Kesenian Sosial Budaya

Tari Kuda Lumping: Sejarah, Makna, Jenis, dan Properti yang Digunakan

Tari Kuda Lumping
Written by Umam

Tari Kuda Lumping – Ketika mendengar tari Kuda Lumping terkadang sudah bisa membuat kita terbayang suasana pagelarannya atau setidaknya membayangkan gerak-gerik dan ciri khas tariannya. Grameds, Kuda Lumping memang termasuk tarian yang banyak kita kenal sejak masa kecil.

Tarian yang satu ini asalnya dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Jathilan adalah sebutan lain dari kuda lumping. Dengan bantuan properti kuda yang didesain khusus, kemudian sekelompok penari akan menari dan ini menjadi ciri khas Tari Kuda Lumping.

Nama yang dimiliki tarian ini berbeda di setiap daerahnya. Contohnya, Kuda Lumping di Jawa Barat, Jathilan Hamengkubuwono di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Jaran Kepang di Surabaya, Jaranan Sang Hyang di Bali, Jaranan Buto di Banyuwangi, sampai Jaranan Turonggo Yakso di Trenggalek.

Tarian ini punya salah satu keunikan yang paling menonjol, yakni hadirnya aksi kesurupan yang ditonton secara bebas dengan pengendalian seorang pawang. Ada pula atraksi kekuatan magis, badan kebal, makan beling, dan lain sebagainya.

Tentu saja, Tari Kuda Lumping juga memiliki makna dan sejarah tersendiri, sama seperti seni tari atau bahkan kesenian lainnya. Mari kenali lebih dalam tentang Tari Kuda Lumping!

Tari Kuda Lumping

Tari Kuda Lumping

id.wikipedia.org

Kuda Lumping yang juga kerap disebut Jathilan atau Jaran Kepang oleh masyarakat Jawa, dan merupakan tari tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tari Kuda Lumping berasal dari Ponorogo, tarian ini menggunakan bambu atau bahan lainnya yang dipotong dan dianyam menyerupai bentuk kuda, ditambah hiasan rambut tiruan dari tali plastik yang digelung atau dikepang, atau sejenisnya. Cat atau kain beraneka warna akan menghias anyaman kuda ini.

Biasanya, tarian Kuda Lumping cuma menyuguhkan adegan prajurit berkuda. Namun, terdapat beberapa penampilan Kuda Lumping yang menampilkan atraksi kekebalan, kesurupan, sampai kekuatan magis. Misalnya, atraksi kekebalan tubuh terhadap pecut dan memakan beling.

Kuda Lumping sebagai Jaran Kepang sendiri merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meski berasal dari Jawa, tetapi tarian ini juga diwariskan oleh orang Jawa yang menetap di Sumatera Utara dan beberapa daerah lain di luar Indonesia, seperti Suriname, Malaysia, Hong Kong, Jepang, sampai Amerika.

Sejarah Kuda Lumping

Seperti dikutip dari Selasar.com, tarian kuda lumping punya sejarah yang masih sangat simpang siur. Pasalnya, terdapat sangat banyak versi yang beredar tentang asal-usul tarian ini. Adapun, masih belum jelas kebenaran atau sumber asli dari masing-masing versi tersebut.

Paling terkenal, terdapat lima versi asal-usul kuda lumping dan terbentuknya tarian ini. Yuk, simak dengan seksama!

  1. Berdasarkan versi pertama, Tari Kuda Lumping sudah hadir sejak zaman primitif. Tarian ini dipakai dalam ritual yang sifatnya magis atau upacara adat. Semua properti yang digunakan awalnya sangat sederhana, tetapi terus berubah dan berkembang seiring melajunya waktu.
  2. Menurut versi kedua, Tari Kuda Lumping ialah bentuk dukungan penuh atau apresiasi dari rakyat jelata terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro dan pasukan kudanya dalam mengusir dan melawan para penjajah.
  3. Ada pula versi ketiga yang menganggap asal-usul Tari Kuda Lumping adalah gambaran atas perjuangan Sunan Kalijaga dan Raden Patah beserta para pasukannya dalam mengusir para penjajah dari Nusantara.
  4. Dalam versi keempat, tarian yang satu ini dianggap berasal dari penggambaran proses latihan pasukan perang Kerajaan Mataram yang dikomandoi oleh Sultan Hamengku Buwono I dalam menghadapi jajahan Belanda.
  5. Adapun versi terakhir dari asal-usul kuda lumping ialah versi yang paling lengkap, yakni menceritakan tentang seorang raja tanah Jawa yang sangat sakti.

Meski berbagai versi tersebut belum jelas yang kebenarannya terbukti, tetapi itu bukanlah masalah besar. Itu artinya, yang terpenting dan mesti diingat, kebudayaan yang satu ini ialah asli Indonesia sejak zaman dulu.

Makna Tari Kuda Lumping

Tarian Kuda Lumping memiliki keunikan tersendiri berupa adanya berbagai hal mistis yang tak biasa kita temui. Decak kagum penonton tentulah terundang atas perpaduan antara alam nyata dan alam gaib ini, sebab berbagai atraksi dalam kuda lumping dilakukan meski tampak berada di luar nalar kemampuan manusia sadar. Biasanya, tradisi kuda lumping tampil di berbagai acara umum ataupun khusus, seperti perayaan hari besar, pesta pernikahan, serta momen lainnya.

Menurut Pelajarindo.com, jika penari mulai menunjukkan atraksi makan beling, makan bara api, lompat ke bara api, sampai berjalan di atas pecahan kaca, saat itulah fase dengan kekuatan supernatural muncul. Uniknya lagi, mereka akan menari dalam kondisi kesurupan.

Meski begitu, Tari Kuda Lumping rupanya mengandung makna tersendiri di samping ciri khas dan kengerian tersebut. Berikut ialah dua maknanya:

1. Kenyataan Alam Gaib

Kesenian yang satu ini punya ciri khas berupa perpaduan alam nyata dan alam gaib. Di depan semua orang, penari membuktikan bahwa alam gaib yang cenderung ditakuti itu bukanlah sekadar cerita, melainkan benar adanya.

Sebagai bukti, penari bisa kehilangan kesadaran dan melangkah ke kondisi kesurupan. Mereka sangat berani dan melakukan beragam atraksi di luar kemampuan manusia biasa, bahkan condong ke arah yang tak bisa dilakukan tanpa bantuan makhluk halus dengan izin Tuhan.

2. Watak Manusia

Terdapat makna tentang sifat manusia selama hidup di dunia meski ada pula hal magis dan mistis dalam tarian kuda lumping. Pasalnya, kita akan menemukan orang yang berwatak baik maupun berwatak jahat sepanjang hidup.

Makna ini akan muncul kala pertunjukkan baru dimulai, yakni saat penari bersikap anggun, lembut, dan tampak baik-baik saja. Sikap mereka baru berubah dengan sesaat setelah masuknya roh gaib, kemudian, tingkah mereka menjadi sulit dikontrol, liar, dan beringas.

Sejarah serta makna dari tarian Kuda Lumping di atas diharapkan dapat menambah wawasan Grameds terkait tarian tradisional di Indonesia.

Jenis Tari Kuda Lumping

Selain tarian Kuda lumping yang berasal dari Timur, penting halnya untuk mengetahui berbagai macam jenis Tari Kuda Lumping di Indonesia. Berikut daftarnya!

  • Jathil Reog dari Ponorogo
  • Jathil Obyok dari Ponorogo
  • Jaranan Thek dari Ponorogo
  • Jaranan Sentherewe dari Tulungagung dan Ponorogo
  • Jaranan Kediri dari Kediri
  • Jaranan Turonggo Yakso dari Trenggalek
  • Jaranan Buto dari Banyuwangi
  • Jaranan Dor dari Malang dan Jombang
  • Jaran Sang Hyang dari Bali
  • Jathilan Diponegoro dari Jawa Tengah dan Yogyakarta
  • Jathilan Hamengkubuwono dari Jawa Tengah dan Yogyakarta
  • Jaran Kencak dari Lumajang
  • Jaran Jenggo dari Gresik dan Lamongan
  • Ebek dari di Kawasan kebudayan Jawa Ngapak
  • Seni Reak dari Sumedang dan Bandung Raya

Pagelaran Tari Kuda Lumping

Tari Kuda Lumping

kompas.com

Tari Kuda Lumping menyuguhkan empat fragmen tarian dalam setiap pagelarannya. Fragmen-fragmen ini yakni dua kali tari Buto Lawas, tari Senterewe, dan tari Begon Putri.

1. Tari Buto Lawas

Biasanya, dalam fragmen Buto Lawas, tari ini dilakukan oleh empat sampai enam orang penari pria. Beberapa penari muda menunggangi anyaman kuda bambu dan mulai menari seiring alunan musik. Para penari Buto Lawas dalam bagian ini bisa mengalami kerasukan atau kesurupan roh halus, dan penonton pun bahkan tak luput dari fenomena ini!

Tak jarang, banyak dari penonton yang menyaksikan pagelaran kuda lumping yang turut menari bersama para penari karena kesurupan. Mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan tampak kompak dengan para penari lainnya, dalam keadaan tak sadar.

Setiap pagelaran akan dihadiri orang-orang dengan kemampuan supranatural atau warok, yang kehadirannya bisa dikenali lewat baju serba hitam bergaris merah dan kumis tebal. Mereka ada untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang mengalami kerasukan. Dengan memberikan penawar, para warok akan membuat kesadaran para penari dan penonton pulih kembali.

2. Tari Senterewe dan Tari Begon Putri

Para penari pria dan wanita kemudian akan bergabung dan membawakan tari senterewe pada fragmen selanjutnya.

Dengan gerakan yang lebih santai, enam orang wanita akan membawakan tari Begon Putri pada fragmen terakhir, yang mana ini merupakan tarian penutup dari semua rangkaian atraksi Tari Kuda Lumping.

Properti Tari Kuda Lumping

Tari Kuda Lumping

Dribble

Berikut ini adalah properti yang umumnya hadir dan memeriahkan tarian kuda lumping yang kita kenal. Simak dengan seksama, ya, Grameds!

1. Baju Atasan Khusus

Para penari kuda lumping punya baju atasan yang sangat beragam bentuknya, yang paling umum di antaranya ialah kemeja dan bentuk kaos yang warnanya notabene cerah. Kemudian, baju atasan ini akan dibalut oleh Apok dan rompi.

2. Celana Panjang Khusus

Biasanya, posisi celana panjang yang digunakan penari menggantung di atas mata kaki alias ngantung. Hal ini berfungsi memudahkan gerak para penari agar menjadi semakin lincah. Terdapat pula selendang bercorak batik yang melapisi bagian atas pinggul penari.

3. Rompi Tari

Salah satu properti tarian kuda lumping yang hampir selalu dipakai saat pagelaran ialah rompi. Rompi ini dipakai setelah kaos bagian dalam dan sebelum Apok. Rompi juga punya motif yang beragam dan bisa disesuaikan dengan asal daerah paguyuban atau daerah asal penarinya.

4. Bambu Anyaman Kuda

Properti wajib dalam kesenian tari kuda lumping tentu saja anyaman kuda lumping. Kuda replika akan digunakan yang terbuat dari bambu yang dianyam agar serupa dengan bentuk kuda, lengkap dengan hiasan rambut tiruan dari tari plastik atau sejenisnya, yang dikepang atau digelung.

Kuda dari anyaman inilah yang akan menjadi tunggangan para penari selama pertunjukan berlangsung.

5. Gelang Khas

Fungsi gelang dalam kesenian kuda lumping ialah menjadi penghias. Biasanya, motif gelang yang digunakan bervariasi, mulai dari gelang emas yang bernama klinting. Penari, baik pria ataupun wanita, akan menggunakan gelang ini selama penampilan berlangsung.

6. Selendang Tari

Utamanya, selendang tari punya fungsi yang sama dengan sabuk hias, yakni sebagai pengikat sekaligus hiasan tambahan. Tiap-tiap paguyuban bisa punya kriteria selendang tari yang berbeda, baik dari segi warna, corak, hingga motif.

Fungsi utama dari selendang ini sama dengan sabuk hias yakni sebagai pengikat, sekaligus hiasan tambahan. Untuk kriterianya, tiap-tiap paguyuban bisa saja berbeda, baik dari segi corak, warna hingga motif.

7. Sesumping

Properti yang dipakai pada bagian telinga para penari ialah sesumping. Sesumping bukanlah properti yang wajib digunakan, sama seperti halnya kaos kaki. Kilau cahaya akan terpancar dari sesumping, dan bentuknya serupa seperti yang dipakai dalam pertunjukkan kesenian wayang manusia.

8. Cambuk

Umumnya, terdapat dua jenis cambuk, yaitu cambuk pendek dan cambuk panjang. Biasanya, cambuk pendek dipakai para penari sebagai bagian dari properti tari. Sementara itu, cambuk panjang umumnya digunakan para pawang demi melakukan aksi saat para pemain mengalami kesurupan.

9. Apok

Lapisan dengan bentuk khusus dan dipakai di atas baju dalam dan rompi penari inilah Apok. Dilambangkan sebagai simbol kegagahan, properti Tari Kuda Lumping yang satu ini dikenakan oleh banyak penari pria kuda lumping. Bentuk apok sendiri lebar pada bagian pundak dan panjang mengerucut sampai bagian punggung dan dada penari.

10. Ikat Kepala Khas

Di bagian kepala, memutar dari dahi hingga ke belakang kepala, ikat kepala akan dipakai. Warna atau corak yang digunakan sebagai ikat kepala sendiri sesuai dengan warna kostum atau busana yang hendak dipakai.

Bila terdapat dua kelompok penari kuda lumping, masing-masing kelompoknya akan memakai ikat kepala berwarna berbeda antara satu kelompok dengan yang lainnya.

11. Kacamata Hitam

Properti yang satu ini dipakai agar gerak-gerik para penari tak terlihat oleh penonton. Pasalnya, mata penari akan tampak sangat liar ketika berlangsungnya pementasan. Terlebih, jika sang pawang sudah mulai mengucapkan mantra-mantra.

12. Sabuk Hias

Penggunaan sabuk hias ini bertujuan untuk menguatkan keseluruhan kostum yang dipakai penari kuda lumping, sabuk hias menjadi bagian dari properti tari. Sabuk hias ini umumnya mempunyai warna hitam, tetapi bisa saja warna khas yang satu ini diganti dengan warna atau motif lain yang sesuai dengan kostum penari kuda lumping.

Selain itu, sabuk hias ini bisa berfungsi sebagai ikat pinggang sekaligus sebagai pelengkap demi penampilan yang lebih menarik, lengkap dengan berbagai motif dan corak yang digunakan.

13. Parang Imitasi

Biasanya, parang imitasi yang digunakan mempunyai bahan kayu dengan kombinasi beragam cat, sehingga terkesan serupa dengan pedang sungguhan. Parang imitasi ini punya makna sebagai simbol perlawanan rakyat pribumi terhadap penjajah. Dengan demikian, para penari akan memainkan pedang ini seolah tengah berada di tengah kecamuk perang.

Alat Musik Pengiring Tari Kuda Lumping

Nah, Grameds, di bawah ini ialah penjelasan terkait beberapa alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam Tari Kuda Lumping:

1. Bonang

Dinamakan pula sebagai kenong, bonang punya bentuk yang mirip gong, tetapi ukurannya lebih kecil. Alat ini berasal dari bahan perunggu dan besi, dan alatnya diletakkan secara mendatar atau horizontal.

2. Saron

Saron adalah salah satu alat musik tradisional yang telah hadir sejak zaman dahulu. Untuk alat ini, digunakan bahan alat musik perunggu atau besi, atau juga bisa melalui proses pembuatan dengan bahan kuningan.

Saron sendiri punya bentuk yang terdiri atas beberapa buah barisan datar yang memipih dan terletak secara horizontal. Dari alat musik ini, bisa keluar suara yang khas selayaknya piano zaman sekarang atau suara lonceng tetapi lebih mendengung.

Uniknya, alat ini bisa memberi beberapa variasi suara. Hal ini tentunya bisa menghidupkan suasana tarian. Terdapat beberapa jenis saron yang digunakan dalam tarian kuda lumping, yakni saron pelog dan saron slendro.

3. Kendang

Gendang atau kendang adalah salah satu alat musik wajib dalam tarian kuda lumping. Terdapat minimal dua jenis kendang yang mesti ada, yaitu kendang bem atau kendang sabet.

4. Gong

Berasal dari perunggu atau besi, gong punya bentuk yang melingkar dan diameternya beragam. Alat musik ini punya lingkaran yang sedikit menonjol ke depan di bagian tengahnya.

Penutup

Tari Kuda Lumping bisa dibilang sebagai salah satu tarian khas Indonesia yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Ketika melihat tarian ini, penonton akan dibuat kagum karena kemampuan penari dalam melakukan berbagai gerakannya. Jadi, apakah kamu tertarik untuk berlatih tari Kuda Lumping?

Demikian pembahasan tentang tari Kuda Lumping, semoga semua pembahasan di atas bisa bermanfaat bagi Grameds.

Jika kamu ingin mencari buku tentang seni tari, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Penulis: Sevilla Nouval Evanda

BACA JUGA:

  1. 25 Nama Tarian Daerah dan Asalnya
  2. Yuk Kenalan dengan Tari yang Berasal dari Bali dan Kisahnya 
  3. Tari Saman: Pengertian, Sejarah, Makna Gerakan
  4. Mengenal Sejarah Asal Tari Piring dan Makna Setiap Gerakannya
  5. 7 Tari Tradisional Masyarakat Papua dan Papua Barat
  6. Sejarah, Makna, Properti & Asal Tari Seudati
  7. Makna dan Asal-Usul 5 Tarian Klasik dari Jawa Tengah

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.