Geografi

Berbagai Macam Teori Permukaan Bumi yang Perlu Kamu Ketahui

teori permukaan bumi
Written by Mochamad Harris

Macam Teori Permukaan Bumi – Bumi yang kita tempati hingga saat ini telah terbentuk sejak jutaan  bahkan milyaran tahun yang lalu. Salah satu teori mengenai terbentuknya bumi menyebutkan bahwa matahari ada terlebih dahulu dengan nebula yang mengelilinginya. Nebula yang berupa awan, debu, dan gas kosmis tersebut berputar dan akhirnya menyatu karena pengaruh gravitasi yang kemudian membentuk planet-planet, salah satunya adalah bumi. Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai Teori Permukaan Bumi, Grameds.

Bumi yang kita tinggali ini memiliki proses perkembangan yang panjang hingga seperti keadaan yang kita lihat saat ini. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli untuk mendeskripsikan proses perkembangan bentuk muka bumi. Kali ini kita akan membahas teori-teori apa saja yang mendeskripsikan perkembangan bentuk muka bumi.

Untuk dapat lebih memahami segala hal mengenai alam semesta, tata surya, serta dunia langit, Grameds dapat membaca buku Berkenalan Dengan Alam Semesta, Tata Surya, Dan Benda Langit dibawah ini.

beli sekarang

Teori pembentukan bumi telah melewati jalan yang panjang dan waktu yang lama sehingga mencapai titik di mana sekarang dikenal dengan teori Tektonik Lempeng. Jika kita melihat jauh ke belakang maka akan terlihat jejak perkembangan teori yang cukup menarik.

Pada masa Yunani Kuno, manusia percaya bahwa bumi merupakan pusat alam semesta berbentuk piring yang ujungnya berupa air terjun, beralaskan neraka dan dinaungi oleh surga. Bahkan ada juga yang mitologi bahwa dunia berada diatas cangkang kura-kura.

Kesuksesan Ferdinand Magellan mengelilingi bumi dari Spanyol ke Amerika Selatan-Pasifik kembali ke Spanyol melalui Tanjung Harapan Afrika Selatan pada 1519-1521 membuktikan bahwa bumi memang bulat, mematahkan berbagai teori bumi yang telah berkembang saat itu.

Macam Teori Permukaan Bumi

1. Teori Kontraksi (Contraction Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Descartes (1596-1650), yang mengatakan bahwa bumi semakin lama akan menyusut dan mengerut dari adanya pendinginan sehingga permukaan terdapat relief yang beragam seperti gunung, dataran, dan lembah.

Teori ini mendapat dukungan dari James Dana (1847- Elie de Baumant (1852), yang keduanya berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena terjadi proses pendinginan pada bagian dalam bumi yang mengakibatkan bagian permukaan bumi mengerut dan terbentuk pegunungan dan lembah-lembah.

2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Awalnya bumi terdiri atas dua benua yaitu Laurasia yang berada di sekitar kutub utara dan Gondwana di sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut bergerak perlahan ke arah equator bumi yang pada akhirnya terpecah membentuk benua-benua kecil.

Laurasia terpecah menjadi Amerika utara, Asia, Eropa. Sedangkan Gondwana terpecah menjadi Amerika selatan, Australia, dan Afrika. Teori Laurasia-Gondwana pertama kali ditemukan pada tahun 1884 oleh Edward Zeuss.

3. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)

Teori Apungan Benua (Continental Drift Theory) Teori apungan benua dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener tahun 1912 dalam bukunya The Origin of the Continents and Oceans. Wegener mengemukakan teori tentang perkembangan bentuk permukaan bumi berhubungan dengan pergeseran benua. Menurut Wegener, di permukaan bumi pada awalnya hanya terdapat sebuah benua besar yang disebut Pangea (dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bumi), serta sebuah samudra bernama Panthalasa.

Benua tersebut kemudian bergeser secara perlahan ke arah ekuator dan barat mencapai posisi seperti sekarang. Teori apungan benua diperkuat dengan adanya kesamaan garis pantai antara Amerika Selatan dan Afrika, serta kesamaan lapisan batuan dan fosil-fosil pada lapisan di kedua daerah tersebut.

Gerakan tersebut menurut Wegener disebabkan oleh adanya rotasi bumi yang menghasilkan gaya sentrifugal sehingga gerakan cenderung ke arah ekuator, sedangkan adanya gaya tarik-menarik antara bumi dan bulan menghasilkan gerak ke arah barat. Gerakan ke arah barat tersebut terjadi seperti halnya pada saat terjadinya gelombang pasang, yaitu akibat revolusi bulan yang bergerak dari arah barat ke timur.

Akan tetapi, sekitar tahun 1960-an muncul kritik terhadap teori itu yang mempertanyakan kemungkinan massa benua yang sangat besar dan berat dapat bergeser di atas lautan yang keras.

4. Teori Konveksi (Convection Theory)

Teori konveksi ini pertama kali dicetuskan oleh Arthur Holmes sekitar tahun 1927 dan kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Teori ini menyebutkan bahwa terdapat arus konveksi dari dalam mantel bumi yang terdiri dari massa berupa lava.

Ketika arus konveksi ini membawa lava sampai ke permukaan bumi di bagian punggung tengah samudra (mid oceanic ridge), akan menyebabkan lava tersebut membeku dan membentuk lapisan kulit bumi yang baru sehingga menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lama.

Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapatnya bagian mid oceanic ridge itu sendiri, seperti mid Atlantic Ridge dan Pasific Atlantic Ridge. Selain itu berdasarkan sebuah penelitian mengenai umur laut juga dibuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudra, umur batuan-batuannya semakin tua.

5. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)

Teori yang dikemukakan oleh Tozo Wilson sekitar tahun 1965 ini menyebutkan bahwa kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer, dan lempeng-lempeng pembentuk kulit bumi ini selalu bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi dari lapisan astenosfer.

Pergerakan lempeng tektonik ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan arahnya, yaitu Konvergensi berupa gerakan saling bertumbukan antar lempeng tektonik, baik lempeng benua maupun lempeng samudra. Beberapa pegunungan seperti Himalaya muda, Alpen, Rocky dan Andes disebut merupakan relief yang terbentuk akibat proses konvergensi ini.

Divergensi, yaitu gerakan saling menjauh antar lempeng tektonik dan Sesar Mendatar yaitu gerakan berlawanan arah yang menyebabkan terjadinya pergesekan antar lempeng tektonik. Sesar San Andreas yang terbentang sepanjang 1.200 km merupakan salah satu relief yang terbnetuk akibat adanya proses transform ini. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya:

  • Pergerakan lempeng saling mendekati (Konvergen) akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan Magmatik dan Gunung Api serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan pulau Jawa dan jalur Gunung Api Sumatera
  • Pergerakan lempeng saling menjauh (Divergen) akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak Bumi dan akhirnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur Magmatik atau Gunungapi. Contoh pembentukan gunung api di Pematang Tengah Samudera di Lautan Pasific dan Benua Afrika.
  • Pergerakan saling berpapasan (Transform) dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya sesar besar San Andreas di Amerika

6. Teori Big Bang

Teori Big Bang merupakan teori yang paling populer dan ditemukan paling akhir oleh para ilmuwan. Dalam teori ini dikemukakan bahwa tata surya tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui proses selama miliaran tahun lamanya.

Teori ini sendiri menyebutkan bahwa di alam semesta ini terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Pembahasan mengenai hal tersebut beserta sistem tata surya lainnya dapat kamu temukan pada buku Eksplorasi Tata Surya.

beli sekarang

Putarannya ini sangat cepat sehingga menyebabkan beberapa terlepas dari pusatnya. Dalam teori ini disebutkan juga bahwa ada bagian besar yang membentuk cakram raksasa. Cakram raksasa ini meledak membentuk nebula.

Nebula (asap) ini mendingin selama 4.6 miliar tahun. Dari proses ini akhirnya terbentuklah Bima Sakti. Namun, bagian-bagian kecil dari kabut raksasa mendingin dan memadat hingga akhirnya menjadi planet-planet, salah satunya bumi yang kita tempati sekarang.

7. Tori Pasang Surut Gas (Tidal)

Teori yang dikemukakan James Jeans dan Harold Jeffrey tahun 1918, bintang besar yang mendekati matahari dengan jarak pendek, yang pada akhirnya membuat pasang surut pada badan matahari, pada saat matahari dalam keadaan gas. Penyebab terjadinya pasang surut air laut adalah massa bulan serta jauhnya jarak antara bulan ke bumi 60 kali radius orbit di bumi.

Namun jika bintang yang massanya mendekati masa besarnya dengan matahari mendekat, lalu akan membentuk semacam gunung gelombang pada badan matahari, yang terjadi karena gaya tarik bintang. Gunung-gunung tadi akan menjadi tinggi yang sangat luar biasa kemudian terbentuk semacam lidah pijar yang sangat besar, yang menjulur oleh massa matahari dan mengarah ke arah bintang besar. Lambat laun kolom-kolom ini akan pecah kemudian akan menjadi benda tersendirian.

Dalam lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet. Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang pengaruhnya terhadap planet yang berbentuk tadi.

Planet-planet akan mengelilingi matahari namun tetapi ketika mengelilingi planet-planet yang besar proses pendinginannya akan lambat sedangkan pada planet-planet kecil akan berjalan lebih cepat.

8. Teori Planetsimal

Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Morton, seorang astronom Amerika dan Thomas C. Chamberlein, ahli geologi pada 1916. Dalam teorinya mereka mengemukakan bahwa matahari sudah ada sejak awal. Suatu ketika, ada bintang yang lebih besar dari ukuran matahari mendekati matahari.

Hal ini mengakibatkan terjadinya daya tarik pasang pada matahari sehingga ada sebagian materi matahari yang terlepas dan bertebaran pada orbitnya. Lama kelamaan, material tersebut menyerupai lidah api raksasa dan menjauh dari matahari. Namun, material-material yang kecil tersapu oleh material yang lebih besar kemudian bersatu dan berputar pada orbitnya. Pada akhirnya, terciptalah planet-planet dari material tersebut, salah satunya bumi yang kita tempati ini.

9. Teori Nebula

Teori Kabut Atau Yang Sering Disebut (Nebula) Dari jaman sebelum masehi, para ahli sudah memikirkan bagaimana proses terjadinya bumi. Dan salah satunya adalah teori kabut atau yang disebut nebula yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant pada tahun 1755 serta Piere de Laplace pada tahun 1796.

Dimana mereka berdua terkenal dengan teori kabut kant laplace. Dalam teori tersebut mengatakan bahwa di dalam jagat raya terdapat gas yang berkumpul menjadi kabut atau nebula. Dimana gaya tarik menarik antara gas yang kemudian membentuk kumpulan kabut yang sangat besar serta berputar semakin cepat.Dimana proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut di bagian khatulistiwa terlempar dan terpisah serta memadat yang disebabkan karena pendinginan.

Pada bagian yang terlempar ini menjadi planet – planet di dalam tata surya. Teori nebula terbagi menjadi beberapa tahap .Matahari beserta planet-planet yang masih berbentuk gas, dimana kabut yang masih sangat pekat dan besar.Kabut yang masih berputar serta berpilin dengan kuat dan pemadatan terjadi pada pusat lingkaran dan kemudian membentuk matahari.

Pembahasan lebih dalam mengenai tata surya beserta bumi dapat kamu temukan pada buku karya Danang dibawah ini dengan judul Bumi Dan Tata Surya.

beli sekarang

Lalu pada saat bersamaan materi lainnya membentuk menjadi massa yang lebih kecil dai pada matahari dan kemudian menjadi planet, serta bergerak memutari matahari.Kemudian materi tersebut semakin besar dan selalu melakukan gerakan yang teratur mengitari matahari dalam satu orbit yang tetap kemudian membentuk tingkatan keluarga matahari.

Pada saat ini di permukaan bumi terdapat enam lempeng utama.

  • Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk Indonesia.
  • Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan setengah bagian barat Lautan Atlantik.
  • Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik, dan bagian barat Lautan Hindia.
  • Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh lempeng di Lautan Pasifik.
  • Lempeng India-Australia, wilayahnya meliputi lempeng Lautan Hindia serta subkontinen India di- Australia bagian barat.
  • Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi kontinen Antartika dan lempeng Lautan Antartika. Pergerakan lempeng tektonik dapat menimbulkan bentukan-bentukan di permukaan bumi yang berbeda-beda. Keragaman bentuk tersebut dipengaruhi oleh arah dan kekuatan gerak lempeng. Ada 3 kemungkinan kekuatan pergerakan 2 lempeng, yaitu sama-sama kuat, sama-sama lemah, dan yang satu kuat, sedangkan yang lain lemah. Batas lempeng-lempeng tektonik ditandai oleh adanya bentukan-bentukan alam akibat aktivitas lempeng itu sendiri. Batas lempeng tektonik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu batas konvergen, batas divergen, dan batas sesar mendatar.

Periode Terbentuknya Bumi

Menurut kalender geologi, perkembangan bumi dapat dibagi menjadi empat zaman, yakni Arkeozoikum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum (Kenozoikum). Pada Masa Arkaekum Berlangsung sekitar 2,5 miliar tahun lalu, bumi pada masa itu masih seperti bola panas sehingga belum ada kehidupan.

Masa selanjutnya adalah Masa Paleozoikum yang Berlangsung sekitar 500–245 juta tahun lalu. Suhu bumi masih belum stabil, namun curah hujan cukup tinggi dan terdapat makhluk bersel satu. Paleozoikum dibagi menjadi lima periode, yaitu Kambrium (hewan-hewannya, yakni ubur-ubur dan ikan), Silur (makhluk hidupnya, yakni lumut, tanaman vaskular, dan jenis artropoda kecil di darat), Devon (hewan-hewannya, yakni beberapa jenis hiu dan amfi bi), Karbon (mulai muncul hewan jenis reptilia), dan Permian (berkembangnya hewan jenis amfibi dan hewan-hewan lain di darat dan air).

Pada Masa Mesozoikum Berlangsung sekitar 245–65 juta tahun yang lalu. Suhu bumi sudah semakin stabil dan bermunculan hewan raksasa (dinosaurus). Periode ini dibagi tiga masa, yaitu Trias (didominasi oleh jenis reptilia), Jura (salah satu hewannya, yakni jenis reptilia), dan Kapur (muncul primata dan tumbuhan berbunga, periode terjadinya kepunahan massal dinosaurus).

Masa ini berakhir ketika sebuah meteor menghantam bumi yang menyebabkan hampir 75% kehidupan di bumi mengalami kepunahan, sekaligus mengakhiri zaman dinosaurus.

Pada masa Neozoikum atau Kenozoikum Berlangsung sekitar 60 juta tahun lalu dan keadaan alam bumi semakin stabil. Masa Neozoikum terbagi menjadi dua, yakni Zaman Tersier dan Zaman Kuarter. Zaman Tersier, muncul berbagai jenis mamalia, yakni sejenis kera dan monyet. Zaman Kuarter, berlangsung 600.000 tahun lalu. Mulai muncul tanda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman Kuarter dibagi menjadi dua masa, yakni Pleistosen (Diluvium) dan Holosen (Alluvium).

Sekian informasi mengenai Teori Teori Perkembangan Bentuk Permukaan Bumi, semoga bermanfaat, Grameds.

Sumber: dari berbagai sumber

Rekomendasi Buku & Atikel Terkait Teori Permukaan Bumi

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris