Geografi

Teori Kontraksi, Ini Penjelasan Lengkapnya

Teori Kontraksi
Written by Mochamad Harris

Teori Kontraksi – Permukaan bumi adalah tempat tinggal manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang terus berkembang dari awal pembentukannya yang juga terus menuai tanggapan. Itulah sebabnya tak heran jika sampai sekarang masih ada teori- teori konspirasi sekalipun tentang bumi. Salah satunya teori yang mengungkapkan bahwa bumi terdiri dari beberapa bagian atau lapisan, mulai dari kerak bumi yang merupakan lapisan terluar dari bumi itu sendiri.

Apakah Grameds pernah bertanya- Tanya mengapa permuakaan bumi kita sekarang terbentuk demikian? Ada gunung lembang, bukit- bukit dataran tinggi, rendah dan sebagainya? Dalam kajian ilmu geografi, banyak teori- teori yang menjelasakn tentang pembentukan permukaan bumi tersebut. Salah satunya teori kontraksi yang popular hingga sekarang dan terus dikembangkan untuk menemukan keterbaruan kondisi permukaan bumi tersebut. 

Grameds bisa simak penjelasan lengkapnya berikut ini tentang teori kontraksi dan teori- teori permukaan bumi lainnya yang berkaitan dengan teori tersebut: 

Pengertian Teori Kontraksi 

Permukaan bumi kita akan selalu mengalami pergerakan yang mungkin sering kita jumpai contohnya fenomena gempa bumi, tanah longsor, dan penurunan permukaan tanah. Fenomena alam tersebut menunjukan bahwa permukaan bumi itu bersifat sangat labil. Selain itu juga menunjukan adanya dinamika yang terjadi di atas permukaan bumi. Dinamika ini adalah akibat adanya aktivitas tenaga endogen dan eksogen dari jangka waktu tertentu. 

Permukaan bumi ini terus mengalami perubahan bentuk karena adanya bentuk deformasi lapisan batuan penyusun kulit bumi yang beragam. Jadi karena adanya gerakan berbagai macam kulit bumi tersebut akhirnya banyak para ahli yang mengemukakan teorinya tentang penjelasan permukaan bumi, termasuk teori kontraksi yang cukup populer menggambarkan fenomena permukaan bumi. Lalu apa itu teori kontraksi?

beli sekarang

Pengertian teori kontraksi adalah kajian ilmu geografi yang menyatakan bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena adanya proses pendinginan di bagian dalam bumi karena konduksi panas. Fenomena pengerutan- pengerutan tersebut akhirnya mengakibatkan bumi menjadi tidak rata. Berdasarkan teori ini, bumi sudah mengalami pendinginan dalam jangka waktu yang lama, di mana massa yang panas bertemu dengan udara dingin membuatnya menjadi mengerut. 

Hal yang menyebabkan pengerutan menjadi tidak arata adalah kandungan zat- zat yang berbeda di antara tempat yang satu dengan tempat lainnya. Itulah sebabnya mengapa pada daerah satu dengan daerah lainnya berbeda bentuk permukaan tanahnya. Teori kontraksi adalah salah satu teori permukaan bumi yang telah ditemukan oleh Descrates pada sekitar tahun 1596 – 1650 dengan adanya proses dalam sebuah pendinginan di permukaan bumi. 

Dalam teori ini menunjukan penyebab terbentuknya relief berupa gunung, lembah, dan jenis daratan lainnya yang membuat permuakaan bumi bisa semakin lama akan semakin susut dan mengerut.  Meskipun demikian, teori kontarksi ini juga mendapat banyak kritik karena tidak mungkin penurunan suhu atau pembentukan pegunungan dan lembah berlangsung dengan proses yang sangat darstis. 

Padahal kenyataannya dalam bumi masih banyak unsur pijar dan lapisan yang akan terus mengalami pergerakan. Dari beberapa kekurangan teori kontraksi tersebutlah akhirnya banyak teori- teori tentang permukaan bumi yang mencoba untuk menyempurnakan penjelasan teori ini, atau memberikan penjelasan baru untuk menggambarkan fenomena alam yang terjadi pada permukaan bumi. Untuk lebih memahami teori kontraksi lebih detail dan teori lainnya, Grameds bisa simak penjelasan berikut ini: 

 

beli sekarang

 

Jenis Teori Kontraksi

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa ada beberapa jenis teori yang berkaitan dengan teori kontraksi dalam menjelaskan fenomena permukaan bumi, seperti berikut ini: 

1. Teori Kontraksi (Contraction Theory Atau Theory of a Shrinking Earth)

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh James Dana di Amerika Serikat pada tahun 1847 dan Elie de Baumant yang merupakan ilmuwan geografi asal Eropa. Kemudian pada tahun 1852 mereka berdua mengungkapkan pendapatnya tentang bumi bahwa pada kerak bumi tersebut akan terus mengalami pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian bumi akibat dari proses konduksi panas yang berlebihan di dalam lapisan bumi. 

Pengerutan dan dengerutan tersebut dapat mengakibatkan permukaan bumi menjadi tidak rata. Keadaan tersebut diumpamakan sama seperti buah apel yang jika bagian dalamnya mongering maka permukaan kulitnya juga akan mengerut. Dalam perkembangan dunia pengetahuan, teori inipun memperoleh banyak kritikan, antara lain menyatakan bahwa bumi tidak akan mengalami penurunan suhu yang sangat drastis. 

Jadi akibat terbentuknya pegunungan tinggi ataupun lembah-lembah yang ada di permukaan bumi bukanlah fenomena yang sederhana dan terjadi dalam jangka waktu yang sangat cepat. Bumi memiliki banyak unsur radioaktif yang akan selalu memancarkan panas untuk mendapat tambahan panas bumi. Selain itu bumi juga memiliki reaksi-reaksi kimia antara mineral dan pergeseran- pergeseran kerak bumi yang dapat menimbulkan panas yang cukup. 

2. Teori Konveksi

Teori Kontraksi menyatakan bahwa terjadi aliran konveksi ke arah yang vertikal pada lapisan atmosfer yang sedikit lebih kental. Aliran ini sangat berpengaruh dalam aliran di kerak bumi sampai ke atas permukaan bumi. Aliran konveksi yang merambat akan terus menuju ke dalam kerak bumi dan akan menyebabkan batuan pada lapisan kerak bumi menjadi lunak. Kemudian gerak aliran dari dalam permukaan bumi menyebabkan permukaannya menjadi tidak rata. 

Aliran konveksi dalam teori ini dijelaskan bisa terjadi karena lapisan kerak bumi memiliki temperatur yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan lapisan yang ada di dalamnya. Sehingga massa permukaan tersebut dengan temperature tinggi mengalir ke daerah yang temperaturnya lebih rendah. 

Salah seorang ilmuwan yang merupakan pengikut teori konveksi adalah Harry H. Hess dari Princeton University yang dalam bukunya berjudul History of the Ocean Basin pada tahun 1962  mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge atau punggung tengah laut. Di puncak mid oceanic ridge tersebut lava ini kemudian mengalir terus menerus dari dan menyebar ke kedua sisi dan membeku menjadi bentuk kerak bumi yang baru.

beli sekarang

3. Teori Pergeseran Dasar Laut

Seorang ahli Geologi dasar laut asal Amerika Serikat bernama Robert Diesz menciptakan teori konveksi yang kemudian diungkapkan oleh Hees yang merupakan penelitian pada peta topografi dasar laut yang mengemukakan bukti- bukti baru tentang terjadinya pergeseran dasar laut pada arah punggung dasar laut dari masing-masing kedua sisinya. Penentuan umur pada sedimen dasar laut ini menyimpulkan bawa teori ini semakin jauh dari punggung laut yang umurnya semakin tua. 

Hal tersebut menunjukan bahwa ada geseran yang berasal dari punggung dasar laut, seperti contoh berikut ini:

  • Cost Pacific Rise
  • Mid Atlantic Ridge
  • Pacific Atlantic Ridge
  • Atlantic Atlantic Ridge

4. Teori Laurasia – Gondwana Atau Teori Dua Benua

Teori Laurasia adalah salah satu teori permukaan bumi yang dikemukakan oleh Edward Zuess dalam catatan bukunya yang berjudul The Face of The Earth tahun 1884 dan Frank B Taylor tahun 1910 yang menunjukan bahwa pada awalnya hanya ada dua benua di kedua tubuh permukaan bumi ini. Benua-  benua tersebut kemudian diberi nama gondwana dan laurentia atau laurasia. Kedua benua tersebut lalu terus bergerak dengan perlahan ke arah ekuator, kemudian akan terpecah- pecah menjadi bentuk benua- benua baru seperti halnya yang sekarang kita ketahui. 

Benua Australia, Afrika, dan Amerika selatan awalnya menyatu dalam benua yang bernama Gondwanaland dan benua- benua lainnya menyatu menjadi benua Laurasia. Teori Laura ini banyak didukung oleh para ahli dengan beberapa alasan dan dasar ilmiah, seperti jika kita perhatikan pada permukaan benua yang terpisah- pisah tersebut jika disatukan maka akan tersusun benua gondwanaland dan laurasia dengan baik. 

5. Teori Apungan Benua

Teori permukaan bumi yang masih berkaitan dengan teori kontraksi adalah yang teori apungan benua dikemukakan oleh seseorang ahli bernama Alfred Lothar Wegener pada tahun 1912 di dalam bukunya yang berjudul Oceans dan The Origin of the Continent’s. Wegener mengungkapkan tentang perkembangan dari bentuk permukaan bumi yang berhubungan langsung dengan adanya pergeseran benua secara perlahan- lahan.

Menurut Wegener, di dasar permukaan bumi awalnya hanyalah sebuah benua yang besar bernama Pangea atau dalam bahasa Yunani berarti keseluruhan bentuk bumi dan sebuah samudera bernama Panthalasa. Benua tersebut kemudian terus bergeser dengan perlahan ke arah barat dan ekuator sampai mencapai posisinya seperti sekarang. Gerakan yang dimaksud Wegener adalah disebabkan karena terjadi rotasi pada bumi sehingga menghasilkan gaya sentrifugal yang membuat gerakan menjadi cenderung ke arah ekuator. 

Selain itu adanya pula gaya tarik-menarik antara bulan dan bumi yang dapat menghasilkan gerak ke arah barat. Gerakan ke arah barat ini terjadi seperti halnya saat terjadinya gelombang pasang, yakni akibat dari revolusi bulan yang bergerak dari arah barat ke timur. Namun, sekitar tahun 1960-an muncul komentar tentang teori ini yang menyatakan bagaimana mungkin pada massa benua yang sangat besar dan berat bisa bergeser begitu signifikan di atas lautan yang sangat keras. 

beli sekarang

6. Teori Lempeng Tektonik 

Teori yang juga berkaitan dengan teori kontraksi adalah tentang lempeng tektonik yang dikemukakan oleh para ahli geofisika asal Inggris bernama Robert Parker dan juga Me Kenzie. Kedua ahli ini mempublikasi teori yang sempurna pada teori-teori sebelumnya, termasuk pergeseran permukaan bumi dari dasar laut seperti contohnya pergeseran benua yang sangat luas. Teori konveksi ini adalah satu kesatuan di dalam konsep yang sangat bagus dan sangat penting.

Teori ini juga dapat diterima oleh para ahli geologi, litosfer, dan Kerak bumi yang mengambang di atas lapisan astenosfer yang dianggap satu lempeng yang saling berkaitan satu sama lainya. Aliran teori konveksi yang keluar dari punggung laut kemudian akan meluas ke kedua sisinya. Sedangkan pada bagian lainnya akan kembali lagi, kemudian masuk lagi pada lapisan bumi yang  bercampur dengan materi-materi lapisan lainnya.

Daerah tempat masuknya bentuk ini disebut sebagai patahan atau transform fault yang dibedakan dengan adanya pulau vulkanis dan palung laut. Saat ini di permukaan bumi ada enam lempeng utama seperti berikut ini:

  • Lempeng Eurasia meliputi wilayah Asia, Eropa, dan daerah pinggirannya termasuk juga Indonesia
  • Lempeng Antartika meliputi wilayah lempeng Lautan Antartika dan kontinen Antartika
  • Lempeng Amerika meliputi wilayah Amerika selatan, Amerika utara Selatan, dan setengah lagi bagian barat Lautan Adantik
  • Lempeng Afrika meliputi wilayah setengah bagian timur Lautan Atlantik Afrika, bagian barat Lautan Hindia dan setengah bagian timur Lautan Atlantik
  • Lempeng Pasifik meliputi wilayah seluruh lempengan bumi di Lautan Pasifik
  • Lempeng India-Australia meliputi wilayah sub kontinen India di- Australia bagian barat dan juga lempeng Lautan Hindia

Pergerakan pada lempeng tektonik bisa mengakibatkan terbentuknya permukaan bumi yang berbeda- beda. Keragaman bentuk ini kemudian dipengaruhi oleh adanya kekuatan gerak lempeng dan arah. Ada tiga kemungkinan kekuatan pergerakan dua lempeng, yakni sama- sama lemah, sama- sama kuat, dan sangat kuat. Sedangkan yang lainnya bergerak lemah. Batas lempengan tektonik diberi tanda dengan bentuk- bentuk alam karena aktivitas dari lempeng tersebut. Batas- batas pada lempeng tektonik tersebut dibedakan menjadi tiga jenis, seperti berikut ini:

Batas Konvergen (Convergent Boundaries)

Konvergen adalah gerakan yang saling bertumbukan antar lempeng tektonik. Kemudian perbatasan lempeng ini geraknya saling mendekati dari arah yang berlawanan. Pada perbatasan konvergen, lempeng saling bertumbukan, sehingga muncul patahan yang menyebabkan terbentuknya gunung apo dan palung laut. Seperti pada pertemuan lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di Indonesia, sehingga membentuk jalur gunung api di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara. Contoh lainnya sebagai berikut: 

  • Tumbukan antara lempeng India dan lempeng benua Eurasia yang membentuk pegunungan lipatan muda Himalaya yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia dengan puncak tertingginya adalah Mount Everest. 
  • Tumbukan lempeng Italia dengan Eropa yang membentuk jalur di Pegunungan Alpen.

Zona yang terbentuk dari jalur tumbukan antara lempeng benua dan lempeng dasar samudra  disebut dengan zona subduksi atau subduction zone. Seperti pada tumbukan antara lempeng benua Amerika dan lempeng dasar Samudera Pasifik yang membentuk Pegunungan Rocky dan Andes. Pada wilayah tersebut biasanya rawan terjadi gempa bumi dan banyak ditemui gunung- gunung api. 

Batas Divergen (Divergent Boundaries)

Divergen adalah gerakan yang saling menjatuhkan antar lempengan tektonik, seperti gerakan menjauhnya lempeng afrika dan Amerika Selatan. Gerakan ini kemudian menciptakan batasan  lempeng yang bergerak dengan arah yang berlawanan atau saling menjauh satu sama lain. Pada batasan ini, kedua lempengan tidak terpisahkan walaupun bergerak saling menjauh. Hal tersebut terjadi karena di belakang setiap lempengan telah terbentuk kerak permukaan yang baru. Contoh batasan divergen adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah Samudra Pasifik dan Benua Afrika. 

Contoh lainnya adalah terbentuknya Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih 1.200 km dari San Francisco di bagian utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. Zona yang membentuk jalur- jalur tempat bergesekannya lempeng- lempeng tektonik ini disebut dengan Zona Sesar Mendatar atau zona transform. Artinya telah terjadi pergeseran antara dua lempeng dengan arah yang berlawanan dan terjadi pergeseran yang tidak menimbulkan penghilang atau pemunculan kerak bumi, namun terjadi patahan atau sesar. 

Batas Menggunting (Shear Boundaries)

Pada batas menggunting ada bentuk dua perbatasan lempeng yang hanya saling bergesekan, sehingga tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan yang signifikan. Contoh batasan ini adalah patahan pada San Andreas di California.

Nah, itulah penjelasan tentang teori kontraksi dan teori- teori yang berkaitan dengan permukaan bumi lainnya. Apakah Grameds sudah bisa memahami teorinya? Jika Grameds ingin belajar teori tentang bumi lainnya lebih luas bisa kunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com

 

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris