semakin intensif aset perusahaan. Sebagai contoh perusahaan padat aset adalah perusahaan penerbangan.

Dengan semakin tinggi pengembalian aset, semakin sedikit pula intensif aset perusahaan. Contohnya dari perusahaan aset-ringan yaitu perusahaan perangkat lunak.

Sebagai bentuk aturan umum, pengembalian pada aset dibawah 5% yang dianggap sebagai bisnis intensif aset sementara pengembalian aset diatas 20% yang dianggap sebagai sebuah bisnis yang ringan aset.

 

Manfaat ROA Bagi Perusahaan

Setelah memahami mengenai pengertian serta pentingnya rumus ROA, selanjutnya kita bahas mengenai manfaatnya bagi suatu perusahaan, di antaranya:

ROA untuk Mengetahui Profitable dan Efisiensi Perusahaan

Return on asset yang tinggi merupakan sebuah tanda atau indikasi apakah sebuah bisnis akan memiliki laba tinggi serta tingkat efisiensi yang baik. Hal tersebut penting mengingat sebuah perusahaan pasti akan membutuhkan investor. Maka, informasi yang ada pada ROA menjadi tolak ukur penting untuk para investor sehingga mereka tidak akan ragu ketika ingin menanamkan modal.

 

ROA Digunakan untuk Membandingkan Performa dengan Perusahaan Kompetitor

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, return on asset hanya bisa digunakan untuk membandingkan pada dua perusahaan berbeda yang terjun di sektor atau bidang serupa. Sehingga tak perlu heran apabila investor memanfaatkan hasil perhitungan pada rumus ROA untuk sebuah indikator bila membandingkan perusahaan kita dengan para kompetitor.

 

Kamu bisa mempelajari tentang Akuntansi Biaya: Aplikasi Perusahaan Manufaktur
karya Dr.Mulyanto Nugroho,M.M.,C.M.A., C.P.A.I.

Akuntansi Biaya: Aplikasi Perusahaan Manufaktur

Akuntansi Biaya: Aplikasi Perusahaan Manufaktur

beli sekarang

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi Return on Assets (ROA) 

Kasmir memiliki pendapat bahwa ROA memiliki hal utama yang bisa mempengaruhi ROA, yaitu margin laba bersih serta perputaran total aktiva karena bila ROA rendah bisa juga dikarenakan oleh rendahnya pada margin laba yang pada akhirnya mengakibatkan rendahnya margin laba bersih yang serta diakibatkan karena minimnya perputaran total aktiva.

Munawir juga berpendapat bahwa pada besaran ROA juga dipengaruhi dengan dua faktor. Pertama, terdapat tingkat perputaran aktiva yang dimanfaatkan dari sebuah untung operasi. Kedua, keuntungan pada margin yang besarnya dicatat pada presentase serta jumlah penjualan bersih. Profit margin tersebut akan mengukur tingkat keuntungan yang didapat oleh perusahaan yang kemudian dihubungkan dengan tingkat sebuah penjualan.

Sementara profitabilitas merupakan sebuah rasio yang bisa menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba, maka ROA menjadi salah satu rasio profitabilitas tersebut.

Berikut ini merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi ROA.

1. Perputaran Kas (Cash Turnover)

Tingkat efisiensi yang didapat dari pihak perusahaan pada usaha hal mendayagunakan suatu persedian kas yang berguna dalam menerapkan tujuan perusahaan diketahui dengan menghitung tingkat perputaran kas. Kasmir juga menjelaskan dalam rasio perputaran kas maupun cash turnover ini berfungsi untuk mengukur pada tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan dalam membayar suatu tagihan serta membiayai proses penjualan sebuah perusahaan.

Secara mudahnya, rasio ini dimanfaatkan untuk bisa mengukur tingkat ketersediaan kas sehingga dapat membayar tagihan utang dan juga biaya lainnya yang berhubungan pada penjualan.

 

2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Untuk mengukur pada tingkat keberhasilan kebijakan penjualan kredit dalam sebuah perusahaan, maka bentuk perusahaan tersebut dapat melihat tingkat perputaran piutangnya. Sawir memaparkan bahwa Receivable Turnover dapat dipakai untuk menghitung berapa lama suatu penagihan piutang pada kurun waktu satu periode maupun berapa kali dana yang mampu ditanam pada dalam piutang tersebut sehingga berputar kurun waktu satu tahun.

Tinggi maupun rendahnya sebuah perputaran piutang tersebut bergantung pada besar maupun kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Perputaran modal yang cepat menandakan kembali pada modal yang bisa kembali dengan cepat.

 

3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Persediaan merupakan sebuah unsur dari sebuah aktiva lancar yang tergolong unsur aktif pada sebuah kegiatan perusahaan yang didapatkan secara berkelanjutan, diubah lalu dijual pada konsumen. Dibutuhkan dengan adanya perputaran persediaan yang baik untuk bisa mempercepat pengembalian kas dengan melalui penjualan.

Kasmir juga menjelaskan, dalam sebuah perputaran persediaan yang dimanfaatkan mengenali berapa banyaknya uang telah disetorkan pada persediaan yang berputar pada jangka waktu satu tahun. Pada dasarnya, perputaran persediaan akan memperlancar maupun memudahkan operasi perusahaan yang perlu dilakukan berturut-turut untuk bisa menciptakan barang serta menyalurkannya kembali untuk para pelanggan.

 

Kelebihan dan Kekurangan Return on Assets (ROA)

Kelebihan dan kekurangan ROA adalah sebagai berikut:

Kelebihan

  1. Bisa diperbandingkan dengan rasio industri, maka dapat diketahui posisi perusahaan terhadap sebuah industri. Hal ini menjadi salah satu langkah pada perencanaan strategi.
  2. Bila perusahaan telah menjalankan konsep akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA bisa diukur efisiensi pada penggunaan modal secara menyeluruh, yang sensitif pada setiap hal yang mempengaruhi sebuah keadaan keuangan perusahaan.

 

Kekurangan

  1. ROA sebagai sebuah pengukur divisi yang sangat dipengaruhi oleh metode depresiasi maupun aktiva tetap.
  2. ROA bisa mengandung distorsi yang terbilang cukup besar terutama pada dalam kondisi inflasi. ROA juga akan cenderung tinggi akibat penyesuaian (kenaikan) harga jual, sementara itu dalam beberapa komponen biaya akan masih dinilai dengan harga distorsi.

 

Kamu bisa mempelajari tentang Perumusan Strategi Perusahaan
karya Nugraha Pranadita

Perumusan Strategi Perusahaan

Perumusan Strategi Perusahaan

beli sekarang

 

Contoh Perhitungan dari Rumus Return on Assets (ROA)

Supaya dapat memahami perhitungan ROA lebih dalam, kita coba dalam contoh perhitungan ROA. Berikut merupakan contoh perhitungan ROA.

Contoh 1:

Data diambil dari laporan keuangan pada salah satu perusahaan yang terbuka di Indonesia, Mayora Indah, Tbk (MYOR).

Tahun 2019, Mayora Indah memiliki total aset sebanyak 19037,9 miliar rupiah dengan laba bersih mencapai 1987,8 miliar. Berikut perhitungan ROA nya.

ROA = (Laba bersih / total aset) x 100%

ROA = (1987,8 miliar / 19037,9 miliar) X 100%

ROA = 10,44%

 

Contoh 2:

Terdapat 2 buat perusahaan yang sejenis yaitu perusahaan A dan perusahaan B.

Perusahaan A memiliki jumlah aset sebesar 400 juta rupiah serta menghasilkan laba yang bersih sebesar 60 juta rupiah. Sedangkan pada perusahaan B memiliki total aset sebesar 300 juta rupiah serta menghasilkan laba bersih sebesar 50 juta rupiah.

Jika dilihat dari laba bersihnya, perusahaan A akan tampak lebih menguntungkan karena mempunyai bentuk laba bersih yang lebih besar. Namun, benarkah bahwa perusahaan A lebih menguntungkan? Mari kita hitung.

 

ROA pada Perusahaan A

ROA = Laba bersih / total aset

ROA = (60.000.000 / 400.000.000) x 100%

ROA = 15%

 

ROA Perusahaan B

ROA = (Laba bersih / total aset) x 100%

ROA = (50.000.000 / 300.000.000) x 100%

ROA =16,67%

 

Ternyata dari perhitungan ROA nya, perusahaan B terhitung lebih efisien bila dibandingkan perusahaan A.

ROA yang terhitung pada perusahaan A hanya sebesar 15% sedangkan ROA pada perusahaan B menyentuh 16,67%.

Dilihat melalui perhitungan ROA nya, perusahaan B juga akan terlihat lebih untuk jika dibandingkan dengan perusahaan A walaupun pada total aset yang dimiliki perusahaan B lebih kecil.

Begitupun sebaliknya, meskipun pada perusahaan A memiliki aset yang terlihat lebih besar, namun kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan perusahaan B. Sehingga, tidak semua perusahaan yang memiliki aset yang besar, akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar juga.

Materi Terkait Contoh laporan Keuangan Perusahaan Dagang

About the author

Rosyda

Saya adalah Fauziyah dan menulis adalah bagian dari aktivitas saya, karena menulis menjadi salah satu hal yang menarik. Sesuai dengan latar pendidikan saya, tema yang saya suka seputar ekonomi dan manajemen.

Kontak media sosial Instagram saya Rosyda Nur Fauziyah