IPA

Jenis Pergerakan Lempeng Bumi: Devergen, Konvergen, dan Transform

Pergerakan Lempeng
Written by Rahma R

Pergerakan Lempeng – Gempa dapat terjadi ketika ada pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba. Proses tersebut nantinya akan ditandai adanya patahan lapisan batuan tertentu di kerak bumi. Lalu, energi pemicu gempa akan lepas setelah mengalami akumulasi dalam jangka waktu tertentu.

Mengikuti dari laman resmi BMKG, akumulasi energi dapat muncul dari adanya pergerakan lempeng tektonik. Pergerakan tersebut mampu membuat lempeng bumi akan saling mengunci hingga memicu terjadinya pengumpulan energi.

Ketika batian lempeng tektonik tak mampu lagi menahan adanya desakan akibat pergerakan yang berlangsung secara terus menerus, maka energi yang terakumulasi tersebut akan terlepas. Proses yang memicu terjadinya guncangan gempa tersebut dapat terjadi pada area sekitar jalur sesar atau patahan.

Oleh karena itu, dalam laporan peristiwa gempa akan kerap istilah pergerakan lempeng tektonik dan patahan sesar. Dimana kedua fenomena tersebut juga menjadi faktor penyebab muka bumi memiliki bentuk yang cukup bervariasi dan bukan dalam bentuk hamparan datar.

Lempeng merupakan materi penyusun bumi pada lapisan paling atas. Lempengan bumi bisa memiliki ketabahan hingga 100 km. Dimana lempeng tektonik yang tak stabil serta akan terus bergerak tersebut juga masuk ke dalam bagian dari litosfer, lapisan bumi paling luar yang juga kerap disebut dengan istilah kulit bumi.

Sedangkan untuk patahan atau sesar dalam ilmu geologi dapat diartikan sebagai bidang rekahan yang akan dipengaruhi oleh pergeseran relatif dari satu blok batuan terhadap blok lain. Lalu, untuk jarak pergeseran blok batuan dan luas bidang dapat memiliki ukuran milimeter hingga kilometer. Sesar biasanya akan muncul dari adanya gaya tektonik pergerakan lempeng.

Pengertian Lempeng Tektonik

Pergerakan Lempeng

pixabay.com

Sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian lempeng secara singkat. Nah, dalam poin ini akan dijelaskan lebih luas lagi terkait dengan pengertian lempeng atau lempeng tektonik.

Lempeng tektonik terdiri dari dua kata yang memiliki arti berbeda. Lempeng adalah bagian yang menjadi penyusun materi pada area bumi paling atas. Sebagian besar lempeng bumi akan memiliki ketabahan hingga mencapai 100 km. Sedangkan untuk kata tektonik memiliki arti suatu proses pergerakan pada area kerak bumi yang dapat menimbulkan lekukan, lipatan, patahan yang bisa mengakibatkan kondisi tinggi rendahnya permukaan bumi.

Dari penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan jika lempengan tektonik memiliki hubungan erat dengan lapisan litosfer bumi. Dimana lapisan litosfer bumi merupakan bagian bumi yang ada di paling atas dan terdiri dari kerak bumi serta mantel bumi. Baik kerak bumi maupun mantel bumi memiliki sifat kaku dan padat.

Oleh karena itu, bagian litosfer tersebut akan mengalami suatu proses hingga menjadi lempeng tektonik. Dengan demikian lempeng tektonik adalah bagian paling atas bumi yang akan mengalami proses pergerakan hingga menimbulkan tinggi rendahnya suatu permukaan bumi. Hal inilah yang akan memberikan pengaruh terhadap permukaan bumi yang lebih dinamis.

Teori Lempeng Tektonik

Teori lempeng tektonik adalah sebuah teori besar yang ada di dalam bidang geologi. Dimana teori tersebut dikembangkan agar bisa memberikan penjelasan yang lebih mendalam terkait dengan fakta pergerakan besar litosfer bumi secara alami.

Selain itu dalam teori lempeng tektonik tersebut juga menjelaskan tentang interaksi yang terjadi pada lempeng tersebut. Hal tersebut lalu menimbulkan beberapa asumsi untuk menjadi hipotesis pada penelitian yang lebih lanjut lagi.

Beberapa asumsi yang dimaksud adalah seperti adanya pembentukan material lempeng baru, material litosfer akan memiliki bentuk suatu lempeng kaku, luas area permukaan bumi yang konstan dan lempeng litosfer dapat mentransmisikan tekanan pada jarak horizontal tanpa adanya suatu penyambungan.

Dapat disimpulkan jika lapisan litosfer terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Selain itu, di dalamnya akan ada banyak lempeng dalam ukuran besar maupun kecil tergantung dari bagaimana pergerakan yang ada.

Pergerakan Lempeng

Jenis Pergerakan Lempeng

Pergerakan Lempeng

pixabay.com

Setelah mengetahui pengertian tentang lempeng tektonik. Berikutnya kita akan belajar Bersama tentang pergerakan lempeng tektonik. Dimana pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga jenis. Mulai dari pergerakan divergen, pergerakan konvergen dan juga pergerakan transform. Nah untuk lebih jelasnya, berikut merupakan ulasan selengkapnya.

1. Pergerakan Divergen

Pergerakan atau batas divergen juga dapat disebut sebagai zona pertambahan maupun proses pembentukan lempeng baru. Dimana batas divergen juga merupakan zona yang mengalami proses pergerakan lempeng yang saling menjauh satu sama lain. Oleh karena itu, pada bagian kosong yang disebabkan oleh pergerakan lempeng menjauh akan diisi oleh mantel bumi pada lapisan litosfer.

Kondisi tersebut akan menyebabkan sebuah mid oceanic ridge atau rift valley. Hal tersebut akan menjadikan lempeng benua mengalami kondisi terbelah menjadi dua hingga menimbulkan intrusi magma pada bagian tengah lempeng yang ditinggalkan. Intrusi magma akan muncul karena memiliki konveksi yang mendorong kedua lempeng ke arah yang berbeda.

Setelah kondisi tersebut magma akan mendingin hingga dapat mengarah yang kemudian akan tercipta litosfer samudera baru.

Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan jika evolusi batas divergen memiliki tiga proses penting di dalamnya. Mulai dari batas divergen yang menjadikan lempeng ada pada litosfer bergerak membelah antara satu sama lain.

Lalu, ketika lempeng tersebut membelah, magma dari astenosfer akan memenuhi bagian yang kosong atau celah tersebut hingga akhirnya membentuk suatu lautan sempit. Contohnya adalah Laut merah dan laut sempit pada area Teluk California.

2. Lempeng Konvergen

Berikutnya ada pergerakan atau batas konvergen yang juga merupakan suatu zona penghancuran atau pengkonsumsian. Pada kondisi ini, nantinya lempeng pada permukaan bumi akan saling mendekat antara satu sama lain. Dimana aka nada satu lempeng yang akan masuk menghujam dan menembus mantel hingga lempeng tersebut bisa mengalami peleburan atau penghancuran suhu tinggi.

Pada zona konvergen akan terjadi banyak fenomena subduksi dan kolisi. Ketika lempeng-lempeng memiliki banyak bahan yang cukup berat, maka akan terjadi subduksi. Sedangkan jika lempeng memiliki bahan yang cukup ringan, maka akan terjadi kolisi.

Gerakan kolisi pada permukaan bumi bisa menimbulkan barisan pegunungan. Sedangkan untuk Gerakan subduksi akan menciptakan barisan pegunungan vulkanik. Tak hanya itu saja, pasalnya akan terjadi lipatan pada wilayah lempeng yang tertekan karena deformasi batuan.

Pergerakan lempeng pada zona konvergen dapat dilihat dari wilayah subduksi dan kolisi. Nah ada beberapa contoh dari pergerakan lempeng pada zona konvergen tersebut. Agar Anda lebih jelas lagi, berikut merupakan penjelasannya.

A. Gerakan Konvergen Lempeng Samudra dan Benua

Gerakan konvergen jenis ini akan bisa membuat lempeng Samudra dengan lempeng benua saling bertabrakan. Lempeng benua akan memiliki densitas atau kepadatan batuan yang lebih tinggi serta umur yang lebih tua.

Sedangkan untuk lempeng samudra akan memiliki kerapatan yang lebih rendah serta umur yang lebih mudah. Tabrakan tersebut bisa menyebabkan tepi lempeng Samudera membengkok ke bawah serta dipaksa turun ke dalam mantel hingga mencair.

Adapun lempeng benua yang lebih keras namun sedikit melengkung kearah atas hingga menciptakan pegunungan. Tabrakan tersebut mampu menghasilkan pegunungan berapi yang kerap juga disebut sebagai zona subduksi.

Sebagai contohnya dari adanya bentang alam yang dihasilkan oleh tabrakan lempeng Samudera dan benua adalah pegunungan berapi sirkum pasifik dan pegunungan andes atau sabuk vulkanik andes.

Pergerakan Lempeng

B. Gerakan Konvergen Lempeng Samudra dan Samudra

Berikutnya ada gerakan konvergen lempeng Samudera dengan Samudera. Gerakan ini akan mendekatkan satu samudra dengan samudra lainnya. Ketika lempeng samudra memiliki beban lebih ringan, maka akan mengalami kondisi tersubduksi.

Kondisi tersebut menjadikan suatu lempeng berbelok ke bawah dan ngajum mantel bumi hingga mencair menjadi magma. Hal tersebut juga bisa disebut sebagai parit atau palung dasar laut yang sangat dalam.

Magma yang terbentuk dari subduksi lempeng akan mengarah naik ke permukaan bumi hingga mengakibatkan adanya tegangan yang kuat dari tabrakan lempeng serta berubah menjadi lava.

Selama jutaan tahu lava yang meletus hingga adanya puing-puing vulkanik yang menumpuk pada bagian dasar laut hingga membentuk gunung berapi di dasar laut. Dalam kurun waktu lama, gunung berapi pada dasar laut akan bisa berkembang hingga muncul ke permukaan air sebagai pulau vulkanik.

Hal ini akan menjadikan pergerakan lempeng konvergen antara dua lempeng samudera bisa membentuk parit, palung dan juga gunung berapi dasar laut.

C. Gerakan Konvergen Lempeng Benua Dan Lempeng Benua

Selanjutnya ada gerakan konvergen yang terjadi pada dua lempeng benua yang saling mendekati satu sama lain hingga bertabrakan. Lempeng benua memiliki kepadatan tinggi tidak akan mengalami kondisi subduksi pada salah satu lempengnya.

Tumbukan lempeng benua akan menjadikan keduanya terlipat, patah hingga menebal dan membentuk rantai pegunungan besar dari batuan yang terangkat ke atas. Kondisi ini akan membentuk pegunungan daratan namun bukan gunung berapi.

Sebagai contohnya adalah pegunungan Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet. Pergerakan konvergen ini akan terus terjadi dan menyebabkan bertambahnya ketinggian pegunungan tersebut di setiap tahunnya.

3. Gerakan Transform

Pergerakan atau batas transform juga bisa disebut sebagai batas geser (shear boundary). Hal ini karena pada batas transform tidak memiliki litosfer yang dihancurkan atau tidak adanya litosfer yang baru diciptakan. Lempeng akan cenderung bergerak secara lateral atau mendarat antara satu sama lainnya.

Meski begitu, batas ini juga akan banyak ditemukan patahan transform dan transform fault. Misalnya adalah pada patahan gunung laut dengan Panjang mencapai ratusan kilometer. Dimana tahanan jenis ini juga lebih mudah ditemukan pada wilayah Lautan Pasifik, Atlantik hingga Lautan Selatan.

Selain itu, batas transform juga akan mengakibatkan adanya gerakan relative sinistral atau mengarah ke kiri pada bagian kanan maupun dekstral (mengarah ke kanan pada bagian kiri). Hal tersebut akan menciptakan sesar seperti Sesan San Andreas yang berada di California. Perlu diketahui juga jika batas transform kerap terjadi pada area dasar laut.

Sedangkan jika dilihat dari segi luas dan waktu terjadinya, pergerakan lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama ada gerak epirogenetik dan yang kedua ada gerak orogenetic. Nah untuk lebih lengkapnya, berikut penjelasannya.

Pergerakan Lempeng

4. Gerak Epirogenetik

Pertama ada gerak epirogenetik yang merupakan pergeseran atau pergerakan lempeng yang relatif lebih lambat dan juga berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Pergerakan epirogenetik juga bisa meliputi daerah yang luas.

Sebagai contoh adalah pada peristiwa tenggelamnya benua Gondwana hingga menjadi Sesar Hindia. Selain itu terdapat dua macam gerak epirogenetik.

Pertama ada gerak epirogenetik positif yang merupakan gerak turunya daratan sehingga permukaan air laut terlihat naik. Sebagai contohnya adalah adanya penurunan daratan pulau di wilayah Indonesia Timur seperti Kepulauan Maluku (mulai dari pulau barat daya hingga pulau Banda).

Lalu, yang kedua ada epirogenetik negatif yang merupakan naiknya daratan, sehingga bisa terlihat permukaan air turun. Contohnya adalah pada naiknya Pulau Buton dan Pulau Timor.

5. Gerak Orogenetik

Kedua ada gerak orogenetic yang merupakan pergerakan lempeng atau kerak bumi yang relatif lebih cepat dan berlangsung dengan singkat jika dibandingkan dengan gerak epirogenetik. Pergerakan lempeng orogenetik juga terjadi pada daerah yang sempit.

Gerak orogenetik kerap kali disebut sebagai proses pembentukan pegunungan. Sebagai contohnya adalah pembentukan Pegunungan Andes, Rocky Mountain, Sirkum Mediterania dan sebagainya.

Pergerakan lempeng jenis orogenetik dapat memicu terjadinya tekanan horizontal dan vertikal pada litosfer sehingga mengakibatkan adanya kemunculan dislokasi atau perpindahan letak lapisan kulit bumi.

Fenomena ini bisa mengakibatkan terjadinya patahan dan terbentuknya lipatan atau folded process dan faults process. Hasil dinamika pada litosfer sebagai akibat terjadinya proses fisika dan kimia seperti tekanan pada lapisan batuan dalam bumi atau aktivitas magma akan muncul dengan adanya tenaga endogen.

Ketika tenaga endogen dengan arah tekanan vertikal bisa membentuk tonjolan di muka bumi. Sementara itu, untuk tekanan dengan arah mendatar bisa mendorong pembentukan lipatan di muka bumi atau jalur pegunungan lipatan serta retakan atau pembahasan lapisan litosfer yang berwujud menjadi patahan atau sesar.

Macam-Macam Jenis Patahan

Ketika tenaga endogen mendesak dalam waktu cepat ke lapisan batuan yang padat dan keras, maka proses pelipatan tak akan bisa berlangsung, sehingga akan bisa mengakibatkan munculnya retakan. Hal tersebut pada akhirnya membuat lapisan batuan menjadi patah.

Kondisi akan menjadikan permukaan bumi mengalami kemerosotan, membentuk lembah patahan serta ada juga yang mengalami kenaikan. Pada bagian permukaan bumi yang merosot bisa sebut dengan nama graben atau slenk.

Sedangkan pada permukaan bumi yang naik akan membentuk suatu punggung atau puncak yang dapat dinamakan dengan istilah hors. Sedangkan jika dilihat dari penyebabnya akan terdapat tiga jenis patahan seperti pada penjelasan yang ada di bawah ini.

1. Patahan yang Diakibatkan oleh Dua Tekanan dengan Arah Horizontal yang Saling Menjauh

Pada jenis ini akan menyebabkan kondisi dua tekanan dengan arah mendatar serta menjauh antara satu sama lain. Hal tersebut juga akan mengakibatkan retakan besar yang muncul pada lapisan batuan. Salah satu bagian massa lapisan batuan dengan kondisi retak akan merosot dan juga akan menjadi lembah patahan atau graben.

2. Patahan yang Diakibatkan dari Adanya Tekanan dengan Arah Vertikal

Tenaga endogen dapat terjadi pada litosfer dengan arah vertikal dalam kurun waktu relatif cepat. Pada saat proses tersebut terjadi, maka lapisan yang menerima tekanan akan membumbung disertai dengan kemunculan retakan.

Karena memiliki gaya berat, salah satu bagian dari massa lapisan batuan akan menurun dan menjadi graben. Sedangkan pada bagian yang lain akan membentuk horst karena terjadinya kenaikan.

3. Patahan yang Terjadi Karena Adanya Dua Tekanan Horizontal Berlawanan Arah

Ketika muncul tenaga endogen yang bekerja pada lapisan litosfer dengan arah mendatar dan saling berlawanan arah, maka akan terbentuk sesar mendatar atau strike slip fault, yang mana patahan atau sesar juga bisa dibedakan berdasarkan arah pergerakan batuan terhadap bidang patahan atau sesar dan gaya penyebabnya. Tiga jenis patahan tersebut adalah normal faults, reverse faults, strike slip faults.

Nah itulah ulasan mengenai pegerakan lempeng secara lebih jelas yang bisa Anda baca di atas. Semoga semua pembahasan di atas, bisa menambah pengetahuan Grameds dalam hal pergerakan lempeng.

Jika kamu ingin mencari berbagai macam buku tentang geografi, maka bisa menemukannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Penulis: Hendrik Nuryanto

BACA JUGA:

  1. Teori Lempeng Tektonik: Pengertian, Jenis Batas Lempeng
  2. Memahami 4 Lempeng di Indonesia yang Perlu Kamu Ketahui 
  3. Pengertian Hingga Perbatasan Lempeng Pasifik 
  4. Teori Kontraksi, Ini Penjelasannya
  5. Berbagai Macam Teori Permukaan Bumi yang Perlu Kamu Ketahui 
  6. Mengenal Struktur Lapisan Bumi 
  7. Teori Pembentukan Bumi & Teori Pembentukan Tata Surya 

About the author

Rahma R

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sudah dipelajari oleh banyak orang. Saya juga senang dengan bahasa Inggris, sehingga ketika menulis dengan tema materi bahasa Inggris sangat senang.