in

Review Novel Three Dark Crowns Karya Kendare Blake

Three Dark Crowns adalah novel karya Kendare Blake, wanita berdarah Korea yang dibesarkan di Amerika. Novel Three Dark Crowns merupakan novel pertama yang mengawali seri fantasi gelap dan inventif mengenai tiga saudara perempuan yang harus berjuang sampai mati untuk menjadi ratu. Novel ini berhasil membuat Kendare Blake meraih berbagai penghargaan, seperti New York Times Bestseller, New York Public Library Best Book of 2016, Chicago Public Library Best Book of 2016, dan Kirkus Best Book of the Year. Cakupan novel ini juga telah mencapai kancah internasional, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Salah satunya adalah ke dalam Bahasa Indonesia. Novel ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh penerbit Puspa Populer pada Oktober 2017 dengan judul yang sama. Novel dengan total 462 halaman ini mengisahkan tentang tiga anak kembar yang menjadi salah satu generasi yang lahir di pulau Fennbirn. Anak kembar tiga ini menandakan akan ada tiga calon ratu, karena mereka semua adalah pewaris mahkota yang sama, dan masing-masing memiliki sihir yang didambakan.

Mirabella memiliki kekuatan yang ganas, ia mampu memicu api lapar atau badai ganas dengan menjentikkan jarinya. Katharine adalah seorang peracun, ia adalah orang yang bisa menelan racun paling mematikan tanpa harus sakit perut. Arsinoe adalah seorang naturalis, ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan mawar paling merah dan mengendalikan singa yang paling ganas.

Namun, untuk menjadi ratu yang dimahkotai bukan semata-mata masalah lahir dari keluarga kerajaan. Setiap saudara perempuan itu harus berjuang untuk mendapatkan gelar ratu. Dan ini bukan perkara permainan menang atau kalah biasa, ini adalah masalah hidup atau mati. Malam di mana mereka bertiga berusia enam belas tahun menjadi pertanda bahwa pertempuran dimulai. Ratu terakhir yang bisa bertahan akan mendapat mahkota.

Profil Kendare Blake – Penulis Novel Three Dark Crowns

Kendare Blake adalah seorang penulis kontemporer novel dewasa muda. Kendare Blake berasal dari Seoul, Korea Selatan, tetapi dibesarkan di Cambridge, Minnesota oleh orang tua angkatnya. Nama Kendare Blake dikenal sebagai novelis, karena sejumlah karya-karyanya yang populer, seperti Anna Dressed in Blood, Antigoddess dan Three Dark Crowns.

Kendare Blake adalah alumni dari Ithaca College, New York dan Middlesex University di London. Studi perguruan tingginya yang terakhir membuat dia menerima gelar Master of Arts dalam Penulisan Kreatif. Buku-buku yang ditulis Kendare Blake mencakup berbagai genre, termasuk horor, fantasi, dan fiksi kontemporer. Beberapa karyanya telah diakui dan terdaftar di Daftar Best Seller New York Times.

 

Bukunya yang berjudul Anna Dressed in Blood duology dan Goddess Wars trilogy pada awalnya diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Tor Teen. Sedangkan, seri Three Dark Crowns diterbitkan oleh Harper Teen. Pada bulan November 2019, Kendare Blake mengumumkan melalui postingan Instagram bahwa Harper Teen juga akan menerbitkan tiga buku berikutnya. Berita ini juga dikonfirmasi oleh sepotong kecil artikel di Publishers Weekly online yang diunggah pada 11 November.

Pada April 2021, Publishers Weekly mengumumkan bahwa Disney-Hyperion telah memperoleh hak atas serial trilogi baru karya Blake, yang berjudul In Every Generation. Serial ini akan diatur di alam semesta yang sama dengan acara TV Buffy the Vampire Slayer dan memiliki setting di Sunnydale yang baru dibangun kembali, yang berlokasi California, dan menampilkan pembunuh baru, keponakan Buffy Summers, serta manusia serigala dan iblis yang bekerja sama untuk menyelamatkan dunia dari kejahatan.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Sinopsis Novel Three Dark Crowns

Pros & Cons

Pros
  • Mampu membuat pembaca penasaran akan kelanjutan kisahnya
  • Pembangunan dunia yang menjadi latar kisah
  • Selingan kisah romansa, dan kisah persahabatan
  • Karakter yang realistis, menarik, dan unik
Cons
  • Banyaknya jumlah tokoh yang dinilai tidak terlalu penting perannya
  • Tempo alur dari buku ini dinilai cukup lambat
  • Kesalahan penulisan pada versi terjemahan, namun hal ini tidak mengganggu pembaca untuk memahami kisah ini.

Three Dark Crowns adalah kisah mengenai saudara kembar tiga, Katharine, Arsinoe, dan Mirabella. Masing-masing gadis ini telah dilahirkan dengan hadiah atau kekuatan magis yang unik, dan salah satu dari mereka ditakdirkan untuk menjadi ratu pulau Fennbirn. Gadis-gadis itu adalah bagian dari tradisi yang meluas kembali ke pendirian kerajaan. Setiap generasi, tiga saudara perempuan yang lahir dari ratu saat ini akan dibesarkan secara terpisah. Mereka bertiga akan dilatih dalam disiplin ilmu magis yang berbeda, dengan tujuan akhir untuk membunuh saudara perempuan mereka dan mengklaim takhta sebagai ratu.

Katharine telah dilatih untuk mentolerir konsumsi racun mematikan. Pada malam ulang tahunnya yang keenam belas, Katharine menghadiri pesta dansa yang diselenggarakan untuk menghormatinya. Dia mengetahui bahwa dia akan diminta untuk melawan saudara perempuannya keesokan harinya. Maka itu, dia harus membuat pertunjukan yang bagus. Sebagai bagian dari ujian, dia diharuskan untuk makan makanan beracun demi menunjukkan kehebatannya. Namun, ia gagal dalam ujian tersebut dan pergi dengan rasa malu.

Arsinoe adalah saudara perempuan kedua. Dia memiliki kekuatan atas alam dan dapat menjinakkan binatang. Namun, teman Arsinoe, Jules, adalah seorang naturalis yang jauh lebih kuat daripada dia. Oleh karena itu, Arsinoe merasa khawatir tentang hasil pertempuran. Pesta untuk menghormati Arsinoe juga tidak dihadiri banyak orang. Namun, Arsinoe terkejut mengetahui bahwa pengasuh lamanya, Joseph, kembali dari pengasingan. Joseph dibuang ketika Arsinoe masih muda akibat mencoba membantunya melarikan diri.

Saudari ketiga bernama Mirabella. Ia adalah penyihir elemental dan lebih terampil dari dua lainnya. Dia memiliki kemungkinan besar akan memenangkan mahkota. Dia mendapat dukungan dari pendeta kuil, tetapi tersiksa oleh pemikiran bahwa dia akan membunuh saudara perempuannya. Pendeta kuil memintanya untuk berpartisipasi dalam pengorbanan. Mirabella pun melakukan pengorbanan, tetapi ia tidak menikmatinya. Hal ini membuat para pendeta bertanya-tanya apakah dia cukup kuat untuk menjadi ratu.

Katharine dan Arsinoe menyadari bahwa mereka perlu meningkatkan dukungan jika mereka ingin memiliki peluang untuk menang. Katharine mencoba menjadi lebih cantik, sehingga orang-orang akan jatuh cinta padanya dan bergabung dengannya. Teman-teman Arinoe juga menawarkan akan memperkenalkannya kepada calon pelamar yang bisa bertarung di sisinya jika Arsinoe membuat kesan yang baik.

Sementara itu, pendeta kuil membahas Mirabella dan memutuskan bahwa dia mungkin akan menjadi Ratu Tangan Putih yang dinubuatkan, yang naik takhta tanpa membunuh saudara perempuannya. Mereka memutuskan untuk memaksakan ramalan dengan mengubah opini publik terhadap Katharine dan Arsinoe, sehingga orang-orang akan membunuh mereka sebelum Mirabella harus melakukannya. Namun, Mirabella melarikan diri dari kuil. Selama pelariannya, dia menyelamatkan Joseph dari kapal karam dan jatuh cinta padanya.

Joseph pun membawanya kembali ke Arsinoe untuk berbicara sebentar dengan saudara perempuannya, sebelum para pendeta wanita menemukan mereka dan memaksa Mirabella untuk kembali bersama mereka. Teman Katharine dan Arsinoe mengetahui rencana untuk membunuh kedua gadis itu dan bergabung, mereka bersumpah mereka tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Pietyr dan Natalia, teman lama Katharine, mengaku satu sama lain bahwa mereka mencintainya dan ingin melindunginya sampai pertempuran.

Akhirnya, waktu untuk pertempuran antara saudara perempuan pun tiba. Mereka semua melakukan perjalanan ke daratan dengan pengawal mereka dan menampilkan diri kepada orang-orang. Mirabella bertemu dengan Joseph dan keduanya mengakui perasaan yang sama kepada satu sama lain. Namun, Joseph terlibat juga dengan Jules, sesama pemburu dan naturalis.

Sementara Katharine dan Arsinoe sibuk melakukan upacara, para pendeta merencanakan pembunuhan mereka. Teman-teman Arsinoe membuat rencana untuk membuatnya tampak lebih kuat darinya dan mengintimidasi para pendeta wanita. Mereka memanfaatjan beruang untuk menyerang demonstrasi Mirabella tentang kekuatannya. Joseph menyelamatkan Mirabella dari beruang, dan Katharine melarikan diri dalam kebingungan dengan Pietyr.

Pietyr mengkhianati Katharine, melemparkannya ke lubang tak berdasar di mana mantan pecundang kompetisi terlempar. Kepercayaan diri Arsinoe telah dipulihkan oleh serangan beruang dan gelombang dukungan yang tiba-tiba untuknya. Dia siap untuk bertarung, begitu pula Mirabella, yang percaya bahwa Arsinoe adalah sosok yang mengirim beruang untuk menyerangnya. Segera setelah itu, Katharine muncul kembali, ia berhasil melarikan diri dari lubang. Dia juga siap untuk berperang.

Joseph dan Jules berdebat tentang ketertarikan Joseph pada Mirabella, seperti yang mereka lakukan, Jules secara tidak sengaja menelan racun yang ditujukan untuk Arsinoe. Dia hidup, tetapi Arsinoe mengungkapkan bahwa dia makan beberapa cokelat sebelumnya dan tidak merasakan efek buruk. Buku ini berakhir di sebuah cliffhanger, dengan wahyu mengejutkan bahwa Arsinoe adalah peracun yang sebenarnya dan Katharine adalah naturalis. Peran mereka ternyata tertukar saat mereka masih anak-anak.

Kelebihan Novel Three Dark Crowns

Novel Three Dark Crowns ini memiliki premis yang sangat menarik. Ini adalah kisah tentang tiga saudari kembar yang dipisahkan sejak kecil, dan ditakdirkan unuk saling membunuh. Ini adalah takdir yang mengikat seluruh anak yang lahir dari rahim Sang Ratu. Premis kisah ini dinilai sangat unik dan belum ditemukan pada novel lain. Tentunya, novel yang mengawali seri novel ini juga mampu membuat pembaca penasaran akan kelanjutan kisahnya

Kelebihan selanjutnya, yakni dari pembangunan dunia yang menjadi latar kisah ini. Kendare Blake dinilai sukses untuk membuat sebuah dunia baru yang mengesankan. Ia mampu mendeskripsikannya dengan sangat detail dan logis. Dunia baru yang dibuatnya ini dapat sampai kepada pembaca, sehingga pembaca dapat benar-benar mengimajinasikan sebuah dunia yang kelam, unik, dan menarik.

Kemudian, novel Three Dark Crowns ini juga tidak hanya menyajikan kisah mengenai perjuangan ketiga anak kembar untuk keluar dari tradisi yang memperebutkan tahta. Namun, novel ini juga menyajikan kisah romansa, dan kisah persahabatan. Selingan kisah ini menjadi sesuatu yang segar, di mana kisahnya menjadi tidak monoton dan lebih berwarna.

Kemudian, pembaca menilai Kendare Blake berhasil membuat karakter yang realistis, menarik, dan unik. Ia juga berhasil memasukkan emosi ke dalam setiap karakternya, yang membuat pembaca bisa merasa simpati kepada para tokoh utamanya. Kendare Blake mampu membuat para pembaca percaya bahwa Mirabella adalah orang yang mengesankan, Katherine adalah pribadi yang menyedihkan, dan Arsinoe adalah sosok yang penyayang dan menggemaskan.

Namun, Kendare juga menunjukkan bahwa di sisi lain, Mirabella ternyata tidak secemerlang yang orang lain sangka. Karakter Katherine juga ternyata tidak semenyedihkan itu, malah ada sisi kepribadiannya yang cenderung bersifat mengerikan. Sedangkan, Arsinoe yang dikenal sebagai pribadi yang penuh kasih sayang dan lembut, ternyata mampu menghalalkan semua cara untuk memenangkan takhta. Ini menjadi sebuah kelebihan, di mana Kendare Blake membuat karakter tokoh yang realistis, layaknya manusia nyata yang memiliki sifat baik dan buruk.

Kelebihan selanjutnya, kisah Three Dark Crowns ini menyajikan plot twist yang pastinya tidak disangka oleh pembaca. Secara keseluruhan, novel Three Dark Crowns ini sangat direkomendasikan bagi anda yang menyukai kisah fantasi, misteri, politik, thriller, penuh kejutan, dan memiliki plot twist.

Kekurangan Novel Three Dark Crowns

Selain kelebihan, novel Three Dark Crowns ini memiliki kekurangan juga. Kekurangan pada novel ini terletak pada banyaknya jumlah tokoh yang dinilai tidak terlalu penting perannya. Hal ini dianggap sebagai sebuah kendala bagi beberapa pembaca, karena membingungkan.

Selain itu, tempo alur dari buku ini dinilai cukup lambat, monoton, dan membuat kesan yang membosankan. Kebanyakan narasi hanya berisikan perkenalan tokoh yang panjang, deskripsi, dan kisah ini tidak memiliki banyak konflik yang menegangkan. Hal ini tidak memuaskan ekspektasi beberapa pembaca.

Kemudian, pembaca masih menemukan sejumlah kesalahan penulisan pada versi terjemahan novel Three Dark Crowns dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, ada beberapa kalimat yang kesannya kurang tepat, karena pemilihan katanya yang dinilai kurang pas. Namun, hal ini tidak mengganggu pembaca untuk memahami kisah ini.

Pesan Moral Novel Three Dark Crowns

Melalui kisah ini, kita dapat mengetahui bahwa setiap hal yang ada di dunia ini memiliki sifat yang baik dan buruk. Seperti kekuatan yang dimiliki ketiga putri kembar, memiliki kelebihan, tetapi juga memiliki kekurangan. Begitu pula dengan diri manusia, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, ada sisi yang baik dan yang jahat. Tidak ada manusia yang sepenuhnya baik, dan tidak ada manusia yang sepenuhnya jahat.

Melalui kisah ini juga, kita dapat belajar untuk tidak terlalu memuja hal-hal duniawi, seperti kekuasaan. Sebab, hal-hal tersebut adalah hal yang sementara. Selain itu, seseorang seharusnya dicintai bukan karena kedudukannya, tetapi karena dirinya sendiri.

Wah, menarik sekali ya Grameds kisah fantasi ketiga anak kembar ini. Apakah mereka pada akhirnya akan melawan satu sama lain? Siapa yang akhirnya bisa mendapatkan takhta sebagai ratu? Yuk langsung saja temukan jawabannya sendiri hanya dengan mendapatkan novel Three Dark Crowns karya Kendare Blake ini di Gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy