in

Review Novel City Lite: As Always, I Love… Karya Nureesh Vhalega

Kisah sahabat jadi cinta memang selalu bisa membuat kita gemas. Bagi Grameds yang menyukai kisah seperti ini, novel ini bisa menjadi pilihan yang tepat. City Lite: As Always, I Love… merupakan novel karya penulis Indonesia, Nureesh Vhalega. Novel dengan total 288 halaman ini diterbitkan pada 13 Januari 2020 oleh Penerbit Elex Media Komputindo.

Ini adalah kisah kehidupan Lyrrani Bestari. Beberapa bulan menjelang pernikahannya, ayah Lyrra meninggal dunia. Dunianya seakan runtuh seketika, karena selama ini dia merasa hanya memiliki sang ayah dan Rayen, sahabatnya sejak ia masih SMA. Tak hanya itu saja, sejumlah masalah mulai bermunculan silih berganti, seiring dengan persiapan pernikahannya.

Sosok yang hilang dari hidupnya empat belas tahun lalu, tiba-tiba muncul kembali dan masuk ke dalam kehidupannya. Belum lagi, Juan yang merupakan tunangan Lyrra tetap sibuk dengan pekerjaanya di tengah persiapan pernikahan mereka berdua. Akan tetapi, Lyrra masih tetap bersyukur, karena ia memiliki Rayen yang bisa selalu diandalkan di tengah segala permasalahan yang dihadapinya ini.

Hubungan keduanya sangat dekat, hingga semua orang yang ada di sekitar mereka meragukan titel persahabatan mereka berdua. Mereka sudah sering sekali menjelaskan bahwa mereka hanya bersahabat saja. Namun, orang-orang tak juga percaya.

Apakah Rayen bisa membantu Lyrra melewati semua masalah ini dan mewujudkan pernikahannya? Atau malah Rayen akan menghancurkan semuanya dengan menyatakan perasaannya kepada Lyrra? Sebelum mengikuti kisah perjalanan Lyrra dan Rayen, baca dulu artikel ulasan novel City Lite: As Always, I Love… ini ya!

Profil Nureesh Vhalega – Penulis Novel City Lite: As Always, I Love…

Nureesh Vhalega merupakan nama pena dari seorang gadis sederhana asal Jakarta. Gadis muda yang akrab dipanggil Kak Nui ini lahir lebih dari dua dekade lalu. Nureesh Vhalega diketahui merupakan penggemar berat Cassandra Clare dan Colleen Hoover, yang juga memiliki cita-cita menjadi penulis best seller.

Penulis ini memiliki motto hidup, “Your bloodline doesn’t define you”. Nureesh Vhalega sudah menerbitkan sejumlah buku, yaitu Unbroken Series, Revenge Series, Lost Series, Eternity Series, PAIN Series, Lara Rasa, dan City Lite: As Always, I Love…

Bagi Grameds yang ingin mengenal lebih dekat sosok Nureesh Vhalega, bisa mengikuti kesehariannya di berbagai media sosial miliknya.

Cek di Balik Pena : Baby Chaesara

Facebook: Nureesh Vhalega.

Instagram: @nureesh_vhalega.

Wattpad, karyakarsa, dan storial: @Nureesh

Sinopsis Novel City Lite: As Always, I Love…

Raven tidak ada di apartemennya. Sambil menghela napas, aku melangkah mundur sampai tubuhku menyentuh pintu apartemenku. Alih-alih masuk ke dalam, aku malah memerosotkan tubuhku sampai terduduk di lantai. Aku terus memandang pintu di seberang tanpa fokus, sedangkan ingatanku berlari pada kejadian semalam.

Aku larut dalam lamunanku. Hanya ada satu pertanyaan yang muncul di benakku ketika suara riuh tepuk tangan memenuhi atmosfer. Apa yang baru saja aku katakan? Tersadar, aku melayangkan tatapanku pada Rayen.

Sama seperti semua orang di sekitarku, dia pun bertepuk tangan. Di tengah ramainya sorak fan tawa, aku mencoba membaca ekspresi wajahnya. Namun, senyum di bibirnya menutupi perasaan apapun yang mungkin dia miliki. Hanya terlihat wajah bahagia saja.

Dia bahagia untuk aku, karena aku menerima lamaran kekasihku. Dan, aku mendapatkan jawaban atas pertanyaanku. Aku baru saja mengatakan ya untuk pria yang mengucapkan kata cintanya padaku lebih dari satu tahun lalu.

Pria yang memberikanku pelukan menenangkan. Pria yang bisa menerima kehadiran Rayen sebagai sahabatku. Dan, pria yang menawarkan sebuah hidup baru untukku, juga masa depan untuk kami.

“Lyrra,” Juan memanggilku sambil satu tangannya menyentuh pipiku, kemudian ia mengucapkan terima kasih. Bibirku menarik senyum, sedangkan tubuhku menerima pelukan yang diberikan olehnya. Aku meredam teriakkan dan godaan dari teman-teman kami dan lebih memilih merasakan detak jantung Juan.

Detaknya sangat cepat. Mungkin jantungku juga berdegup secepat itu. Aku lalu bertanya, apakah Juan tidak bisa menunggu hingga semua orang pulang? Juan hanya tertawa, kemudian melepaskan pelukannya dan mengecup keningku.

Tentu saja itu membuat sorakan mereka semakin keras dan memunculkan kalimat-kalimat menggoda. Aku tetap mengabaikan kehebohan di sekitar, walaupun wajahku terasa memanas. Telapak tanganku bahkan sampai berkeringat.

Dengan kejadian itu, acara ulang tahun Juan berubah menjadi acara pertunangan kami. Orang-orang pun mengucapkan selamat dan mendoakan supaya pernikahan kami lancar. Aku menyambut setiap ucapan dan doa itu dengan senyum yang lebar, juga tentunya kata terima kasih.

Anggit, sahabatku sejak kuliah meneriakiku karena aku akan segera menikah. Jeritan itu kemudian disusul pelukan erat. Anggit memang tidak mengenal kata pelan. Suaranya selalu lantang.

Irene juga menyampaikan ucapan selamat kepadaku secara ceria, dan mengatakan bahwa ia serta Anggit akan membantuku sampai hari-H. Dia pun memelukku dan Anggit sekaligus. Beberapa detik kemudian, kedua sahabatku itu melangkah mundur untuk membiarkan seseorang maju dan menggantikan posisi mereka.

Rayen, dia langsung mengulurkan tangannya pada Juan dan mengatakan semoga Juan diberi kesabaran ekstra untuk mengurusi aku yang manja ini. Aku pun protes kepada Rayen. Juan sontak menyambut uluran tangan Rayen dan tertawa bersamanya.

Juan kemudian menyampaikan terima kasih kepada Rayen, karena berkatnya, ia bisa bertemu dengan Lyrra. Seandainya hari itu Rayen tidak sakit, Lyrra tidak akan pergi ke apotek dan menabrak Juan tanpa sengaja. Tak akan ada pertemuan klise yang mengawali kisah cinta mereka.

Anggit pun menimpali bahwa hal-hal baik memang baru bisa terjadi jika Rayen sakit. Aku pun tertawa. Anggit memang selalu bersikap seperti itu pada Rayen. Mungkin hanya Anggit satu-satunya gadis di dunia ini yang tak jatuh hati akibat pesona Rayen.

Mereka memang tidak pernah bertengkar serius, tetapi Anggit dan Rayen selalu memiliki bahan untuk mengejek satu sama lain setiap kali bertemu. Setelah sahabat-sahabatku pergi untuk mengambil minum, Juan kembali merangkul bahuku. Aku menghabiskan sisa malam itu dengan berada dalam pelukannya. Merasa ada sesuatu yang mengganjal, capi tidak tahu penyebabnya.

“Lyrra!” Aku tersentak mendengar namaku disebut dengan lantang, hingga kepalaku otomatis mendongak. Seruan itu sukses menarikku kembali kepada realita. Sekarang, di hadapanku ada Rayen yang memakai setelan olahraga favoritnya, kaos polos yang dilapisi jaket dan celana training.

Rambutnya terlihat agak basah, tetapi tak terlihat peluh pada wajahnya. Aku baru akan bertanya mengenai itu saat ia kembali meneriaki aku karena belum menjawabnya. Memang Rayen sepertinya ketularan Anggit yang tidak mengenal kata pelan.

Rayen menanyakan kenapa aku duduk di depan pintu apartemennya. Dan aku kembali bertanya mengapa ia malah ikutan duduk bersamaku. Rayen melipat kakinya, kemudian menjawab bahwa ia lelah sehabis pergi olahraga. Aku pun mendengus mendengar jawaban itu.

Rayen kemudian bertanya, apakah aku tidak menemui ayah? Aku baru saja kembali dari rumah ayah. Situasi mendadak hening. Rayen menatapku, sedangkan aku menatap lantai sambil memeluk lututku. Minggu pagi memang menjadi jadwalku menemui ayah.

Sejak aku masuk SMA, tidak ada satu hari Minggu yang terlewat tanpa makan bubur di warung Pak Sigit. Walaupun terlihat sederhana dan biasa, jadwal rutin aku dan ayah membuatku merasa sangat bersyukur. Itu karena aku masih boleh menikmati waktu bersama ayah dan merasakan kebahagiaan dari hal-hal kecil.

Pikiranku kembali berkelana pada sarapan tercanggung yang pernah aku lakukan bersama ayah tadi pagi. Ayah pada awalnya hanya menanyakan tentang pekerjaanku, dan aku menceritakan bahwa pekerjaanku lancar. Sembari mengobrol bersama ayah, Pak Sigit memberikan bubur pesanan kami dan menyapa kami.

Tak hanya menyapa, kali ini Pak Sigit mengatakan bahwa ia iri akan hubunganku dengan ayah. Sebab, hubungan dia dengan anaknya tidak seperti itu. Anaknya tidak ingin pergi bersamanya.

Aku cukup terkejut mendengarnya, sementara ayah hanya bisa tertawa. Ekspresi wajahnya menjadi cerah karena tawa itu, dan hatiku terasa hangat mendengarnya. Mendengar tawa ayah menjadi salah satu hal yang paling kutunggu setiap hari Minggu.

Ayah kemudian mengatakan bahwa ia juga iri dengan Pak Sigit, karena ia sudah memiliki cucu. Sontak, kedua pria lanjut usia itu tertawa bersama. Mereka tak menyadari bibirku yang berubah menjadi satu garis lurus. Mereka pun berbincang sesaat sebelum Pak Sigit akhirnya kembali untuk melayani pelanggan lain.

Ayah akhirnya kembali menatapku. Aku mempersiapkan diri untuk mendengar pertanyaan yang pasti akan datang. Benar saja, ayah langsung bertanya, “kapan kamu mau kasih Ayah cucu?”.

Memang sudah sering ayah melontarkan pertanyaan itu. Namun, sekarang aku tidak perlu mengeluarkan pembelaan tentang usiaku yang belum genap tiga puluh tahun atau belum menemukan pria yang tepat lagi. Aku langsung menjawab bahwa Juan sudah melamarku semalam.

Hening. Ayah malah terdiam. Matanya terus menatap wajahku. Aku bingung, tidak mengerti akan reaksinya. Aku pun memanggil ayah untuk menyadarkannya.

Ayah bertanya apakah aku telah menerimanya, dan aku mengangguk. Ekspresinya masih tak terbaca, tetapi aku tidak naif sehingga mengira ayah bahagia. Dia jelas-jelas tak terlalu bersemangat mendengar berita yang baru kusampaikan.

Ayah malah menanyakan kenapa aku menerimanya. Sekarang aku benar-benar bingung hingga aku meletakkan sendok. Selera makanku hilang entah ke mana. Aku menjawab, ya jelas karena Juan adalah pacarku.

Sialnya, jawaban itu justru terdengar seperti pertanyaan, karena suaraku yang goyah. Ayah pun meletakkan sendoknya, dan mempertanyakan apakah aku menjawab atau balik bertanya? Keningku berkerut.

Aku sungguh tidak mengerti. Bukankah selama ini ayah selalu menanyakan kapan aku akan menikah dan memberikan ayah cucu? Sekarang aku sudah menjawab keinginan ayah.

Juan sudah melamar aku dan aku menerima dia. Kita akan menikah akhir tahun ini. Mendengar rencana itu, ayah langsung terkejut, matanya terbelalak. Kedua alisnya terangkat sambil mempertanyakan mengapa aku memutuskan semuanya sendiri?

As Always, I Love… adalah kisah tentang Lyrrani Bestari dan Rayendra Kendavaz, kedua orang yang sudah bersahabat selama 14 tahun. Keduanya begitu dekat hingga semua orang dapat melihat hubungan mereka lebih dari sahabat. Tentu saja Lyrra dan Rayen terus menyangkalnya dan bersikeras bahwa mereka hanya sahabat.

Apalagi dengan Lyrra yang segera akan menikah dengan tunangannya, Juan Harnanto Irsyad. Apakah Lyrra dan Rayen benar tidak memiliki perasaan lebih untuk satu sama lain?

Kelebihan dan Kekurangan Novel City Lite: As Always, I Love…

Pros & Cons

Pros
  • Mengangkat premis kisah sahabat jadi cinta yang menggemaskan, manis, dan realistis.
  • Kisah ini mengangkat konflik persahabatan dan keluarga juga yang semakin memperkaya kisah ini.
  • Konflik-konflik yang ada saling berhubungan, sehingga terasa padat.
  • Kisah ini mampu menguras emosi pembaca.
  • Interaksi antartokoh menyenangkan untuk diikuti.
  • Terdapat banyak pesan moral yang terkandung dalam kisah ini.
Cons
  • Kelanjutan cerita ini mudah ditebak.
  • Masih didapati plot hole pada kisah ini.
  • Plot twist yang disajikan kurang terstruktur.

Kelebihan Novel City Lite: As Always, I Love…

As Always, I Love… mengusung premis kisah tentang sahabat yang berubah jadi cinta. Kisah cinta yang selalu bisa membuat gemas, sekaligus menimbulkan konflik dalam diri sendiri. Kisah ini pun dibumbui dengan konflik cinta segitiga, juga konflik keluarga turut mendukung konflik utama.

Oleh karena itu, konflik yang ada pada kisah ini saling berhubungan, sehingga terasa padat dan menyayat hati. Pembaca bisa merasa bingung, bimbang, kesal, sedih, dan sakit hati bersama para tokoh dalam cerita ini. Ditambah lagi, karakterisasi yang kuat semakin membuat pembaca ikut masuk ke dalam cerita ini.

Interaksi antartokoh juga sangat menyenangkan untuk diikuti, dan menggemaskan. Kemudian, penulis juga menyertakan perkembangan karakter yang cukup signifikan pada tokoh dalam cerita ini.

Penulis juga menyertakan pesan moral dibalik cerita ini. Dari kisah ini, kita bisa belajar mengenai pilihan-pilihan dalam hidup dan konsekuensi atas keputusan yang diambil. Kemudian, tentang betapa pentingnya berdamai dengan masa lalu.

Secara keseluruhan, kisah ini sangat manis tetapi tetap realistis. Ini adalah kisah persahabatan, percintaan, dan keluarga yang kompleks, penuh makna, dan mengharukan. Plotnya sangat mengalir meskipun disajikan dengan alur maju dan mundur. Ditambah lagi dengan gaya tulisan Kak Nui yang sederhana, tidak bertele-tele, dan mudah dimengerti.

Kekurangan Novel City Lite: As Always, I Love…

Selain kelebihan, novel City Lite: As Always I Love… ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada novel ini terletak pada cerita yang mudah ditebak. Kemudian, masih didapati plothole yang membuat bingung dan deskripsi yang tak terlalu relevan dengan konflik utama.

Kemudian, kejutan plot twist yang disajikan dinilai kurang mengena, karena beberapa aspek yang menurut pembaca menjadikan twist ini seperti telat datangnya. Penempatan plot twist ini seperti tak terstruktur.

Pesan Moral Novel City Lite: As Always, I Love…

Dari kisah ini, kita dapat belajar bahwa luka bukan sebuah hal yang bisa dihindari dari hidup. Setiap manusia yang hidup pasti akan merasakan luka. Baik itu kecil maupun besar.

Maka itu, hal yang penting untuk dipersiapkan adalah untuk menghadapi luka tersebut. Bagaimana kita harus menerimanya, dan berpikir ke depan untuk mengobatinya, bukan hanya meratapinya dan malah menjadikan luka itu semakin besar.

Dari sosok Rayen, kita juga kembali diingatkan bahwa waktu tak bisa diputar kembali. Oleh karena itu, jangan sampai terlambat untuk melakukan hal yang ingin kau lakukan. Jangan sia-siakan waktu.

Kemudian, kisah ini juga mengajarkan kita mengenai makna cinta sejati. Di mana cinta sejatinya akan selalu menemukan tempat untuk pulang. Tak peduli seberapa jauh jaraknya atau seberapa lama waktunya.

Cinta sejatinya adalah sesuatu yang indah jika kita memandang itu indah. Cinta tak mendatangkan masalah, tetapi masalah memang akan terus meliputi cinta. Namun, jangan salahkan cinta oleh karena masalah yang normal terjadi di antara dua manusia.

Kisah Lyrra juga mengingatkan kita bahwa melakukan kesalahan dan membuat pilihan buruk adalah hal yang wajar. Namun, jangan terlena akan kewajaran tersebut. Jadikan kesalahan itu sebagai pelajaran yang akan mendewasakan diri Anda.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel City Lite: As Always I Love… karya Nureesh Vhalega. Penasaran akan siapa yang akhirnya akan mendampingi Lyrra? Yuk langsung temukan jawabannya dengan mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!

Penulis: Gabriel

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy