Biologi

Ketahui Jenis Pohon Langka di Indonesia yang Jumlahnya Terancam

Written by Widya

Apakah Grameds menyadari bahwa sebagian besar pohon dengan varietas tertentu telah menjadi langka di Indonesia? Negara yang dikenal dengan kekayaan hutannya yang melimpah justru menghadapi ancaman serius terhadap keberlangsungan hutan akibat dari praktik penebangan ilegal dan eksploitasi sumber daya alam. Ironisnya, kayu dari pohon-pohon yang hampir punah tersebut masih menjadi komoditas yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Tingginya permintaan akan kayu tersebut tidak hanya mengancam keberadaan jenis-jenis pohon tersebut tetapi juga ekosistem tempat mereka hidup. Oleh karena itu, sangat penting untuk meninjau ulang praktik pemanfaatan sumber daya alam dan mendorong kegiatan konservasi serta pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa anak cucu kita juga akan dapat menikmati keindahan dan manfaat dari keberadaan hutan Indonesia yang lestari. Nah Grameds, kira-kira apa saja pohon yang kini jumlahnya semakin terbatas? Mari kita simak artikel di bawah ini.

Jenis Pohon Langka di Indonesia

Indonesia memiliki beberapa jenis pohon yang terancam jumlahnya dikarenakan penebangan ilegal dan eksploitasi. Berikut beberapa contoh pohon langka di Indonesia:

Ramin (Gonystylus spp.)

Sumber: rekoforest.org/

Pohon Ramin  adalah sejenis pohon hutan yang berasal dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pohon ini memiliki kayu yang sangat berharga dan digunakan dalam industri kayu untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan furniture, konstruksi, dan kerajinan kayu. Kayu Ramin memiliki warna kuning hingga coklat muda dengan serat halus dan konsistensi yang kuat, membuatnya sangat diminati di pasar internasional.

Habitat ramin adalah pada daerah gambut dengan iklim tropis. Dataran yang tepat untuk tumbuh adalah dataran rendah, rawa atau campuran antara daerah gambut dan rawa. Tanaman ini banyak tumbuh di hutan tropis serta hutan rawa air tawar pada dataran rendah.

Ramin termasuk dalam tumbuhan asli Indonesia terutama di Kalimantan Tengah dan Sumatera Barat. Tanaman ini terdistribusi hingga ke seluruh daerah Asia Tenggara. Ramin juga terdapat di Malaysia terutama di Semenanjung Selatan dan Serawak, serta Brunei Darussalam di daerah rawa pesisir.

Ramin banyak ditebang karena akan diambil kayunya. Kayu ramin berwarna kekuningan agak putih dengan tekstur halus dan rata. Kayu ramin baik digunakan sebagai bahan membuat kayu lapis.Kayu ini juga cocok untuk membuat bangunan yang memerlukan konstruksi ringan. Perajin yang memerlukan kayu dengan warna bersih juga dapat memilih ramin untuk karyanya.

Kayu ini baik digunakan untuk membuat pintu, jendela, langit-langit serta sekat pengganti dinding antar kamar.Kayu ini juga sering dimanfaatkan sebagai bahan baku ukiran karena sifat teksturnya yang lembut dan mudah dibentuk.Pembuatan kapal juga sering memanfaatkan kayu dari tanaman tinggi ini.

Meskipun memiliki nilai ekonomi yang tinggi, pohon Ramin saat ini termasuk dalam kategori langka dan dilindungi karena populasi alaminya telah menurun drastis akibat eksploitasi berlebihan dan penebangan liar. Ramin sering menjadi target utama bagi penebang kayu ilegal karena kayu ini memiliki harga yang tinggi di pasar internasional. Berdasarkan daftar merah IUCN, tanaman ini masuk ke dalam kategori berisiko. Hal ini terjadi karena makin maraknya pembalakan liar dan penebangan yang berlebihan.

aku senang ada pohon dan tumbuhan

button rahmad jpg

Merbau (Intsia spp.)

Sumber: hnywood.com.my

Kayu Merbau adalah jenis kayu yang sangat bernilai dan berasal dari spesies pohon yang tergolong dalam genus Intsia, terutama Intsia bijuga dan Intsia palembanica. Morfologi kayu Merbau ditandai dengan warna yang cenderung merah kecoklatan hingga keemasan dengan serat halus dan pola yang menarik.

Kayu Merbau (Intsia spp.) memiliki berbagai penggunaan karena kekerasan, keindahan, dan ketahanannya terhadap cuaca. Beberapa penggunaannya meliputi:

  • Kayu Merbau sering digunakan dalam pembangunan rumah, terutama untuk lantai, dinding, dan atap. Kekerasannya membuatnya tahan terhadap kerusakan dan aus, sehingga cocok untuk penggunaan di area dengan lalu lintas berat.
  • Kayu Merbau digunakan dalam pembuatan peralatan indoor dan outdoor seperti meja, kursi, dan lemari. Kayu ini memberikan tampilan yang elegan dan tahan lama untuk perabotan rumah dan taman.
  • Karena warna merah kecoklatan yang kaya dan serat kayu yang menarik, kayu Merbau sering digunakan dalam dekorasi interior untuk panel dinding, langit-langit, dan trim.
  • Kayu Merbau tahan terhadap cuaca dan kelembaban, sehingga sering digunakan untuk bangunan luar ruangan seperti teras, dek, dan jalan setapak.
  • Kekuatan dan ketahanan terhadap air membuat kayu Merbau cocok untuk pembuatan kapal, terutama untuk bagian-bagian yang terkena air seperti tiang, papan lantai, dan dek.

Namun, eksploitasi berlebihan terhadap kayu Merbau telah menyebabkan keprihatinan terhadap keberlangsungan populasi pohon Merbau di alam liar, sehingga perlindungan habitat alaminya dan pengelolaan yang berkelanjutan menjadi sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup spesies ini..

Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri)

Sumber: ruparupa.com

Ulin  atau disebut juga dengan bulian atau kayu besi adalah pohon berkayu dan merupakan tanaman khas Asia Tenggara meliputi Indonesia (Sumatera & Kalimantan), Malaysia (Sabah & Sarawak), Filipina (Kepulauan Sulu). Ulin digolongkan ke dalam suku Lauraceae. Ulin memiliki tinggi pohon umumnya 30–35 m, diameter setinggi dada (dbh) 60–120 cm. Batang lurus berbanir, tajuk berbentuk bulat dan rapat serta memiliki percabangan yang mendatar.

Kayu Ulin termasuk salah satu jenis kayu yang sangat berharga dan langka yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Morfologi Kayu Ulin ditandai dengan warna yang gelap, biasanya coklat tua hingga hitam, dengan serat yang sangat kuat dan padat.

Telah ditemukan 4 (empat) varietas Ulin di Kalimantan Barat yang dibedakan berdasarkan kegunaan dan warna batang yaitu:

  • Ulin Tando dengan warna batang coklat kemerahan
  • Ulin lilin dengan batang coklat gelap
  • Ulin Tembaga dengan warna batang kekuningan
  • Ulin Kapur dengan warna batang coklat muda.

Ulin Tando, lilin dan tembaga biasanya digunakan untuk pondasi bangunan dan lantai. Ulin Kapur merupakan satu-satunya ulin yang mudah dibelah sehingga cocok untuk bahan baku atap sirap. Kayu ini memiliki kekerasan yang luar biasa dan ketahanan yang sangat tinggi terhadap kondisi lingkungan yang keras, seperti kelembaban tinggi dan serangan hama. Sebagai hasilnya, kayu Ulin telah menjadi pilihan utama untuk berbagai keperluan konstruksi, termasuk pembuatan jembatan, dermaga, konstruksi rumah, dan perabotan outdoor.

Selain itu, kayu Ulin juga digunakan dalam pembuatan kapal tradisional karena ketahanannya terhadap air laut. Namun, eksploitasi berlebihan dan perdagangan ilegal telah menyebabkan penurunan populasi kayu Ulin secara signifikan, sehingga spesies ini kini terancam punah.

Perlindungan habitat alami, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan penegakan hukum yang ketat terhadap perdagangan ilegal menjadi sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup kayu Ulin dan memastikan bahwa sumber daya alam ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

why? plants

button rahmad jpg

Jelutung (Dyera Costulata)

Sumber: lightwood.org

Jelutung adalah sejenis pohon karet yang berasal dari wilayah hutan tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pohon ini memiliki tinggi mencapai sekitar 60 meter dan tumbuh dengan daun yang berbentuk bundar dan berukuran besar. Salah satu ciri khas Jelutung adalah kemampuannya untuk menghasilkan getah karet yang kental dan lengket, yang biasa dikenal sebagai “jelutung”. Getah ini memiliki kualitas yang baik dan sering digunakan untuk pembuatan berbagai produk karet, termasuk alat tulis, alas kaki, dan ban kendaraan.

Genus Dyera mempunyai beberapa jenis, salah satunya adalah jelutung darat atau jelutung bukit dengan nama latin Dyera Costulata (jenis yang tumbuh di dataran tanah laterir dan aluvial). Selain itu, terdapat spesies jelutung rawa (Dyera owii) yaitu jenis yang tumbuh di tanah organosol dan kawasan rawa gambut.

Pohon Jelutung rawa merupakan pohon lokal yang tumbuh secara alami pada hutan rawa dan sangat sesuai untuk hutan tanaman berproduktivitas tinggi dan ramah lingkungan karena:

  • Kemampuan menyesuaikan diri pohon jelutung rawa cukup baik dan teruji pada lahan rawa gambut,
  • Jelutung rawa dapat tumbuh dengan cepat (pertahun, pertumbuhan diameternya 2 – 2,5 cm, dan tinggi 1,6 – 1,8 cm per tahun),
  • Pohon jelutung rawa dapat dikembangkan melalui manipulasi lahan, minimal tanpa pembuatan kanal untuk saluran drainasenya,
  • Menghasilkan getah (dimanfaatkan untuk permen karet, kosmetik, isolator) dan kayu (dimanfaatkan untuk pencil slate, vinir dan moulding),
  • Tanaman ini sudah dikenal masyarakat dari lama dan dapat hidup di daerah bergambut,
  • Jelutung rawa sering dibudidayakan seperti pohon karet, ketika masa produktif disadap getahnya, pada akhir daur dimanfaatkan kayunya..
  • Pohon jelutung rawa yang tumbuh secara alami di hutan Sumatra dan Kalimantan. Jelutung rawa tumbuh secara sporadis pada hutan dataran rendah dan hutan dataran tinggi dengan ketinggian antara 300–400 meter di atas permukaan laut.

Kawasan Asia Tenggara merupakan habitat alami terbesar dari tanaman jelutung terutama di Malaysia, Thailand, Singapura, dan Indonesia. Di Indonesia, pohon Jelutung dapat dijumpai di daerah Sumatra, Bangka Belitung, Riau, Kalimantan dan juga kemungkinan di Sulawesi.

Tanaman ini termasuk jenis pohon yang cepat berkembang dan dalam proses perkembangannya membutuhkan pencahayaan yang cukup kuat. Pohon jelutung berusia muda sangat rentan dan mudah terluka, namun dengan segera dapat menyembuhkan dirinya sendiri.

Selain sebagai sumber karet, Jelutung juga memiliki beragam pemanfaatan lainnya. Kulit kayu Jelutung dapat diolah menjadi serat untuk pembuatan tali atau anyaman, sementara kayu Jelutung yang keras dan kuat digunakan dalam konstruksi bangunan dan pembuatan perabotan. Daunnya juga dimanfaatkan dalam berbagai pengobatan tradisional.

Meskipun Jelutung memiliki banyak manfaat, populasi pohon ini mengalami penurunan yang signifikan karena eksploitasi berlebihan dan penebangan liar. Penebangan yang tidak berkelanjutan telah mengancam keberlangsungan hidup Jelutung, sehingga langkah-langkah konservasi yang serius diperlukan untuk melindungi dan memulihkan populasi pohon ini

Cendana (Santalum Album)

Sumber: www.chhajedgarden.com

Pohon Cendana (Santalum album) adalah sejenis pohon kayu yang terkenal karena memiliki serat kayu yang beraroma harum dan berkualitas tinggi. Pohon ini merupakan bagian dari keluarga Santalaceae dan berasal dari wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Cendana dapat mencapai tinggi sekitar 12-15 meter dan memiliki daun yang berbentuk oval dan berwarna hijau tua.

Cendana adalah pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad. Konon di Sri Lanka kayu ini digunakan untuk membalsem jenazah putri-putri raja sejak abad ke-9. Di Indonesia, kayu ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Pulau Timor, meskipun sekarang bisa ditemukan pula di Pulau Jawa dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya.

Cendana termasuk tumbuhan parasit pada awal kehidupannya. Kecambahnya memerlukan pohon inang untuk mendukung pertumbuhannya, karena perakarannya sendiri tidak sanggup mendukung kehidupannya. Karena prasyarat inilah cendana sukar dikembangbiakkan atau dibudidayakan.

Terdapat dua jenis Cendana, yaitu Cendana Merah dan Cendana Putih. Cendana Merah banyak tumbuh di daerah Funan dan India, sedangkan Cendana Putih banyak tumbuh di Nusa Tenggara Timur, antara lain di Pulau Flores, Alor, Sumba, Solor, Adonara, Lomblen, Pantar, Timor, Rote, dan Sabu.

Dari segi kualitas, keduanya tak sama. Kayu Cendana Merah relatif kurang harum dan kualitasnya kurang bagus, sehingga tidak terlalu laris diperdagangkan. Kayu Cendana wangi (Santalum album) kini sangat langka dan harganya sangat mahal. Di Indonesia, kayu cendana dari Timor juga sangat dihargai.

Kayu Cendana dianggap sebagai obat alternatif untuk membawa orang lebih dekat kepada Tuhan. Minyak dasar kayu cendana, yang sangat mahal dalam bentuknya yang murni, digunakan terutama untuk penyembuhan cara Ayurveda, dan untuk menghilangkan rasa cemas.

Meskipun memiliki nilai ekonomi yang tinggi, populasi pohon Cendana mengalami penurunan yang signifikan karena eksploitasi berlebihan dan penebangan liar. Penebangan yang tidak berkelanjutan telah mengancam keberlangsungan hidup Cendana, sehingga perlindungan habitat alami dan pengelolaan hutan yang berkelanjutan menjadi sangat penting untuk menjaga kelangsungan pohon ini.

Upaya penanaman kembali (replanting) juga menjadi strategi yang diperlukan untuk memulihkan populasi Cendana yang terancam dan menjaga keberlangsungan sumber daya alam di Indonesia.

apa yang mencemari planet bumi?

button rahmad jpg

Tips Menjaga Pohon Langka dari Kepunahan

Menjaga pohon-pohon langka agar tidak punah memerlukan perhatian dan tindakan yang serius. Berikut adalah beberapa tips untuk membantu menjaga pohon langka dari kepunahan:

1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian pohon langka dan keanekaragaman hayati secara umum melalui kampanye, program edukasi, dan acara sosialisasi.

2. Perlindungan Hutan dan Habitat Alam

Lindungi habitat alami pohon langka dengan menghentikan deforestasi, menetapkan kawasan konservasi, dan menerapkan hukum yang ketat terhadap aktivitas ilegal seperti penebangan liar dan perburuan liar.

3. Pengelolaan Hutan yang Berkelanjutan

Kelola hutan secara berkelanjutan dengan melakukan pemantauan terhadap populasi pohon langka, merencanakan kegiatan penebangan yang berkelanjutan, dan mengutamakan keberlanjutan sumber daya alam.

4. Rehabilitasi dan Penanaman Kembali

Lakukan kegiatan rehabilitasi habitat dan penanaman kembali pohon langka di area yang terdegradasi atau terancam.

5. Pengembangan Alternatif Ekonomi

Cari alternatif ekonomi yang berkelanjutan untuk masyarakat lokal yang bergantung pada eksploitasi pohon langka, sehingga mengurangi tekanan terhadap populasi pohon tersebut.

6. Penelitian dan Monitoring

Lakukan penelitian dan pemantauan terus-menerus terhadap populasi dan kesehatan pohon langka untuk memahami tren populasi dan mengidentifikasi ancaman yang potensial.

7. Kerja Sama Antar Negara dan Pemangku Kepentingan

Tingkatkan kerja sama antar negara dan pemangku kepentingan dalam upaya pelestarian pohon langka melalui pertukaran pengetahuan, sumber daya, dan upaya bersama.

Kesimpulan

Pohon-pohon langka di Indonesia merupakan aset berharga yang menghadapi ancaman kepunahan karena berbagai faktor seperti deforestasi, eksploitasi berlebihan, dan perubahan lingkungan. Contohnya termasuk Merbau, Ulin, Cendana, dan banyak lagi. Pentingnya pelestarian pohon langka ini tak terbantahkan, mengingat peran mereka dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan sumber daya alam.

Untuk mengantisipasi kepunahan mereka, langkah-langkah proaktif diperlukan. Ini termasuk perlindungan habitat alami, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, penegakan hukum yang ketat terhadap aktivitas ilegal, rehabilitasi habitat yang terdegradasi, dan penanaman kembali pohon langka.

Pendidikan dan kesadaran masyarakat juga menjadi kunci, karena melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya pelestarian. Kolaborasi antar negara dan pemangku kepentingan serta penelitian yang terus-menerus juga penting untuk memahami dan mengatasi ancaman yang dihadapi pohon langka. Dengan tindakan yang tepat dan terkoordinasi, diharapkan dapat mencegah kepunahan pohon-pohon langka ini dan menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati di Indonesia. Grameds bisa mempelajari tentang pohon Indonesia berikut pemanfaatannya lewat buku-buku di Gramedia.com.

About the author

Widya