in

Review Buku: Ternyata Bukan Kamu Rumahnya

Dalam hidup, kita tak pernah lepas dari berbagai perasaan—senang, sedih, bahagia, kecewa, dan semua warna emosi lainnya. Semua orang pasti pernah merasakan cinta. Namun, cinta juga tak selalu berbalas. Kadang, cinta pergi meninggalkan luka yang sulit disembuhkan.

Ketika sebuah hubungan berakhir, hidup tetap harus berjalan. Justru saat putus cinta, banyak dari kita menemukan versi terbaik diri sendiri. Mulai dari mencoba hal baru, mengasah keterampilan, mengeksplorasi hobi, hingga mengalihkan pikiran dari kesedihan—semua itu membantu kita bangkit dan tumbuh.

Bukan Kamu RumahnyaĀ langsung menarik perhatian siapa pun yang membacanya, karena mengandung makna yang dalam. Dalam sebuah hubungan, ā€œrumahā€ sering diartikan sebagai tempat pulang—tempat berkeluh kesah dan membangun kebahagiaan bersama. Namun, ā€œBukan Kamu Rumahnyaā€ berarti seseorang yang dulu jadi tempat ternyaman kini bukan lagi tempat hati untuk pulang.

Grameds, jika kamu sedang melewati fase ini, buku ini sangat tepat untuk kamu baca dan pahami. Buku ini akan menemani perjalananmu melepas rasa sakit dan luka akibat berakhirnya hubungan, membantu kamu menemukan kembali dirimu, dan bangkit dengan penuh semangat. Kamu bisa mendapatkan buku ini lewat sistem Pre Order yang diselenggarakan oleh penulisnya. Info lengkapnya bisa kamu lihat di Instagram @selesaiindong.

Sebelum mulai membaca bukunya, yuk simak artikel berikut yang membahas sinopsis, kelebihan, dan kekurangan buku ini. Selamat membaca!

Sinopsis Buku Ternyata Bukan Kamu Rumahnya

ā€œSampai sekarang, aku masih berdiri ditempat yang sama, masih menunggu kamu pulang. Masih percaya, barangkali langkahmu akan kembali kesini, padahal – sebelum aku sadar, kamu sudah memilih jalan yang ujungnya tak ada lagi aku.ā€

Ini adalah cerita tentang kehilangan, luka, dan akhirnya menemukan diri sendiri. Ditulis dengan jujur dan penuh perasaan, buku ini merangkum kepedihan dari sebuah hubungan yang harus berakhir, harapan yang perlahan pudar, serta perjuangan berdamai dengan kenyataan.

Di setiap halamannya, kamu akan menemukan kata-kata yang mungkin mewakili perasaanmu—tentang bertahan, melepaskan, dan belajar menerima bahwa tidak semua orang yang kita cintai adalah tempat kita untuk pulang.

Buku ini terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas saat kita tak lagi menjadi ā€œkita,ā€ fase setelah putus. Bagian kedua mengisahkan luka yang kita simpan sendiri, atau fase relapse. Dan bagian ketiga adalah saatnya kita (harus) baik-baik saja, fase move on yang menjadi akhir dari segala luka.

Karena pada akhirnya, yang pergi memang akan pergi. Namun itu bukan berarti segalanya hilang. Ada diri sendiri yang harus disembuhkan dan kebahagiaan yang menunggu untuk ditemukan.

Buku ini dibuat untuk kamu yang sedang berjuang untuk tetap baik-baik saja.

ā€œTetap menyala walau apinya kecil sekali, tetap berdiri kokoh walau badainya besar sekali. Sebab, yang benar-benar kuat bukanlah yang tak pernah goyah, melainkan yang terus bertahan meski hampir padamā€“ā€

Kelebihan dan Kekurangan Buku Ternyata Bukan Kamu Rumahnya

Pros & Cons

Pros
  • Buku yang hangat untuk menemani kamu yang sedang terluka, kecewa karena hubungan yang kandas
  • Cover dan Judul buku yang memiliki arti yang mendalam
  • Buku ini ditulis oleh pemilik akun @selesaiindong yang memang menuliskan kumpulan kata-kata di akun Instagram
Cons
  • Tidak cocok dibaca semua orang terutama orang yang sedang baik-baik saja
  • Masih dalam proses Pre-Order

Kelebihan Buku Ternyata Bukan Kamu Rumahnya

Buku ini hadir untuk menemani kamu yang sedang merasakan kesedihan akibat suatu hubungan yang telah usai. Di dalamnya, tersimpan ruang untuk menampung segala luka, rindu, dan harapan yang mungkin selama ini tak terucap.

Menjadi teman perjalanan harapan, saat kamu sampai di halaman terakhir, perasaan berat pun perlahan reda dan harapan baru mulai terbit. Ditulis bukan dalam bentuk novel, melainkan kumpulan kata-kata yang bisa kamu buka kapan saja saat membutuhkan motivasi dan kekuatan.

Cover buku ini penuh makna mendalam. Di sana tergambar sebuah gagang pintu—simbol dari keputusan besar yang harus kamu ambil: mau berdamai dengan diri sendiri dengan membuka pintu itu, atau memilih berbalik ke masa lalu dan meninggalkan kesempatan untuk melangkah maju.

Pintu yang dibuka ini membawa pembaca menyusuri cerita tentang bagaimana perasaan itu tumbuh, bertahan, lalu perlahan memudar. Warna merah mendominasi cover, melambangkan hati yang penuh emosi.

Ternyata Bukan Kamu RumahnyaĀ terinspirasi dari pepatah, ā€œsatu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka.ā€ Ini mengingatkan kita bahwa perpisahan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal sebuah perjalanan baru.

Di gagang pintu itu tergantung sebuah tag yang biasanya kita lihat di kamar hotel. Tapi, alih-alih bertuliskan ā€œDo Not Disturb,ā€ tag tersebut bertuliskan ā€œTernyata Bukan Kamu Rumahnya.ā€ Tag ini bukan tanda penolakan, melainkan sebuah batasan—batasan untuk mulai lebih mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.

Buku ini ditulis dengan kalimat dan kata-kata yang ringan dan mudah dipahami. Cocok untuk kamu yang nggak suka bacaan formal atau baku, dan juga buat kamu yang gampang terdistraksi saat membaca. Membacanya pun seperti ngobrol santai dengan teman tentang perasaan kamu.

Ternyata Bukan Kamu Rumahnya ditulis oleh pemilik akun Instagram @selesaiindong. Sebelum bukunya hadir, akun ini sudah dikenal karena sering membagikan kata-kata yang relate banget soal percintaan, persahabatan, dan perasaan sehari-hari. Karena banyak yang merasa terhubung dengan kata-kata itu, akhirnya kalimat-kalimat tersebut dibukukan dalam bentuk fisik agar bisa menemani lebih banyak orang.

Kekurangan Buku Ternyata Bukan Kamu Rumahnya

Buku ini tidak akan relate dengan kamu yang tidak sedang dalam fase life after break up. Maka dari itu buku ini tidak direkomendasikan untuk kamu yang sedang baik-baik saja karena kata-kata dan kalimatnya akan terdengar klise. Namun hal ini lah yang menjadikan buku ini sangat spesial dan memang tertuju untuk sebagian orang.

Bagi kamu yang memang sedang berada dalam fase setelah putus, buku ini akan sangat membantu dan menyentuh hati. Sebuah karya yang tepat waktu untuk memberikan penghiburan dan kekuatan saat kamu membutuhkannya.

Penutup

Nah, Grameds, itulah ulasan tentang Ternyata Bukan Kamu Rumahnya. Buku yang hangat ini sangat cocok untuk kamu yang baru saja melewati perpisahan. Di saat hidup setelah putus sering terasa berat dan penuh kesedihan, buku ini hadir sebagai teman yang setia menemani setiap fase perjalananmu hingga kamu kembali menemukan harapan baru.

Nah, jika Grameds tertarik membaca Ternyata Bukan Kamu Rumahnya, kamu bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau toko buku Gramedia terdekat di kotamu. Gramedia selalu menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds menambah wawasan. Dengan menyediakan buku berkualitas dan original, Gramedia membantu kamu terus #TumbuhBersama dalam perjalanan membaca dan belajar.

Rekomendasi Buku Terkait

The Things You Can See Only When You Slow Down

The Things You Can See Only When You Slow Down

Apakah dunia ini benar-benar bergerak terlalu cepat, ataukah yang sebenarnya terburu-buru justru adalah pikiran kita sendiri? Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tuntutan dan kesibukan, kita sering merasa seperti harus terus berlari mengikuti ritme dunia yang tak pernah berhenti. Namun, hal ini bukan berarti kita harus selalu ikut terburu-buru.

Buku terlaris karya Haemin Sunim, seorang guru meditasi Buddhis ternama yang berasal dari Korea dan menempuh pendidikan di Amerika Serikat, hadir sebagai cahaya penuntun yang membimbing pembaca untuk menemukan kedamaian batin dan keseimbangan hidup, meski di tengah tekanan dan kecepatan dunia yang tak henti bergerak.

Dalam bukunya, Haemin Sunim memberikan petunjuk yang mendalam untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan di delapan aspek penting kehidupan, mulai dari hubungan antar manusia, cinta, hingga spiritualitas. Ia mengajak kita untuk membangun koneksi yang lebih bermakna dengan orang-orang di sekitar, serta menanamkan nilai-nilai belas kasih dan pengampunan terhadap diri sendiri, yang sering kali terlupakan di tengah kesibukan kita sehari-hari.

Pesan-pesan ini disampaikan dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan, mengingatkan kita bahwa hidup bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga tentang kualitas hubungan dan kedalaman rasa.

Buku ini juga dihiasi dengan lebih dari dua puluh ilustrasi penuh warna yang tidak hanya mempercantik halaman, tapi juga berfungsi sebagai jeda visual yang menenangkan. Ilustrasi-ilustrasi tersebut mengajak kita untuk merenung dan menyadari bahwa saat kita melambatkan langkah, dunia pun seolah ikut melambat, memberi ruang bagi kita untuk bernafas dan hadir sepenuhnya dalam setiap momen.

Things You Can See Only When You Slow Down tidak disusun sebagai kumpulan tips atau trik yang langsung memberikan solusi instan. Sebaliknya, Haemin Sunim menggunakan pengalaman hidup dan ajaran Buddhisnya untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang mengajak pembaca merenung dan mencari jawaban dalam diri sendiri.

Dengan cara ini, setiap pembaca dapat menemukan makna dan pelajaran yang relevan dengan perjalanan hidup mereka masing-masing, menjadikan buku ini bukan hanya bacaan, tapi juga teman dalam perjalanan menemukan ketenangan dan makna sejati di tengah hiruk-pikuk kehidupan.

Kita Dalam Tumpukan Kata

Kita Dalam Tumpukan Kata

Buku Kita Dalam Tumpukan Kata merupakan karya Sesakata dan diterbitkan oleh Elex Media Komputindo menjadi salah satu buku pilihan tepat untuk dibaca di waktu luang. Sesakata juga sudah memiliki ratusan ribu followers di akunnya dan berisi puisi-puisi khas remaja. Ada beberapa sub bab yang dibagikan dalam buku Kita dalam Tumpukan Kata, seperti: luka dan mala bencana, lila rela, renata terlahir kembali, dan memoar catatan kenangan. Masing-masing sub bab tersebut menawarkan puisi yang enak dibaca, dan relatable dengan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata. Buku ini seperti ungkapan hati.

Untuk yang tersesat dan ingin ditemukan Yang hilang dan ingin digantikan Dan untuk kamu Yang jatuh dan ingin dibangkitkan lagi Buku Kita dalam Tumpukan Kata ini bisa jadi rekomendasi buat yang suka baca puisi nih, dan suka membaca kalimat-kalimat pendek.

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Novel Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini mengangkat kisah sebuah keluarga yang menyimpan konflik masa lalu yang belum pernah terselesaikan. Konflik ini sudah lama terpendam dan tidak pernah diungkapkan secara terbuka, sehingga perlahan menjadi beban yang membayang-bayangi hubungan antar anggota keluarga. Karena sifatnya yang destruktif, konflik tersebut mengancam keharmonisan yang selama ini mereka bangun bersama, meskipun semuanya tampak baik-baik saja di permukaan.

Ketegangan dalam keluarga ini ibarat sebuah bom waktu yang siap meledak kapan saja, tanpa ada yang bisa memprediksi waktu, cara, atau tempatnya. Ketika akhirnya saat yang menentukan itu tiba, segala rahasia yang selama ini tersembunyi dengan rapat pun terbongkar. Pengungkapan rahasia tersebut membawa perubahan besar bagi dinamika keluarga, memaksa mereka untuk menghadapi kenyataan yang selama ini mereka hindari.

Written by Z. Hanifah

Halo, saya Z. Hanifah, berperan sebagai editor artikel di Gramedia. Selain sebagai pekerjaan, membaca dan menulis adalah hobi utama saya. Keahlian riset saya membantu saya menyusun konten yang bermanfaat dan berkualitas di blog ini.