IPA

Memahami 2 Cara Pembuatan Koloid beserta Pengertian, Jenis, dan Sifat!

Pembuatan Koloid
Written by Rahma R

Pembuatan Koloid – Halo Grameds, dalam artikel kali ini kita akan membahas tentang koloid. Mulai dari pengertian, jenis, sifat, hingga cara pembuatan koloid. Saat membaca artikel ini, kamu mungkin belum terbayang apa itu koloid, bentuknya seperti apa. Tak apa, Grameds, sebab kata “koloid” memang jarang digunakan di kehidupan sehari-hari.

Namun, bukan berarti kamu gak pernah menemukannya sama sekali, ya. Sebab koloid ada di sekitar kita. Waktu kecil dulu, Grameds pasti pernah jajan agar agar yang dijual di depan sekolah, di pinggir jalan, atau di mana saja deh! Agar agar merupakan makanan berupa gel yang diolah dari rumput laut. Nah menurut ilmu kimia, gel termasuk ke dalam koloid.

Koloid sendiri merupakan satu dari tiga jenis campuran yang ada dalam kimia, dua lainnya adalah larutan serta suspensi. Selain agar agar, susu, es krim, mayones, sampo, dan juga tinta merupakan contoh koloid lain yang bisa kamu temukan dengan mudah.

Biar kamu mendapat pencerahan, mari langsung saja masuk ke dalam pembahasan tentang koloid.

Sebenarnya Koloid Itu Apa, Sih?

Koloid adalah jenis campuran heterogen yang berasal dari dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang dicampurkan. Maka dari itu, kalau Grameds belajar tentang campuran yang satu ini, pasti akan menemukan istilah “fase terdispersi” dan “medium pendispersi”.

Oke, ada istilah baru yang kamu tak tahu artinya apa. Tapi jangan menyerah dulu, pembahasan masih panjang. Fase terdispersi adalah zat yang menyebar secara merata di dalam zat yang lainnya. Lalu, medium pendispersi sendiri merupakan penyebab dari penyebaran secara merata pada fase terdispersi tadi.

Biar lebih mudah dipahami, mari kita pakai contoh santan. Kamu tahu santan? Yup, cairan berwarna putih yang sering digunakan ibu untuk memasak. FYI aja, santan ternyata memiliki butiran minyak di dalam air. Butiran minyak tadi adalah zat yang menyebar (fase terdispersi), sedangkan air menjadi penyebab penyebarannya (medium pendispersi).

Seperti yang sudah disebutkan di awal tadi, dalam kimia ada 3 jenis campuran. Pertama koloid, kedua larutan, dan ketiga suspensi. Nah apa bedanya antara ketiga jenis campuran ini?

Mudahnya, koloid adalah campuran antara suspensi dan larutan. Berarti koloid bukan suspensi sekaligus bukan larutan. Karena berada di tengah-tengah, koloid termasuk ke dalam campuran yang metastabil alias bisa terpisah dalam waktu tertentu.

Untuk lebih jelasnya, kamu bisa melihat tabel perbandingan antara larutan, suspensi, dan juga koloid di bawah ini:

Larutan Koloid Suspensi
Tidak bisa disaring Bisa disaring tapi hanya dengan membran semipermeabel bisa disaring
1 fase 2 fase 2 fase
stabil stabil Tidak stabil, antara zat pasti akan memisah.
homogen heterogen heterogen
Ukuran diameter partikel nya <10-7cm Ukuran diameter partikel nya 10-7–10-5cm Ukuran diameter partikel nya >10-5cm

Untuk memahami lebih dalam tentang suspensi, larutan, dan koloid, Grameds bisa membaca buku Kimia Dasar Prinsip-Prinsip & Aplikasi Modern Edisi 9 Jilid 1 yang ditulis oleh Petrucci.

Pembuatan Koloid

Jenis-Jenis Koloid

Jenis-Jenis Koloid

medium.com

Koloid bisa dibagi menjadi 8 jenis berdasarkan perbedaan antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. Simak penjelasan masing-masing jenisnya di bawah ini.

1. Sol Padat

Sol padat mempunyai fase terdispersi dan medium pendispersi yang padat. Jenis koloid ini terbentuk karena adanya pengaruh suhu dan tekanan yang menghasilkan padatan kokoh serta keras. Salah satu contoh sol padat adalah kaca berwarna.

2. Sol

Jenis koloid sol mempunyai fase terdispersi yang padat dalam medium pendispersi cair yang sifatnya tidak mudah berubah. Jadi, yang membedakan antara sol dengan sol padat adalah medium pendispersinya. Contoh dari sol adalah cat tembok.

3. Aerosol Padat

Aerosol mempunyai fase terdispersi padat di dalam medium pendispersi gas. Misalnya, asap kendaraan. Grameds tentu pernah kelilipan saat ada motor atau mobil yang mengeluarkan asap cukup tebal, bukan? Nah, penyebab kelilipan tersebut adalah padatan (fase terdispersi) yang berada di dalam asap (medium pendispersi).

4. Aerosol

Aerosol merupakan jenis koloid yang mempunyai fase terdispersi cairan di dalam medium pendispersi gas. Jadi, yang membedakan aerosol dengan aerosol padat adalah fase terdispersinya. Dan aerosol sendiri tidak dapat bertahan lama.
Contohnya seperti parfum yang wanginya bisa hilang dalam waktu tertentu. Ketika kamu menyemprotkan parfum ke udara, cairan parfumnya (fase terdispersi) akan tersebar di udara yang berwujud gas (medium pendispersi).

5. Emulsi Padat

Jenis koloid yang kelima adalah emulsi padat. Koloid ini memiliki fase terdispersi cairan dan medium pendispersi padat. Seperti agar agar yang merupakan campuran antara air (fase terdispersi) dengan bubuk agar agar (medium pendispersi).

Saat kamu memanaskan bubuk agar agar di air, serat dari agar agarnya akan bergerak dengan bebas kemudian merapat ketika didinginkan. In other words, air menyebar dalam partikel agar agarnya.

6. Emulsi

Koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya adalah cairan disebut dengan emulsi. Jenis ini umumnya tidak saling bercampur seperti susu. Penyebabnya karena ada perbedaan antara level kepolarannya.

Dalam susu, partikel air dan susu punya level kepolaran yang berbeda, sehingga keduanya tidak bisa bercampur secara sempurna. Maka dari itu, susu termasuk ke dalam kategori koloid, bukan larutan.

7. Buih Padat

Buih padat adalah jenis koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersinya padat. Misalnya seperti spons yang terlihat padat tapi saat dipencet ternyata hanya berisi udara.

8. Buih

Jenis koloid yang kedelapan adalah buih yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersinya adalah cairan. Misalnya seperti buih sabun. Kalau diperhatikan, di dalam buih sabun ada udara (fase terdispersi) yang terjebak di dalam larutan sabun (medium pendispersi), bukan?

Sifat-Sifat Koloid

Karena koloid adalah hasil dari campuran dua zat, maka dia jadi punya sifat sendiri yang berbeda dari pembentuknya, yaitu:

1. Efek Tyndall

Pembuatan Koloid

curvetube.com

Sifat pertama dari koloid adalah Efek Tyndall yang menyatakan bahwa partikel koloid dapat menghamburkan cahaya. Kalau kamu penasaran bagaimana maksudnya, coba ambil dua gelas. Gelas pertama isi dengan air, lalu gelas yang kedua isi dengan susu.

Setelah itu, ambil hp kamu kemudian nyalakan flash-nya dan arahkan cahaya dari hp ke gelas pertama serta yang kedua. Lihat perbedaannya, harusnya cahaya yang diarahkan ke gelas pertama tidak akan bisa terlihat. Sedangkan di gelas yang kedua bisa terlihat jejaknya.

Mengapa bisa begitu? Jawabannya karena cahaya yang diarahkan ke air yang merupakan larutan, kemudian diteruskan oleh air jadi tidak bisa dilihat. Namun, cahaya yang diarahkan ke susu (koloid) akan dihamburkan jadi jejaknya terlihat.

2. Gerak Brown

Sekitar tahun 1827-an, Robert Brown yang berprofesi sebagai botanis, berhasil mengamati pergerakan partikel koloid. Menurut hasil pengamatannya, secara mikroskopis partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur yang zig-zag ketika berada dalam medium pendispersi. Gerakan ini diakibatkan oleh tumbukan antara partikel koloid dengan medium pendispersi.

3. Adsorpsi

Singkatnya, adsorpsi adalah sebutan untuk peristiwa menempelnya ion ke permukaan koloid karena partikel koloid memiliki kemampuan untuk menarik partikel-partikel yang kecil. Dan kemampuan ini muncul akibat tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi.

Menariknya, saat partikel koloid mengadsorpsi ion dengan muatan positif, maka koloidnya ikut bermuatan positif. Sebaliknya, jika yang diadsorpsi adalah ion bermuatan negatif, maka koloidnya jadi bermuatan negatif. Selain ion, partikel koloid juga bisa menyerap muatan listrik statis.

Sifat adsorpsi bisa kamu temukan dalam kehidupan sehari-hari karena dimanfaatkan dalam beberapa hal. Seperti dalam pembuatan silika dan aluminium gel, masker polusi, pembuatan obat-obatan, masker gas arang, pemurnian air menggunakan tawas, atau jendela berkabut.

Buat kamu yang penasaran bagaimana kimia dapat membantu dalam proses pembuatan obat, buku Kimia Medisinal: Dasar-Dasar Dalam Perancangan Obat karya PROF. MUCHTARIDI, PH.D., APT, Prof. Muchtaridi, Ph.D., Apt merupakan sumber belajar yang tepat.

4. Koagulasi Koloid

Koagulasi koloid merupakan proses penggumpalan partikel koloid. Jika koloid bermuatan dihubungkan dengan muatan yang sama jenisnya maka mereka akan tolak menolak dan tidak menggumpal.

Akan tetapi, jika muatan koloidnya dinetralkan, mereka tidak akan tolak menolak dan akan menyatu atau menggumpal sehingga terjadilah koagulasi.

Dengan kata lain, koagulasi koloid hanya bisa terjadi jika koloid tidak memiliki muatan atau dinetralkan. Cara-cara yang biasa digunakan untuk menetralkannya adalah:

  • Mencampurkan koloid positif dan koloid negatif agar muatannya jadi saling menetralkan.
  • Menambahkan larutan elektrolit pada koloid bermuatan negatif atau positif
  • Misalnya seperti telur yang berubah menjadi menggumpal saat dipanaskan.
  • Pembusukan, pendinginan, atau pengadukan.

Contoh lain dari koagulasi koloid dalam kehidupan sehari-hari adalah susu basi yang berubah bentuknya jadi menggumpal.

5. Dialisis

Sifat yang kelima, yaitu Dialisis, merupakan proses pemurnian koloid dari ion-ion yang mengganggunya. Caranya dengan menggunakan membran semipermeabel. Jadi saat air dialirkan ke koloid, koloid akan mendorong ion untuk keluar.

Mengapa hanya ion yang keluar? Hal ini karena ukuran ion lebih kecil daripada membran semipermeabel sedangkan koloid ukurannya lebih besar. Jadi, ketika koloid bermuatan ion pengganggu melewati membran semipermeabel, ion pengganggunya akan terpisah. Sifat ini digunakan dalam proses cuci darah atau hemodialisis.

6. Elektroforesis

Elektroforesis merupakan pergerakan partikel koloid di dalam medan listrik. Manfaat sifat ini biasanya digunakan pada proses pemisahan potongan gen dalam bioteknologi. Misalnya proses penyaringan debu pabrik di dalam cerobong asap. Selain itu, elektroforesis biasa diterapkan dalam identifikasi DNA atau dalam proses pendeteksian kelainan genetik.

7. Koloid Liofil dan Liofob

Sifat liofil dan liofob biasanya ditemukan dalam koloid berjenis sol. Jadi bisa dibilang bahwa sol mempunyai dua jenis, yaitu sol liofil dan sol liofob.

Sol liofil merupakan sol yang partikel zat terdispersinya mampu menarik medium terdispersinya karena di dalamnya terdapat ikatan hidrogen. Sifat sol liofil biasanya lebih kental, memiliki ukuran partikel yang besar, dan memiliki sifat gerak brown yang kecil.

Sedangkan sol liofob merupakan sol yang partikel zat terdispersinya tidak mampu menarik medium pendispersinya sehingga tidak ada proses interaksi di dalamnya. Sifat sol liofob biasanya lebih encer daripada sol liodil.

8. Koloid Pelindung

Karena sol liofil mempunyai sifat yang dapat menarik, maka dia biasa digunakan sebagai pelindung sol liofob agar tidak terjadi koagulasi meskipun di dalamnya ada larutan elektrolit. Contohnya seperti gelatin pada es krim yang membuat es krim tetap menyatu dan mempertahankan kekenyalannya.

Selain itu, beberapa kegiatan manusia lain yang memanfaatkan sifat koloid pelindung adalah:

  • Menambahkan minyak silikon pada cat
  • Menambahkan kasein pada susu
  • Menambahkan lestin pada margarin

Pembuatan Koloid

Pembuatan Koloid

unsplash.com

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, koloid bukan larutan dan bukan suspensi alias berada di tengah-tengah. Karena dia berada di tengah-tengah, maka koloid ini bisa diciptakan dari larutan dan suspensi.

Proses pembuatan koloid sendiri biasanya dibagi menjadi dua, yaitu kondensasi dan dispersi.

1. Kondensasi

Kondensasi merupakan proses pembuatan koloid larutan yang dalam prosesnya dibagi lagi menjadi dua, yaitu secara fisika dan secara kimia. Secara fisika, prosesnya dilakukan dengan mengubah pelarut. Sementara secara kimia melibatkan beberapa reaksi kimia seperti:

  • Reaksi redoks, reduksi, dan oksidasi
  • Reaksi hidrolisis
  • Reaksi substitusi atau reaksi dekomposisi rangkap

2. Dispersi

Dispersi adalah kebalikan dari kondensasi, artinya ini merupakan proses pembuatan koloid dari suspensi. Proses ini mengubah partikel koloid yang besar menjadi partikel yang lebih kecil.

Dalam proses pembuatan koloid yang dengan teknik dispersi, dibedakan menjadi tiga proses. Pertama secara mekanik, kedua secara peptisasi, dan ketiga secara busur berdia.

a. Secara mekanik

Pembuatan koloid secara mekanik biasa dilakukan dengan cara menggerus atau menumbuk agar partikel koloid jadi mengecil. Setelah itu, ditambahkan medium zat cair panas. Misalnya seperti sol belerang yang dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang dengan zat inert (mirip gula pasir) lalu dicampurkan dengan air.

b. Secara peptisasi

Cara ini biasanya dilakukan dengan menambahkan ion yang satu jenis dengan suatu endapan. Misalnya agar agar yang dipeptisasi oleh air, karet dipeptisasi oleh bensin, lalu nitroselulosa dipeptisasi oleh aseton, dan yang lainnya.

c. Secara busur berdia (berdig)

Prinsip dari cara ini adalah dengan mengalirkan arus dengan tegangan tinggi pada dua buah elektroda. Elektroda ini merupakan logam dan harus dicelupkan pada air. Awalnya atom-atom logam akan terlempar ke dalam air. Setelah itu, atom-atom tersebut akan mengalami kondensasi dan menjadi partikel koloid. Dengan kata lain, cara ini adalah gabungan dari cara kondensasi dan cara dispersi.

Manfaat Koloid dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pembuatan Koloid

unsplash.com

Setelah mengetahui apa itu koloid, jenis, sifat, dan cara pembuatan koloid, Grameds tentu penasaran apa manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari. Sebab meskipun istilahnya jarang sekali digunakan, namun manfaatnya sangat erat dengan kehidupan manusia. Contohnya seperti:

  1. Dalam industri kosmetik, koloid biasanya digunakan untuk membuat sampo, deodoran, foundation, pembersih wajah, serta pelembab badan.
  2. Dalam industri tekstil, koloid sol biasa dimanfaatkan untuk mewarnai pakaian
  3. Dalam industri farmasi, koloid digunakan dalam proses membuat obat-obatan
  4. Dalam industri sabut, koloid sangat bermanfaat untuk menghasilkan sabun atau detergen.
  5. Dalam industri makanan, koloid bermanfaat untuk membuat kecap, susu, mayones, mentega, dan saus.
  6. Dalam dunia kesehatan, koloid bisa digunakan untuk mengidentifikasi DNA, atau proses cuci darah.

Di sekolah, koloid biasanya diajarkan untuk siswa kelas 11. Buat kamu yang baru naik ke kelas 11, sebaiknya jadikan buku Sma/Ma Kls XI Penuntun Belajar Kimia: Teori & 1551 Soal karangan Budiman Anwar sebagai sumber pelajaran tambahan untuk melengkapi materi yang kamu terima di kelas nanti.

Materi pada bab di buku ini dibuat sangat lengkap agar bisa digunakan sebagai sumber rujukan siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya terhadap konsep-konsep kimia secara mandiri serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembuatan Koloid

Demikian pembahasan tentang koloid mulai dari pengertian hingga cara pembuatan koloid. Semoga semua pembahasan artikel di atas bisa bermanfaat untuk Grameds.

Jika ingin mencari buku tentang kimia, kamu bisa menemukannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang

BACA JUGA:

About the author

Rahma R

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sudah dipelajari oleh banyak orang. Saya juga senang dengan bahasa Inggris, sehingga ketika menulis dengan tema materi bahasa Inggris sangat senang.