in

Review Novel The Woman in the Window

Melihat sebuah kejadian yang sesuai dengan fakta adalah suatu kesempatan yang sangat mendebarkan. Kejadian yang berisi tentang fakta terkadang memiliki sisi baik dan buruk, positif dan negatif. Tergantung tentang apa, bagaimana, kapan, siapa , kenapa, dan dimana kejadian tersebut berlangsung.

Setiap manusia pada dasarnya sangat unik. Manusia memiliki pemikiran, hati, logika, dan akal sehat yang membantunya untuk memutuskan segala sesuatu tentang segala kegiatan yang akan dilakukan olehnya.

Manusia juga unik. Setiap dari mereka pasti memiliki motif tertentu saat melakukan sesuatu. Secara umum, orang biasanya menyebutkan ada udang dibalik batu. Segala kegiatan dan tindakan yang dilakukan manusia, pasti memiliki tujuan. Tujuan tersebut bisa untuk menguntungkan dirinya sendiri, menguntungkan orang lain dan atau merugikan orang lain. 

Namun, hal yang paling pasti adalah manusia pasti pada dasarnya ingin segala tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh dirinya itu harus menguntungkan dirinya sendiri. Ini lah sisi egois yang sangat alamiah dari manusia. 

Selain dari sifat, watak, tindakan, dan perkataan, terkadang kepribadian manusia juga menjadi salah satu faktor yang menentukan bagaimana tindakan, kata, perilaku yang akan dilakukan oleh manusia.

Dalam ilmu kedokteran, sejauh ini ditemukan beberapa penyakit kepribadian yang pernah dialami oleh manusia. Salah satunya adalah Agorafobia.

Agorafobia adalah salah satu penyakit gangguan kepribadian yang membuat orang tersebut mengalami cemas yang berlebihan hingga menimbulkan perasaan panik. 

Perasaan cemas dan panik yang dialami oleh seseorang (bisa dialami oleh anak remaja hingga dewasa) karena kondisi lingkungan sekitar mereka dianggap sebagai kondisi yang tidak bersahabat dan menyebabkan penyakit ini muncul dalam diri si penderita.

Agorafobia memiliki beberapa kasus. Di antaranya adalah agorafobia di tempat umum. Kondisi dimana penderita sangat menghindari tempat umum seperti sarana transportasi, supermarket, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Kedua, agorafobia pada tempat yang memiliki orang dalam jumlah banyak. Dimana ketika penderita mulai melihat kerumunan orang yang sangat banyak. 

Penderita akan merasakan rasa takut dan halusinasi tentang apa yang orang banyak tersebut akan lakukan terhadap dirinya. Kecemasan akan tindakan orang lain yang bisa mencelakai dirinya membuat penderita takut berada di tempat yang ramai.

Kasus terakhir adalah lebih suka berada di dalam rumah. Penderita agorafobia akan lebih menyukai jika dirinya menetap di dalam rumah atau kamar dan mencegah dirinya mendatangi dan masuk ke dalam dunia luar. Dengan begitu, mereka akan merasa aman.

Penyakit yang menjadi salah satu pemicu munculnya gangguan panik ini biasanya terjadi secara tiba-tiba dan sama sekali tidak terprediksi. Hal ini lah yang membuat para penderita agorafobia menyukai untuk menjauhkan diri dari lingkungan atau situasi yang membuat merak merasa cemas dan takut tersebut.

Begitupun yang dilakukan oleh Anna Fox, seorang psikolog anak yang memiliki gejala kecemasan agorafobia. Kisah Anna diceritakan di dalam sebuah buku yang berjudul The Woman in the Window.

Salah satu buku hasil karya dari A.J.Finn ini telah diadaptasikan ke dalam sebuah film yang memiliki judul yang sama dengan bukunya, yaitu The Woman in the Window. 

Pada awalnya, film yang mengisahkan tentang Anna Fox ini akan dirilis pada 15 Merat 2020. namun, dikarenakan kondisi COVID-19 yang pada saat itu baru menyebar dan membuat seluruh dunia terguncang, maka perilisan film The Woman in the Window pun terpaksa diundur. 

Kabar mengejutkan datang dari Netflix yang memperoleh hak untuk mendistribusikan film The Woman in the Window. Hak distribusi yang didapatkan oleh Netflix diberikan oleh 20th Century Studios. Tepatnya pada 14 Mei 2021 lalu, akhirnya Netflix berhasil menayangkan film hasil adaptasi buku The Woman in the Window ini.

Kira-kira, bagaimana kisah Anna Fox dengan penyakit agorafobia yang dimilikinya? Mari kita simak dan perhatikan pembahasan review di bawah ini. 

Jika kamu ingin mendapatkan buku The Woman in the Window karya A.J. Finn ini, kamu bisa mendapatkannya di Gramedia.com loh! Selamat membaca, Grameds!

Tentang Buku The Woman in the Window Karya A.J. Finn

Judul: The Woman in the Window

Penulis: A.J. Finn

ISBN: 9786023853281

Penerbit: Noura Publishing

Tanggal Terbit: 8 Juli 2018

Jumlah Halaman: 584 Halaman

Sinopsis

Saat itu, Anna Fox sedang berdiri di depan jendela. Anna sangat siap untuk melakukan kegiatan rutinnya, yaitu memata-matai para tetangga yang tinggal di lingkungan rumahnya dengan menggunakan lensa kamera.

Yap! Karena ini adalah kegiatan yang sangat sering Anna Fox lakukan, ia bahkan sudah sangat hafal dan mengetahui semua kegiatan dari para tetangganya. Lensa kamera menjadi saksi dari setiap tindakan tetangganya yang di amati oleh Anna.

Semua pernah Anna Fox saksikan, termasuk perselingkuhan. Namun, malam itu, Anna Fox melihat suatu kejadian yang sangat mengejutkan dan membuat dirinya sedikit bingung. Ya, sebuah adegan pembunuhan yang terjadi pada tetangganya.

Hari itu pemandangan dalam lensa kamera Anna sedikit berbeda. Adegan pisau tertancap dengan sempurna pada dada Jane, seorang tetangga barunya yang baru saja pindah ke lingkungan tersebut. Anna melihat bagaimana pisau tersebut bisa berada di dada Jane.

Anna juga melihat bagaimana darah yang berlumuran pada sekeliling tubuh Jane dan benda-benda di sekitarnya. Termasuk kaca, darah itu muncrat dari tubuh Jane dan mengotori kaca tersebut. Anna juga menyaksikan bagaimana jari jemari Jane yang memberikan isyarat sebagai permintaan tolong.

Melihat semua kejadian tersebut, Anna Fox langsung bergegas ke luar rumah demi menyelamatkan Jane tetangganya itu. Namun, hal tersebut tidak sampai Anna lakukan karena penyakit agorafobia nya yang parah kambuh pada saat itu.

Anna pun pingsan tepat setelah ia menginjakkan kakinya di tempat terbuka. Begitu sadar, Anna sangat terkejut melihat seseorang yang ada di hadapannya, Jane Russel. Namun, ini bukan Jane Russel yang menjadi korban pembunuhan tersebut, ini adalah Jane Russel yang lain.

Anna tidak mengenalnya. Ia berpikir, mungkin tidak ada yang meninggal saat itu. Mungkin kejadian tadi hanyalah sebuah halusinasi yang ada dalam pikirannya.

Dari sini lah, Anna Fox mulai mencurigai ingatannya sendiri. Mungkin Anna terlalu banyak minum. Ini lah yang mereka bilang kepada Anna Fox. Mungkin Anna hanya mencari sebuah perhatian karena ia merasakan kesepian yang begitu mendalam. Apakah begitu? Apakah ini semua hanya sebuah halusinasi?

Baca cerita The Woman in the Window karya A.J. Finn ini selengkapnya di Gramedia.com.

Review Buku The Woman in the Window Karya A.J. Finn

Anna adalah seorang psikolog anak yang mengidap penyakit agorafobia. Keseharian Anna Fox dalam buku The Woman in the Window ini adalah dengan melakukan kegiatan hanya di dalam rumahnya. Sendirian, tidak ditemani oleh siapa pun. 

Pada suatu hari, Anna kedatang seorang pria bernama David. David datang untuk menyewa kamar bawah tanah yang ada di rumahnya. Anna pun menyetujui hal itu.

Dikarenakan Anna juga seorang psikolog anak, sebenarnya Anna Fox sangat paham tentang kondisi dan situasi yang sedang dihadapi oleh dirinya. Namun, sayangnya Anna Fox tidak dapat melakukan apapun terhadap penyakit yang diderita oleh dirinya itu. Anna Fox sangat sulit menghadapi penyakitnya.

Begitupun yang dikatakan oleh dokter Julian Fielding yang menangani Anna. Selain mengidap penyakit agorafobia, Anna adalah wanita yang sangat suka dengan minuman keras. Dirinya adalah pemabuk berat, hingga setiap hari Anna pasti meminum anggur.

Buku The Woman in the Window ini menggambarkan bagaimana kebiasaan Anna yang selalu minum botol anggur tersebut. Finn menggambarkannya dengan banyaknya botol anggur yang sangat berserakan di seluruh bagian dari rumah nya Anna. 

Tak hanya suka mabuk. Anna juga sangat senang untuk bersosialisasi dari jaringan situs web. Situs yang sering Anna Fox kunjungi adalah Agora. Agora adalah sebuah situs yang selalu memenai Anna selama di rumah.

Dalam situs Agora, banyak sekali penderita gangguan Agorafobia yang sama dengan dirinya. Dalam situs Agora tersebut Anna dan teman-teman seperjuangan dengan penyakit agorafobia ini saling berkomunikasi dan bertukar informasi.

Dalam situs Agora tersebut, Anna memiliki dua peran, yaitu sebagai anggota komunitas dan juga sebagai psikolog anak yang membantu mereka. 

Selama terkurung di dalam rumahnya, Anna hanya bisa menyaksikan seluruh dunia luar dan kehidupan orang-orang sekitarnya, khususnya tetangganya, hanya dari sebuah jendela dan subah lensa kamera besar yang dimiliki olehnya. 

Semua pernah Anna Fox saksikan, termasuk kejadian perselingkuhan. Namun, pada malam itu, Anna Fox melihat suatu kejadian yang baru dan sangat mengejutkan serta membuat dirinya sedikit bingung. Ya, sebuah adegan pembunuhan yang terjadi pada tetangganya yang baru saja pindah.

Hari itu pemandangan dalam lensa kamera Anna sedikit berbeda dan sangat mengerikan. Adegan pisau tertancap dengan sempurna pada dada Jane, seorang tetangga barunya yang baru pindah ke lingkungan tersebut. Anna melihat bagaimana pisau tersebut bisa berada di dada Jane.

Anna juga melihat bagaimana darah yang berlumuran pada sekeliling tubuh Jane. Termasuk pada sebuah kaca, dimana darah itu muncrat dari tubuh Jane dan mengotori kaca tersebut. Anna juga menyaksikan bagaimana jari jemari Jane yang memberikan isyarat sebagai permintaan tolong.

Anna hanya bisa melihat Anna Russel terkapar dengan blouse putih yang dipakainya. Saat itu, putihnya baju Jane Russel sudah tercemar dengan banyaknya darah yang keluar dari tubuh Jane. Dengan cepat, Anna Fox langsung merah telpon yang dimilikinya dan menghubungi 911 (darurat pertolongan). 

Setelah beberapa waktu, detektif segera datang dan mengungkapkan fakta kepada Anna Fox. Fakta yang diungkapkan oleh detektif tersebut adalah kenyataan bahwa semua yang dilihat oleh Anna saat kejadian pembunuhan itu adalah salah.

Semua orang saat itu tidak berpihak kepada Anna Fox. Baik itu detektif, Jane, Alistair (suami Jane), dan juga Ethan (anak laki-laki Jane) tidak menyetujui hal tersebut.

Saat itu, Anna Fox mengungkapkan bahwa Jane telah dibunuh oleh Alistair Russel, suaminya. Namun, karena semua orang tidak berpihak pada ingatannya, maka Jane pun meragukan. Semua mencurigai tentang penyakit agorafobia yang dideritanya.

Namun, kisah ini terus berlanjut, hingga suatu ketika, Anna berniat untuk melakukan bunuh diri karena frustasi dengan semua tindakan dan perlakuan yang dihadapi oleh dirinya. Tetapi, pada saat itulah Anna Fox menemukan fakta sesungguhnya tentang halusinasi yang dikatakan oleh orang-orang terhadap dirinya.

Pada saat Anna menyadari hal tersebut, ia terkepung dan tidak bisa kemana-mana, karena orang itu juga telah mengincar dirinya untuk dibunuh. Kira-kira, siapa yang menjadi pembunuh Jane dan orang-orang dalam cerita The Woman in the Window ini.

Buku The Woman in the Window memiliki komposisi cerita yang sangat detail dan tidak berlebihan. A.J. Finn menuliskan cerita The Woman in the Window ini dengan indah dan menakjubkan.

Kamu sebagai pembaca dapat dengan mudah terserap masuk ke dalam cerita ini. Saat membacanya, kamu seakan-akan menjadi orang ketiga yang menyaksikan semua kejadian dan situasi yang adalah dalam buku The Woman in the Window karya A.J. Finn ini.

Jika diamati dari segi karakter yang dimiliki oleh setiap tokoh dalam buku The Woman in the Window ini. Semua orang memiliki peranan yang menarik, khas, dan saling mendukung satu sama lain. Meski kadang ada beberapa tokoh yang dideskripsikan tidak secara detail.

Namun, A.J. Finn pasti menginginkan pembacanya untuk lebih fokus kepada cerita yang disajikan oleh tokoh-tokoh utama. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa dalam buku The Woman in the Window ini memiliki penggambaran cerita yang sangat detail. 

Bagi sebagian orang yang belum terbiasa dengan karya fiksi horor atau tentang pembunuhan akan kaget dan takut saat membaca buku ini. Semua adegan digambarkan secara mendetail dengan deskripsi pemilihan kata yang tepat. Tersirat namun mudah dipahami.

Bagian terfavorit dalam buku ini ketika pembaca dibawa oleh A.J. Finn untuk meragukan kemampuan imajinasi dan tebakan mereka. Akhir dari cerita ini sangat amat tidak terduga. Semua akan mempertanyakan kebenaran dari kejadian yang dilihat oleh Anna. 

Namun, dalam cerita ini, Anna juga dideskripsikan dengan perasaan bimbangnya. Bingung tentang kebenaran yang terjadi. Ia bahkan meragukan pikiran dan ingatannya sebagai halusinasi sebagai salah satu dampak dari penyakit agorafobia nya. 

Kelebihan lain yang ada dalam buku ini adalah konsep tentang keadaan yang dialami oleh Anna, agorafobia. Penyakit ini masih sangat jarang di dengar atau bahkan sangat asing di telinga masyarakat awam. Oleh karena ini lah, buku ini sebenarnya juga menjadi salah satu edukasi tentang penyakit agorafobia.

Kisah ini ditutup dengan akhir yang sangat menyenangkan dan mendebarkan. Buat kamu yang memang menyukai buku fiksi dengan tema horor, thriller, dan pembunuhan seperti ini. Buku The Woman in the Window sangat direkomendasikan untuk kamu baca loh.

Selain cerita dari bukunya yang mendebarkan, buku ini menjadi salah satu buku yang hebat dan telah diadaptasi ke dalam film pada tahun 2021 lalu. 

Bagi kamu yang ingin mengetahui lebih detail, jelas, dan mendalam tentang ingatan atau halusinasi yang di alami oleh Anna Fox, kamu bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada di dalam benak kamu tentang “Siapa pembunuhnya?” “Apakah Anna berhalusinasi?” dengan lengkap langsung dari bukunya, yaitu The Woman in the Window.

Buku ini telah tersedia di Gramedia.com loh! Jadi, kalau kamu ingin membaca kisah lengkap Anna Fox dan penyakit agorafobia nya, kamu bisa mendapatkan bukunya di www.gramedia.com 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy