Agama Islam

Memahami Sifat Syaja’ah dalam Islam: Berani Jujur untuk Kebenaran

Written by Yufi Cantika

Syaja’ah adalah – Sebagai umat muslim, tentu kita tahu bahwa Agama Islam mengajarkan kepada umatnya tentang berbagai macam sifat atau akhlak baik ataupun peringatan akan akhlak yang buruk. Di antaranya yaitu dengan meneladani dan mempelajari sifat-sifat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang mana salah satunya yaitu sikap syaja’ah.

Lalu, apa sih sebenarnya sifat syaja’ah ini dan apa manfaatnya untuk umat Islam yang mengamalkan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari?

Jadi, syaja’ah adalah akhlak mulia yang mengajarkan setiap umat muslim untuk berani bertindak yang didasari oleh kebenaran. Setiap muslim seharusnya mempunyai akhlak mulia yang disebut dengan syaja’ah. Terlebih lagi, sifat yang satu ini mempunyai keterkaitan dengan kejujuran.

Syaja’ah adalah kemampuan dalam menundukkan jiwa supaya selalu tegar, teguh, dan tetap bergerak maju meskipun dihadapkan dengan musuh, masalah hidup, ataupun musibah. Dengan begitu, orang-orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan selalu menggunakan akal sehatnya dalam mengendalikan hawa nafsu supaya tidak bertindak seenaknya.

Islam sendiri memerintahkan kepada para umatnya agar tidak menjadi penakut atau pengecut. Hal tersebut karena kedua hal tersebut bisa menyebabkan kegagalan dan juga kekalahan.

Lalu, salah satu sifat yang diajarkan oleh Islam adalah berani atau syaja’ah. Kata syaja’ah ini juga mempunyai beberapa arti lain, seperti misalnya kekuatan, keberanian, kegagahan, tekun, kekuatan hati, sabar, tenang, dan juga menguasai diri. Sedangkan secara terminologi, kata syaja’ah adalah keteguhan hati dan juga keberanian tetap maju untuk menghadapi berbagai masalah hidup, musuh, hingga musibah.

Syaja’ah Adalah

pixabay

Menurut buku yang berjudul Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI, menjelaskan bahwa syaja’ah juga memiliki makna berani dalam membela kebenaran dan berani untuk bertindak selama di jalan yang benar.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa keberanian ini harus dilandasi dengan kebenaran menurut syariat Islam dan tidak memihak hal yang salah. Adapun lawan dari sifat syaja’ah adalah al jubn yang artinya pengecut.

Orang-orang yang memiliki sifat pengecut ini biasanya tidak ada komitmen yang kuat dalam mengedepankan kebenaran. Sikap mereka sangat bergantung dengan hawa nafsunya. Diri seorang pengecut ini akan melunak dan mengkhianati kebenaran apabila melakukan kebenaran akan mengantarkannya pada kerugian terhadap dirinya sendiri. Misalnya saja, gentar dengan celaan manusia, takut kehilangan harta dunia, dan juga takut menghadapi risiko dari sebuah perjuangan.

Oleh karena itu, sikap pengecut ini sebenarnya lebih dekat dengan kekalahan. Orang yang memiliki sikap pengecut cenderung lebih rentan mengalami kehinaan dan juga kegagalan. Dirinya akan merasa lebih takut kepada manusia daripada takut dengan Allah SWT.

Sebaliknya, syaja’ah disini dapat menjadi jalan untuk mewujudkan kemenangan dalam keimanan. Seorang muslim tidak boleh takut dalam mengemban tugas agama apabila ingin memperoleh kegemilangan. Hati kita harus dituntun oleh keimanan, sehingga tidak akan ada rasa gentar di dalam diri.

Allah SWT sudah memerintahkan hambanya untuk berani melakukan sesuatu karena kebenaran. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, yang mana artinya:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Q.S. Ali Imran/3: 139)

Jenis-Jenis Syaja’ah

Sifat syaja’ah sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu syaja’ah harbiyah dan syaja’ah nafsiyah. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:

1. Syaja’ah Harbiyah

Syaja’ah harbiyah merupakan keberanian untuk melawan kemungkaran yang terlihat ataupun tidak terlihat oleh mata atau keberanian dalam berperang di jalan Allah SWT. Misalnya saja, keberanian dalam menghadapi musuh dalam peperangan untuk menegakkan Agama Allah. Keberanian ini telah dijelaskan di dalam Al-Quran, tepatnya di Surat Al-Anfal ayat 15-16. Allah SWT berfirman, yang artinya:

“Wahai orang yang beriman! Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir yang akan menyerangmu, maka janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Dan barangsiapa mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sungguh, orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali.”

2. Syaja’ah Nafsiyah

Sementara itu, syaja’ah nafsiyah merupakan keberanian dalam menegakkan kebenaran dan juga menghadapi bahaya ataupun penderitaan. Misalnya saja, keberanian mengungkapkan hal-hal yang benar, mengendalikan hawa nafsu marah, dan mengakui kesalahan. Islam sangat tidak menyukai orang yang pengecut, lemah, dan juga penakut. Orang yang lemah ataupun penakut umumnya tidak berani untuk mempertahankan hidup, sehingga sangat mudah putus asa.

Ketakutan tersebut di antaranya yaitu karena takut dikucilkan di dalam lingkungannya, takut karena berlainan sikap dengan banyak orang, dan takut untuk membela sebuah kebenaran dan juga keadilan.

Syaja’ah adalah keberanian yang berdasar pada kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan serta perhitungan untuk mengharapkan ridha Allah SWT. Keberanian atau syaja’ah adalah jalan untuk mewujudkan sebuah kemenangan dalam keimanan.

Tidak boleh ada kata gentar dan takut untuk Muslim ketika mengemban tugas jika ingin meraih kemenangan. Semangat keimanan yang ada di dalam diri akan selalu menuntunmu agar tidak takut dan gentar sedikitpun.

Contoh Syaja’ah

pixabay

Dari dua jenis sifat syaja’ah yang sudah dijelaskan di atas, syaja’ah bisa terimplementasikan menjadi beberapa bentuk contoh syaja’ah, antara lain:

1. Quwwatul Ihtimal

Quwwatul ihtimal adalah daya tahan yang besar. Dimana seseorang terbukti mempunyai sifat syaja’ah saat mereka mampu bersabar dan siap untuk menghadapi penderitaan, kesulitan, bahaya, atau yang lainnya saat berjuang di jalan Allah SWT. Kisah perjuangan para nabi dan juga para sahabatnya di Makkah menggambarkan hal tersebut.

Perhatikan bagaimana mereka terus bertahan meski dalam suasana tertekan. Smpai sebagian dari mereka harus gugur syahid, seperti misalnya Tasi dan Sumayyah, sebagian lainnya mengalami penyiksaan, misalnya saja Bilal dan Amr bin Yasir, dan sebagiannya lagi harus rela berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya menuju Habasyah atau Ethiopia demi mempertahankan iman serta mengembangkan dakwah.

2. Ash-Sarahah Fil Haq

As-Sarahah Fil Haq merupakan sikap terus terang dalam kebenaran. Di mana seseorang yang memiliki sifat ini lebih berani untuk berterus terang dalam kebenaran menjadi salah satu implementasi lainnya dari sifat syaja’ah atau berani.

Rasulullah SAW bersabda: “Katakan kebenaran, sekalipun itu pahit” (HR. Imam Baihaqi). Keterusterangan dalam menyampaikan kebenaran adalah indikasi keberanian. Bahkan berkata benar dihadapan penguasa yang zalim disebut oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam sebagai jihad yang paling afdhal (utama), dan orang yang dibunuh karenanya disebut sebagai syuhada.

“Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan orang yang berdiri di hadapan penguasa zalim lalu ia menyuruhnya (berbuat ma’ruf) dan melarangnya (berbuat munkar), lalu pemimpin itu membunuhnya.” (HR. Imam Al Hakim).

3. Kitmanu As-Sirri

Kitmanu As-Sirri artinya memegang rahasia. Dalam memegang sebuah rahasia, pastinya memerlukan keberanian pada diri kita. Terlebih lagi, informasi yang kita pegang tersebut terindikasi berbahaya apabila ada kebocoran. Dengan menjaga rahasia, maka seseorang juga menjaga amanah yang sudah diberikan oleh orang lain.

Menjaga rahasia, terlebih dalam konteks perjuangan dan juga dakwah merupakan sesuatu yang berat dan memiliki risiko tinggi. Terbongkarnya sebuah rahasia bisa berakibat sangat fatal. Oleh sebab itu, kesiapan dalam memegang rahasia menjadi indikasi syaja’ah pada seorang muslim.

Di kalangan sahabat Nabi sendiri yang dipercaya memegang rahasia tidak banyak. Diantaranya yaitu Hudzaifah Ibnul Yaman RA, yakni seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan sebutan Shahibus Sirri atau pemegang rahasia.

4. Al-I’tirafu Bil Khatha’i

Al-I’tirafu Bil Khatha’i artinya mengakui kesalahan. Orang yang siap dan mau mengakui kesalahannya menjadi salah satu ciri orang yang mempunyai sifat syaja’ah atau berani. Seperti yang kita tahu bahwa mengakui kesalahan memang tidak mudah.

Terkadang, kita takut dikucilkan, takut dibenci orang lain, atau cemas akan pandangan orang lain karena kesalahan yang diperbuat. Padahal, mengakui kesalahan diri sendiri sangatlah menguntungkan. Karena mereka dapat melihat kesalahan dalam diri dan segera memperbaikinya.

5. Al-Inshafu Min Adz-Dzati

Al-Inshafu Min Adz-Dzati artinya bersikap objektif pada diri sendiri. Orang yang memiliki sifat syaja’ah akan menilai dirinya secara objektif dan juga meyakini bahwa dirinya mempunyai kekurangan dan juga kelebihan.

6. Milku An-Nafsi Inda Al-Ghadhabi

Milku An-Nafsi Inda Al-Ghadhabi artinya menguasai diri ketika marah. Salah satu ciri orang yang mempunyai sifat syaja’ah yaitu memiliki ketangguhan dalam melawan hawa nafsu dan juga amarah. Walaupun dalam kondisi yang emosi, mereka akan tetap bisa berpikir jernih.

Penerapan Syaja’ah dalam Islam

Penerapan syaja’ah di dalam Islam mempunyai berbagai macam bentuk. Syaja’ah disini bisa dipraktikkan sesuai dengan profesi yang diperankan setiap umat Islam. Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan syaja’ah dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

  • Mempunyai daya tahan yang besar dalam menghadapi kesulitan, bahaya, penderitaan, sampai penyiksaan, asalkan sudah berada di jalan Allah SWT.
  • Berterus terang dan juga konsisten dalam menyampaikan kebenaran.
  • Memegang rahasia yang sudah diinformasikan, terlebih dalam kebaikan.
  • Tidak malu untuk mengakui kesalahan diri sendiri.
  • Bersikap objektif kepada diri sendiri.
  • Bisa mengendalikan diri saat marah.

Kaitannya Syaja’ah dengan Kejujuran

Syaja’ah ternyata berkaitan dengan sikap jujur atau kejujuran. Orang-orang yang berani mengemban tugas mulia selalu berbuat atas dasar kejujuran. Setidaknya, terdapat tiga alasan kaitannya antara syaja’ah dengan kejujuran, antara lain:

  1. Orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan lebih konsisten dalam menyuarakan kebenaran. Ucapan serta tindakannya tidak dibarengi dengan unsur kebohongan. Bahkan, dirinya berani untuk berkata benar, walaupun hal itu dilakukan di hadapan penguasa dan orang pengecut tidak akan berani bertindak seperti itu.
  2. Orang yang memiliki jiwa syaja’ah akan berani mengakui kesalahannya. Mereka tidak akan menampik kenyataan bahwa banyak salah yang pernah mereka lakukan. Selain itu, mereka juga rujuk dengan cara meminta maaf dan berusaha keras untuk tidak mengulangi kesalahannya.
  3. Orang yang berjiwa syaja’ah selalu senang berbuat baik. Hal tersebut menjadi sifat dasar manusia yang menyukai kejujuran dan benci dengan kebohongan.

Bentuk-Bentuk Keberanian

Keberanian tak hanya bisa ditunjukkan dalam peperangan saja, tapi juga dalam berbagai macam aspek kehidupan. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Al-Quran dan Sunnah, yaitu:

1. Keberanian Jihad di Jalan Allah SWT

Sebagai umat muslim, kita harus berani maju untuk berperang dalam membela kebenaran hingga menang atau mati syahid. Hal tersebut sudah tertuang di dalam Surat Al-Anfal ayat 1 15 sampai 16, yang artinya:

“Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka di waktu itu (mundur), kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya adalah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya”.

Rasulullah juga sudah mencontohkan hal tersebut dalam perang Badar, yakni dengan pasukan 300 orang yang berani menghadapi lawan dengan jumlah tiga kali lipas, yakni sekitar 1000 orang dan ternyata Rasulullah bersama dengan para sahabatnya berhasil mencapai kemenangan.

2. Keberanian dalam Menyatakan Kebenaran

Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

“Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa yang zalim”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

3. Keberanian untuk Mengendalikan Diri dari Emosi

Hal yang satu ini sudah dijelaskan pada pembahasan di atas.

Sumber Keberanian

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mempunyai keberanian, antara lain:

1. Rasa Takut kepada Allah SWT

Selama seseorang itu masih yakin bahwa yang dilakukannya berlandaskan perintah Allah SWT, maka orang tersebut memiliki sikap tidak takut kepada siapapun, kecuali dengan Allah SWT. Jika ada yang membuatnya merasa takut, maka ia harus yakin bahwa Allh SWT adalah sebaik-baiknya penolong dan pelindung.

“Cukuplah Allah yang menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS. Ali-Imran : 173)

2. Lebih Mencintai Akhirat Dibandingkan Dunia dan Seisinya

Perlu kita pahami bahwa dunia ini bukanlah tujuan akhir, tapi hanya sebagai jembatan menuju akhirat. Seorang muslim tidak akan merasa ragu meninggalkan dunia, asal Ia mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.

3. Tidak Takut akan Mati

Jika ajal sudah menjemput, maka tidak ada yang bisa mencegah atau lari darinya. Kematian merupakan sebuah kepastian dan setiap orang yang hidup pasti akan mati. Seorang muslim tidak akan takut dengan kematian, apalagi mati syahid.

“Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”. (QS. An-Nisa :78)

4. Tidak Ragu-ragu

Salah satu yang menyebabkan adanya rasa takut dalam diri yaitu perasaan ragu-ragu. Jika seseorang merasa ragu dengan kebenaran yang mereka lakukan, pastinya mereka akan menghadapi risiko. Namun, jika mereka penuh dengan keyakinan, akan muncul keberanian. Rasulullah SAW sendiri pernah mengajarkan.

“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, menuju apa-apa yang tidak meragukanmu”. (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

5. Tidak Memprioritaskan Kekuatan Materi

Kekuatan materi memang dibutuhkan dalam perjuangan, namun materi bukanlah segalanya, Allah lah yang menentukan segala sesuatunya. Jadi, jangan pernah menomorsatukan kekuatan materi.

6. Tawakal dan Yakin dengan Pertolongan Allah SWT

Orang-orang yang berjuang untuk kebenaran tidak akan pernah merasa takut, karena setelah berusaha dengan keras, maka mereka akan bertawakal dan memohon pertolongan Allah SWT.

Demikian penjelasan mengenai apa itu syaja’ah dan beberapa contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang ilmu agama Islam lainnya dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Umam

sumber:

  • https://www.risalahislam.com/2022/10/pengertian-syajaah-jenis-contoh.html
  • https://tirto.id/mengenal-macam-macam-syajaah-dan-keterkaitannya-dengan-kejujuran-gws6
  • https://www.muslimterkini.com/pendidikan/pr-902050102/materi-syajaah-kelas-11-pengertian-contoh-hingga-makalahnya-lengkap

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika