Agama Islam

Pengertian Tawasul dan Macam-Macam Tawasul

Written by Yufi Cantika

Tawasul adalah bentuk mendekatkan diri kepada Allah melalui wasilah dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya, ketaatan kepada-Nya, dengan mengikuti petunjuk Rasul-Nya, serta mengamalkan seluruh amalan yang diridhai-Nya, dengan kata lain, kita melakukan ibadah dengan tujuan mendapatkan keridhaan Allah agar mendapat surga-Nya.

Tentu saja, hal ini adalah bentuk ibadah kepada Allah yang biasanya kita lakukan dalam kehidupan. Akan tetapi, perlu kamu ketahui bahwa banyak sekali orang yang terjerumus mengenai tawasul ini. Mereka melakukan tawasul yang tidak disyariatkan oleh agama. Banyak orang menafsirkan hadist mengenai tawasul hanya berdasarkan hawa nafsu dan akal pikiran mereka. Oleh sebab itu, banyak sekali bermunculan bentuk tawasul yang tidak sesuai dengan tuntutan syariat Islam, bahkan dapat terjatuh dalam kesyirikan yang besar.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai berbagai bentuk tawasul yang sudah muncul di berbagai lingkungan. Kita hanya dibolehkan melakukan tawassul sesuai Sunnah (syar’i), yaitu tawasul yang mendekatkan diri kepada Allah sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Dan kita dilarang melakukan bentuk tawasul yang tidak sesuai dengan tuntutan. Yang mana tawasul terlarang pun sudah tersebar dan dilakukan oleh sebagian orang.

Mereka menganggap tawasul yang dilakukan benar dan sedang beribadah kepada Allah dengan memohon ridha-Nya, namun sebenarnya muka Allah-lah baginya. Waliyyadzubillah. Maka dari itu, kita harus mengetahui dan mengkaji ulang, apakah sudah benar tawasul yang kita lakukan, apa makna tawasul yang sebenarnya, dan bagaimana tawasul yang dilarang dan bagaimana pula tawasul yang diperbolehkan. Hal ini supaya kita tidak terjerumus kedalam perkara yang dilarang tanpa kita sadari.

Sebab, banyak kaum muslimin yang salah dalam memahami makna tawasul. Jadi, banyak di antara mereka yang bertawasul dengan wali atau orang-orang shalih yang sudah mati. Hal ini mereka anggap sebagai pendekatan diri kepada Allah. Padahal, perkara tersebut dapat menjerumuskan mereka ke dalam dosa dan kesyirikan.

Apa Pengertian Tawasul?

Tawassul merupakan sebuah sarana/wasilah agar ibadah atau do’a lebih diterima dan dikabulkan oleh Allah Subhanahuwa ta’ala. Menurut bahasa, Al-wasilah artinya segala hal yang dapat mendekatkan dan menyampaikan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya yaitu Wasaa-il (An-Nihayah fil Gharibil Hadiit wal Atsar : 185 Ibnul Atsir).

Sedangkan menurut istilah syari’at Islam, al-wasilah yang dibolehkan atau diperintahkan dalam al-Qur’an, yaitu segala hal untuk mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala, dengan berupa amal ketaatan dan ibadah yang disyariatkan. [Tafsir Ibnu Katsir III/103 dan Tafsir Ath-Thabari IV/567].

Allah Subhanahuwa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepadaNya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.” [QS. Al-Maidah : 35].

Terkait ayat diatas, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu mengatakan, “Makna wasilah pada ayat tersebut adalah al-qurbah (yaitu peribadatan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah).”

Selain itu, ada juga riwayat dari Mujahid, Ibnu Wa’il, ‘Abdullah bin Katsir, Ibnu Zaid, al-Hasan, as-Suddi, dan yang lainnya. Qatadah menjelaskan makna pada ayat tersebut, “Mendekatlah kepada Allah dengan ketaatan kepada-Nya serta mengerjakan amalan yang diridhoi-Nya.” [Tafsir Ibnu Katsir III/103 dan Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari IV/567 ].

Macam-Macam Tawasul 

pixabay

Ada beberapa macam tawasul yang sudah menyebar pada kalangan masyarakat kita. Para ulama menilai ada tiga macam tawasul (mendekatkan diri kepada Allah), yaitu: tawasul syar’i (sesuai yang disunnahkan), tawasul bid’ah (terlarang), dan tawasul syirik.

1. Tawassul Sunnah (yang dibolehkan)

Berikut cara bertawasul yang diperbolehkan atau sesuai dengan Sunnah, yaitu :

Pertama 

Melakukan tawasul dengan menyebut asma’ul husna ketika berdo’a sesuai dengan hajatnya.

Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman yang artinya,

“Hanya milik Allah-lah asma’ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma’ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. Al-A’raf : 180].

Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam bersabda, yang artinya ;

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan seluruh nama-Mu, yang Engkau menamakan diri-Mu dengan nama-nama tersebut, atau yang telah Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau yang telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang masih tersimpan di sisi-Mu.” [HR. Ahmad : 3712].

Kedua 

Melakukan tawasul dengan sifat-sifat Allah Ta’ala.

Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam bersabda, yang artinya ;

“Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri, hanya dengan Rahmat-Mu lah aku ber istighatsah, luruskanlah seluruh urusanku, dan janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walaupun sekejap mata.” [HR. An-Nasa’i, Al-Hakim dan Al-Bazzar].

Ketiga 

Melakukan tawasul dengan amal shalih.

Seperti yang dijelaskan di kitab shahih muslim, terdapat sebuah riwayat yang menceritakan tiga orang yang terkurung dalam gua. Mereka masing-masing melakukan tawasul dengan amal shaleh mereka. Orang pertama melakukan tawasul berupa memelihara hak buruh. Orang kedua melakukan tawasul dengan berbakti kepada orang tuanya. Lalu orang ketiga melakukan tawasul dengan rasa takut kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala. Sehingga menggagalkan perbuatan keji yang akan ia lakukan. Akhirnya Allah Ta’ala membuka pintu gua tersebut dari batu besar yang menghalanginya, sehingga mereka bertiga akhirnya selamat.

[HR. Muslim 7125].

Keempat 

Melakukan tawasul dengan meminta doanya dari orang-orang shaleh yang masih hidup.

Dalam sebuah hadits dikisahkan, bahwa ada orang yang buta datang menemui Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Orang buta itu berkata, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah supaya menyembuhkanku (dari kebutaan).”

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menjawab, “Jika engkau menghendaki, aku akan berdo’a untukmu. Dan jika engkau menghendaki, bersabar itu lebih baik bagimu.”

Orang buta itu tetap berkata, “Doakanlah.” Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyuruh orang tersebut berwudhu lalu shalat dua raka’at, kemudian Beliau menyuruhnya berdo’a mengucapkan,

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan aku menghadap kepada-Mu bersama dengan nabi-Mu, Muhammad, seorang nabi yang membawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap bersamamu kepada Tuhanku dalam hajatku ini, agar Dia memenuhi untukku. Ya Allah jadikanlah ia pelengkap bagi (doa)ku, dan jadikanlah aku pelengkap bagi (doa)nya.” Ia (perawi hadits) berkata,”Laki-laki itu kemudian melakukannya, sehingga dia sembuh.” [HR. Tirmidzi dan Ahmad].

Kelima

Melakukan tawasul dengan keimanan kepada Allah Subhanahuwa Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُنَادِي لِلإِيمَانِ أَنْ آمِنُواْ بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الأبْرَارِ

Artinya : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu),’Berimanlah kamu kepada Tuhanmu’. Maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.”

[QS.Ali-Imran : 193].

Keenam

Melakukan tawasul dengan ketauhidannya kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنجِي الْمُؤْمِنِينَ

Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya). Maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap,’bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Engkau, maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.’ Maka Kami telah memperkenankan do’anya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikian Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [QS. Al-Anbiya : 87-88].

2. Tawasul Bid’ah atau Terlarang 

Berikut cara bertawasul yang dilarang atau bid’ah atau tidak sesuai dengan Sunnah, yaitu :

Pertama

Bertawasul menggunakan kedudukan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam atau orang selain Beliau.

Dalam shahih Bukhari ada hadits, diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Umar bin Khathab radhiyallahu anhu bila terjadi kekeringan, maka beliau memohon kepada Allah ta’ala untuk diturunkan hujan dengan bertawasul (perantara) dengan do’a. Al-‘Abbas bin Abdul Muthalib. Umar bin Khatab berkata:

“Ya Allah dahulu kami bertawassul dengan nabi kami hingga Engkau menurunkan hujan kepada Kami. Dan sekarang kami bertawassul dengan paman nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami. Kemudian turunlah hujan.”

[HR. Bukhari : 1010].

Maksud dari bertawasul dengan Nabi shallallahu’alaihi wasallam bukan berarti “Bertawasul menyebut nama Nabi shallallahu alaihi wasallam atau mengagungkan kedudukannya seperti prasangka sebagian orang. Tetapi maksudnya ialah tawasul dengan do’a Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Oleh sebab itu, saat Nabi shallallahu’alaihi wasallam sudah wafat, lalu para sahabat tidak melakukan tawasul dengan nama atau kedudukan Beliau, namun mereka bertawasul melalui doa paman Nabi shallallahu’alaihi wasallam, yakni ‘Abbas yang waktu itu masih hidup.

Kedua 

Melakukan tawasul dengan menyebut nama dan kemuliaan orang shaleh saat berdoa kepada Allah Ta’ala.

Ini merupakan amalan bid’ah bahkan dapat menuju kesyirikan. Contohnya, “Ya Allah, aku memohon dengan kemuliaan Syekh Abdul Qadir Jailani, maka ampunilah aku.”

Ketiga 

Melakukan tawasul dengan cara beribadah disisi kuburan orang shaleh.

Ini juga merupakan perkara bid’ah yang diada-adakan, karena tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam, bahkan dapat menjadi perantara menuju kesyirikan.

3. Tawasul Syirik Akbar

Tawasul yang termasuk syirik adalah ketika menjadikan orang sudah meninggal dunia sebagai perantara atau wasilah dalam beribadah. Seperti meminta hajat dikubur, berdoa kepada mereka yang sudah meninggal, atau memohon perlindungan kepada mereka. Misalnya, “Ya Sayyid Al-Badawi, mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk kami”.

Maka perbuatan semacam ini merupakan dosa besar dan merupakan syirik akbar, walaupun mereka menyebutnya dengan “tawasul”. Hukum tawasul ini disebut syirik sebab dilihat dari hakikatnya mereka berdo’a dan memohon kepada selain Allah Ta’ala.

Hukum Tawasul (Wasilah)

pixabay

Al-Wasilah (اَلْوَسِيْلَةُ) secara etimologi bahasa berarti segala sesuatu yang dapat mendekatkan serta menyampaikan kepada sesuatu. Bentuk jamaknya yaitu wasaa-il (وَسَائِلٌ).

Seperti yang kita ketahui, al-wasilah yaitu mengamalkan suatu amal ibadah yang dengannya itu ia bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, sebagai perantara. Selain itu, wasilah juga memiliki makna lain, yakni kedudukan disisi raja, kedekatan dan derajat.

Artinya wasilah memiliki pengertian secara syar’i atau terminologi, yang sesuai dalam Al-Quran adalah segala hal mengenai amal ibadah yang dilakukan untuk mendekatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala, yang berupa amal dan ketaatan yang disyari’atkan agama.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” [Al-Maidah/5 : 35].

Terkait ayat diatas, Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu mengatakan, “Makna wasilah pada ayat tersebut adalah al-qurbah (yaitu peribadatan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah).”

Diriwayatkan dari Mujahid, al-Hasan, Abu Wa’il, ‘Abdullah bin Katsir, Ibnu Zaid, as-Suddi, dan lainnya. Qataddah mengatakan tentang makna dalam ayat tersebut :

تَقَرَّبُوْا إِلَيْهِ بِطَاعَتِهِ وَالْعَمَلِ بِمَا يُرْضِيْهِ.

“Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang diridhai-Nya.”

Adapun cara tawasul itu sendiri (mendekatkan diri kepada Allah) ada tiga macam cara yang telah tersebar, yaitu : tawasul syar’i atau sunnah, tawasul bid’ah atau terlarang, dan tawasul syirik (dosa besar).

Jadi, hukum tawasul yang dilakukan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, jika dilandasi dengan niat dan dengan cara yang benar, atau sesuai dengan Sunnah, maka ini tidak mengapa, atau boleh dilakukan, atau sangat dianjurkan.

Bagaimana Bacaan Tawasul?

Tawasul memang penting dilakukan untuk memperoleh hidayah dan rahmat Allah Subhanahu Wa ta’ala. Bertawasul juga termasuk syariat Islam yang sangat dianjurkan jika dilakukan dengan niat dan cara yang benar.

Jadi, sebelum mengamalkannya, umat muslim perlu tahu prinsip tawasul yang benar. Hal ini dilakukan agar tidak terjerumus dalam kesesatan dan kesyirikan bagi yang menjalankannya.

Dalam buku Kamus Doa Mustajab yang ditulis Lukman Junaedi, adapun bacaan tawasul adalah :

Istighfar sebanyak 3x

اَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ

Artinya : “Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.”

Membaca kalimat syahadat

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Artinya : “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Membaca Doa Tawasul 

سْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ

اَلَّلهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْقَا تِكَ نُوْرِ الْهُدَى سَيِّدِ نَا مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْ مَا تِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّا كِرُوْنَ وغَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ الْغَافِلُوْنَ

اَلَّهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الصَّلَاةِ عَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْ قَاتِكَ شَمْسِ الضُّحَى سَيِّدِ نَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْ مَاتِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّاكَرُ وْنَ وَغَفَلَ عَنْذِ كْرِكَ الْغَا فِلُوْنَ.

الَّلهُمَّ صَلِّ اَفْضَلَ الضَّلَاةِعَلَى اَسْعَدِ مَخْلُوْ قَاتِكَ بَدْ رِالدُّجَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَعْلُوْمَا تِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ الذَّا كِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْذِ كْرِكَ الْغَافِلُوْنَ . وَسَلِّمْ وَرَضِىَ اللهُ تَعَلَ عَنْ سَادَاتِنَا اَصْحَبِ رَسُوْلِ اللهِ اَجْمَعِيْنَ .

Artinya : “Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk Engkau yang paling bahagia, yang menjadi sinar petunjuk, penghulu, dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad dan kepada keluarga penghulu kami Nabi Muhammad sebanyak tinta kalimat-kalimat Engkau, tatkala orang-orang yang ingat berdzikir dan tatkala orang-orang yang lupa tidak berdzikir kepada Engkau.

Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk Engkau yang paling bahagia, yang menjadi penerang laksana matahari di waktu dhuha, penghulu, dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad dan kepada keluarga penghulu kami Muhammad, sebanyak bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta kalimat-kalimat Engkau, ketika orang-orang yang ingat berdzikir dan tatkala orang-orang yang lupa tidak berdzikir kepada Engkau.

Ya Allah, tambahkanlah kesejahteraan yang paling utama kepada makhluk Engkau yang paling bahagia, yang menjadi penerang laksana bulan purnama di waktu gelap, penghulu, dan pemimpin kami, yaitu Nabi Muhammad, sebanyak bilangan yang Engkau ketahui dan sebanyak tinta kalimat-kalimat Engkau, ketika orang-orang yang ingat berdzikir kepada Engkau dan ketika orang-orang yang lupa tidak berdzikir kepada Engkau, dan tambahkanlah keselamatan. Mudah-mudahan Allah memberi keridhaan kepada para penghulu kami, yaitu semua para sahabat Rasulullah.”

https://www.gramedia.com/products/perantara-terkabulnya-doa-tawassul

Nah, itulah pembahasan tentang tawasul. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat dan semoga kita dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala dengan keimanan dan ketaqwaan kita, Aamiin.

Jika ingin mencari buku tentang tawasul, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis : Veronika Novi 

Rujukan:

  • https://www.inews.id/lifestyle/muslim/tawasul
  • https://m.liputan6.com/hot/read/4702885/tawasul-adalah-mendekatkan-diri-kepada-allah-swt-ini-jenis-dalil-bacaan-dan-penerapannya
  • https://www.orami.co.id/magazine/tawasul
  • https://plus.kapanlagi.com/memahami-arti-tawasul-sebagai-ibadah-mendekatkan-diri-pada-allah-ketahui-dalil-dan-bacaan-doanya-c6e086.html
  • https://m.merdeka.com/jatim/tawasul-adalah-upaya-atau-wasilah-agar-doa-diterima-allah-swt-ketahui-jenisnya-kln.html
  • https://www.dream.co.id/stories/pengertian-tawasul-dan-bacaan-tawasul-lengkap-upaya-mendekatkan-diri-kepada-allah-swt-220426r.html

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika