Sejarah

Pengertian Kerja Rodi: Sejarah, Tujuan, dan Dampaknya

Kerja Rodi adalah
Written by Fandy

Pengertian Kerja Rodi – Pada masa kolonial Belanda, Indonesia banyak mengalami peristiwa-peristiwa penting yang menjadi bagian dari sejarah negeri ini. Pada tahun 1809, Gubernur Hindia Belanda bernama Marsekal Herman Willem Daendels membangun Jalan Raya Pos atau jalan yang membentang di sepanjang seribu kilometer mulai dari Anyer hingga ke Panarukan. Pembangunan jalan raya tersebut, dikerjakan oleh pekerja pribumi dan mereka disebut sebagai pekerja paksa.

Sistem dari kerja paksa dan perbudakan memang sangat lekat pada masa penjajahan. Pada masa kolonialisme, kerja paksa atau disebut pula sebagai kerja rodi. Kerja rodi adalah salah satu bentuk dari eksploitasi Belanda pada sumber daya manusia di Indonesia.

Sistem kerja rodi ini juga diberlakukan di berbagai daerah di Indonesia dan biasanya terjadi di area-area pertambangan, perkebunan, pelabuhan dan objek vital yang lain.

Ingin tahu lebih lengkap tentang kerja rodi, sejarah dan tujuannya? simak artikel ini hingga akhir.

Pengertian Kerja Rodi

Kerja Rodi adalah

pexels.com

Kerja paksa atau kerja rodi adalah suatu sistem yang diterapkan oleh pihak kolonial Belanda yang memaksa masyarakat untuk bekerja tanpa mendapatkan upah apapun dari pekerjaan yang diperintahkan dan dilakukan.

Kerja rodi terjadi pada masa kolonial Belanda, sedangkan romusha terjadi pada masa penjajahan Jepang di sekitar tahun 1942 hingga 1945. Baik atau kerja rodi maupun romusha memiliki pengertian yang sama dan orang-orang Indonesia yang dipekerjakan biasanya harus memenuhi suatu tujuan tertentu. Contohnya seperti membangun terowongan, jalan atau bahkan untuk memenangkan perang Asia Timur Raya.

Pada masa penjajahan Jepang saat itu, Jepang berniat untuk meraup seluruh keuntungan dari berbagai komoditas yang ada di Indonesia. Oleh sebab itulah, Jepang berusaha memperoleh sumber daya manusia serta alam demi kepentingan ekonomi pihaknya.

Sementara itu, kerja rodi yang diterapkan oleh Belanda pun tidak jauh berbeda. Perbedaannya, kerja rodi pada masa penjajahan Belanda lebih banyak terjadi di area-area perkebunan, pelabuhan, pertambangan, objek vital lainnya dan pengerahan rakyat Indonesia biasanya untuk membangun infrastruktur sipil maupun militer.

Pada kebijakan kerja rodi, baik itu pada masa penjajahan Belanda, mereka tidak menggunakan tenaga dari para tawanan tetapi menggunakan tenaga dari rakyat bebas. Jadi, terkadang ada beberapa pekerja paksa yang mendapat upah, meskipun sangat sedikit.

Kerja Rodi adalah

Sejarah Kerja Rodi

Kerja Rodi adalah

kompas.com

Pada mulanya, kerja rodi muncul ketika Louis Napoleon memberi kepercayaan pada Herman Willem Daendels dan mengangkat Daendels menjadi gubernur pada tanggal 1 Januari 1808. Ketika diangkat menjadi gubernur, Herman Willem Daendels memiliki tugas utama untuk mempertahankan pulau Jawa dari Inggris. Selain itu, Herman Willem Daendels juga diberi tugas untuk mengatur pemerintahan Indonesia.

Karena perintah tersebutlah, Herman Willem Daendels merasa terbebani, sebab saat itu Inggris mengambil alih kekuasaan VOC tepatnya di Ambon, Sumatera, dan Banda. Pada saat itu pula, untuk dapat memenuhi tugasnya sebagai gubernur, akhirnya Daendels memutuskan untuk memberlakukan sistem kerja rodi. Keinginan utama Daendels dari program kerja rodi tersebut adalah agar masyarakat Indonesia bersedia bekerja demi kepentingan Kerajaan Prancis. Selain itu, dengan kerja rodi, Daendels membawa pengaruh dalam beberapa bidang, seperti bidang keamanan, bidang pertahanan, serta bidang administrasi.

Dalam hal bidang pertahanan dan keamanan, Daendels melakukan sejumlah kegiatan demi mencapai tujuannya, contohnya seperti membangun benteng pertahanan baru dan membangun pangkalan angkatan laut yang berada di daerah Ujung Kulon dan Anyer. Akan tetapi, pembangunan pangkalan angkatan laut yang berada di daerah Ujung Kulon tidak sesuai dengan keinginan Daendels.

Selain itu, masih ada beberapa tindakan Daendels yang berupa kerja rodi, seperti untuk membangun Jalan Raya Pos atau Groote Postweg dari Anyer di Ujung Barat, Jawa Barat hingga ke Panarukan yang berada di Ujung Timur, Jawa Timur yang panjangnya kira-kira mencapai 1000 km.

Daendels sebagai perwakilan dari Prancis atas nama Belanda tentu saja membuat sebuah arsip sebagai laporan, tentang berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan dan lain-lainnya. Akan tetapi, tidak banyak arsip yang ditulis oleh Daendels berhasil ditemukan, sehingga untuk mengetahui besaran dana dari pembuatan jalan pos yang jaraknya mencapai 600 pal atau kurang lebih 1000 km tersebut sulit untuk diketahui secara pasti.

Pada saat itu, pemerintah Daendels pada hanya menyediakan dana kurang lebih 30.000 ringgit, saat itu 1 ringgit atau rijksdaalder sama dengan 2,40 gulden. Dalam pelaksanaannya, dana tersebut telah habis digunakan untuk membangun jalan rute Batavia hingga Buitenzorg atau dari Jakarta hingga Bogor.

Sementara itu, pembangunan rute Buitenzorg hingga Kandanghaur yang berada di Barat Cirebon menggunakan uang kertas kredit yang dikeluarkan oleh Daendels. Menurut arsip yang ada, pembangunan jalan pos yang berada di Jawa telah menelan korban kurang lebih sebanyak 30.000 orang. Kerja paksa atau kerja rodi dilakukan oleh para budak atau orang-orang yang melakukan tindak pidana, mereka akan dirantai kaki serta tangannya.

Kerja wajib dilaksanakan sebagai bentuk pengabdian dari kawula pada gustinya. Kerja wajib tersebut tidak terkait dengan hukuman, tetapi ditetapkan dalam batas-batas waktu tertentu untuk bekerja demi kepentingan para penguasa. Kerja wajib berlaku bagi seluruh warga pria dewasa yang badannya sehat.

Dengan begitu, maka dapat dikatakan bahwa pemerintahan Daendels memang sempat mengeluarkan anggaran untuk membayar upah dari para pekerja Jalan Raya Pos. Akan tetapi, sistem kerja paksa juga diterapkan oleh Daendels ketika anggaran untuk pembangunan jalan tidak lagi mencukupi atau sudah habis.

Selama ini, masyarakat mengetahui bahwa rakyat yang melakukan kerja rodi tidak mendapatkan upah atau bayaran dan dipaksa bekerja. Akan tetapi, menurut sejarawan Djoko Marihandono, Daendels sebenarnya telah menyiapkan upah sebesar 30.000 ringgit untuk menggaji serta memberi upah makan para mandor dan para pekerja rodi yang disalurkan melalui perantara residen serta bupati.

Namun, uang yang disalurkan oleh Daendels tersebut dikorupsi oleh para bupati, sehingga para pekerja tidak mendapatkan upah. Hal ini tercatat dalam arsip laporan Pemerintah Prancis saat itu, tetapi narasi tentang korupsi ini masih diragukan kebenarannya oleh publik.

Kerja rodi dianggap sebagai langkah atau suatu kebijakan yang mempermudah Daendels untuk mencapai segala tujuannya. Selain itu, dalam usaha untuk mewujudkan keinginan Daendels tersebut, ia memaksa masyarakat pribumi untuk menjual hasil bumi pada pemerintahan Belanda dengan harga yang dipatok sangat murah dan menjual tanah milik rakyat Indonesia pada pemerintah Belanda.

Selain menerapkan kerja rodi atau kerja paksa, Daendels juga melakukan berbagai macam usaha untuk mengumpulkan dana dalam usaha menghadapi Inggris dan mempertahankan Pulau Jawa.

Oleh sebab itu, Daendels mengeluarkan beberapa kebijakan seperti melakukan penyerahan hasil bumi atau verplichte leverantie yaitu mengeluarkan kewajiban yang dibebankan pada rakyat Priangan untuk menanam kopi atau preanger stelsel.

Kebijakan-kebijakan dan langkah yang dibuat oleh Daendels ini sangat erat dengan tugasnya yaitu untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan pasukan Inggris. Beberapa kebijakan yang diberlakukan oleh Daendels antara lain adalah:

  • Seluruh pegawai pemerintah akan mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka dilarang melakukan segala kegiatan yang berkaitan dengan perdagangan dan melarang penyewaan desa kecuali untuk memproduksi garam, gula maupun sarang burung.
  • Menerapkan sistem kerja rodi dan membangun kapal perang, pelabuhan dan ketentaraan dengan cara melatih orang-orang pribumi.

Kerja Rodi adalah

Tujuan Kerja Rodi

Kerja Rodi adalah

kompas.com

Selama masa penerapan kerja rodi, kehidupan rakyat berubah menjadi sengsara, sebab rakyat harus melakukan kerja paksa tanpa mendapatkan upah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, pekerja rodi juga mendapatkan perlakuan yang kurang baik apabila mereka berhenti bekerja.

Menurut artikel pada Kompas.com, proses dari pembangunan jalan raya Anyer hingga Panarukan di tahun 1809 bahkan memakan korban hingga 12.000 jiwa. Proses pembangunan atau konstruksi dari jalan pada mulanya dilakukan oleh pihak kolonial, akan tetapi setelah Daendels kehabisan dana untuk membayar pekerja profesional dan tentara, akhirnya Daendels pun mengerahkan rakyat pribumi.

Sebelum menggunakan tenaga dari rakyat, militer dilibatkan sebab pembangunan yang dilakukan di daerah perbukitan dan pegunungan batu perlu diratakan dengan menggunakan alat-alat berat seperti tank maupun meriam.

Tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan pertahanan serta infrastruktur militer yang ada di Pulau Jawa saja, tetapi pembangunan jalan tersebut juga berfungsi untuk memenuhi kepentingan ekonomi.

Penduduk diberikan instruksi untuk semakin intensif dalam melakukan intensifikasi pertanian, agar dapat menghasilkan lebih banyak hasil bumi. Fasilitas jalan yang memadai, juga memungkinkan kemudahan dalam pengangkutan komoditas hasil bumi dari wilayah pedalaman menuju wilayah pantai atau pelabuhan semakin lancar.

Herman Willem Daendels menerapkan kerja rodi atau kerja paksa untuk mencapai beberapa tujuan, beberapa tujuannya adalah sebagai berikut:

  • Membangun pabrik persenjataan yang berada di daerah Surabaya dan Semarang.
  • Membangun jalan raya sepanjang 1100 km dimulai dari Anyer hingga sampai ke Panarukan.
  • Membangun pangkalan armada yang berada di Ujung Kulon serta Anyer.
  • Membuat benteng pertahanan.
  • Membangun pelabuhan dan kapal perang demi kebutuhan militer.
  • Membangun pangkalan tentang dengan melatih rakyat pribumi.

Kebijakan Kerja Rodi

Untuk dapat meraih tujuan-tujuan tersebut, maka Daendels menerapkan beberapa kebijakan, berikut beberapa kebijakan dari Daendels ketika menerapkan kerja rodi.

  • Memberlakukan pembayaran pajak dengan menyerahkan hasil bumi atau contingenten.
  • Melakukan penjualan tanah rakyat pada pihak swasta asing, seperti pada Han Ti Ko yaitu seorang pengusaha asal China.
  • Melarang penyewaan desa, kecuali digunakan untuk memproduksi garam, gula serta sarang burung.
  • Setiap pegawai pemerintahan akan mendapatkan gaji tetap, tetapi pegawai pemerintahan dilarang untuk melakukan segala kegiatan perdagangan.
  • Mewajibkan rakyat Priangan untuk menanam kopi atau Prianger Stelsel.

Fakta Tentang Jalan Daendels

Seperti yang diketahui bahwa salah satu tujuan kerja rodi adalah untuk membangun Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels. Dalam pembangunannya sendiri, Jalan Raya Pos memiliki sejarah yang panjang serta beberapa fakta menarik. Berikut fakta-faktanya.

  • Jalan Raya Pos dibangun oleh Jenderal yang terkenal memiliki tangan dingin sejak awal kedatangannya di Anyer, Banten pada 14 Januari 1808. Lalu, Daendels resmi memimpin Hindia Belanda. Selama menjadi orang pertama di Hindia Belanda, ia terkenal sebagai seorang pemimpin yang kejam dan memiliki tangan dingin.
  • Pembangunan Jalan Raya Pos rupanya terinspirasi dari Imperium Romawi. Pada masa kekuasaan Byzantine, ia juga membangun sebuah jalan pos dengan nama Curcus Publicus. Daendels yang mengetahui hal ini pun mencontoh hal tersebut dengan tujuan agar logistik serta mobilitas dari pasukan Hindia Belanda yang berada di Pulau Jawa berjalan dengan lancar dan Jawa tetap menjadi daerah kekuasaan Daendels.
  • Tujuan dari pembangunan Jalan Raya Pos ini sebenarnya beragam. Meskipun pada mulanya hanya untuk mempermudah mobilitas, tetapi semakin lama Jalan Daendels memiliki banyak tujuan, seperti sebagai jalur ekonomi, komunikasi hingga militer. Dari segi komunikasi, jalan raya ini dapat mempersingkat waktu pengiriman pesan, lalu dari sisi ekonomi jalan ini dapat meringankan ongkos pengangkutan, sehingga kesempatan untuk melakukan ekspor semakin tinggi. Sedangkan dari sisi militer, jalan ini akan memudahkan pasukan Belanda yang berada di sekitar Pulau Jawa.

Kerja Rodi adalah

Dampak Kerja Rodi

Kerja Rodi adalah

kompasiana.com

Kerja paksa, kerja rodi tentunya memiliki dampak bagi pekerja rodi dan masyarakat Indonesia. Dibandingkan dampak positifnya, kerja rodi justru membuat masyarakat Indonesia sengsara.

Dampak Negatif Kerja Rodi

  1. Menimbulkan banyak sekali korban jiwa yang meninggal dunia selama melakukan kerja rodi.
  2. Para pekerja mendapatkan perlakuan yang kasar dan di luar peri kemanusiaan.
  3. Masyarakat mengalami kelumpuhan ekonomi karena Daendels mengubah sistem ekonomi menjadi ekonomi perang.

Dampak Positif Kerja Rodi

Namun, selain membawa dampak negatif, kerja rodi ini juga memiliki dampak positif, diantaranya:

  1. Banyak masyarakat Indonesia yang mengenali berbagai macam jenis tanaman baru secara lengkap.
  2. Banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui berbagai macam cara mengolah dari jenis tanaman baru.
  3. Infrastruktur banyak yang baru dan membuat kehidupan masyarakat Indonesia pada masa itu menjadi lebih maju.

Perbedaan Kerja Rodi dan Romusha

Kerja rodi dan romusha memang tidak jauh berbeda, tetapi keduanya memiliki beberapa perbedaan.

1. Kebijakan

Pada kebijakan kerja rodi, masyarakat pribumi diminta bekerja untuk membangun infrastruktur atau membangun pertahanan di Pulau Jawa. Sedangkan Romusha dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia pribumi untuk bekerja secara sukarela di berbagai wilayah di Indonesia, bahkan ada beberapa yang dibawah ke jajahan Jepang lainnya.

2. Asal Tenaga Kerja

Selain itu, ada perbedaan pada tenaga kerja yang dipilih pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kerja rodi pada masa penjajahan Belanda berasal dari para pekerja dipilih dari orang-orang yang melakukan tindak pidana atau tawanan. Selain itu, juga berasal dari pekerja laki-laki yang sehat secara jasmani.

Sedangkan pada Romusha, Jepang tidak pandang bulu dalam memilih pekerja paksa. Entah itu laki-laki, perempuan atau bahkan anak kecil semuanya ditugaskan secara paksa untuk mengurus lahan kosong agar lahan tersebut menjadi lahan produktif yang memiliki hasil pangan berlipat ganda.

Kerja paksa atau romusha diterapkan oleh Jepang untuk mencapai segala tujuan demi kepentingan mereka. Termasuk untuk membangun jalan dan rel kereta. Salah satu hasil dari Romusha adalah jalur Saketi menuju Bayah yang digunakan untuk mengangkut barang-barang. Selama masa pembangunan rel tersebut banyak memakan korban jiwa, sehingga, rel kereta tersebut bahkan dijuluki sebagai Death Railway.

Baik itu, kerja paksa yang dilakukan pada masa penjajahan Belanda atau Romusha pada masa penjajahan Jepang, keduanya telah banyak memakan korban jiwa dan menyimpan sejarah pedih bagi masyarakat. Sebab, tidak hanya kerja paksa, tetapi pekerja juga diperlakukan dengan tidak baik bahkan tidak diperbolehkan berhenti bekerja.

Itulah penjelasan tentang kerja rodi adalah kerja paksa. Apabila Grameds tertarik dengan topik kerja rodi atau sejarah lain tentang kemerdekaan Indonesia, maka Grameds bisa mencari informasinya lebih lanjut dengan membaca buku. Materi kerja rodi, tercantum dalam buku Sejarah untuk Sekolah Menengah Pertama yang bisa kamu dapatkan di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan buku pembelajaran Sejarah untuk Grameds yang masih dibangku SMP. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

BACA JUGA:

  1. Pengertian Kolonialisme: Perkembangan, Kedatangan, dan Akibat
  2. Pengertian Politik Etis: Program, Latar Belakang, dan Tokoh yang Terlibat
  3. Pengertian Imperialisme dan Kolonialisme: Latar Belakang dan Dampaknya 
  4. Latar Belakang Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Samudera 
  5. Apa Hubungan Rempah-Rempah dan Penjajahan di Indonesia? 
  6. Memahami Politik Adu Domba di Indonesia

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.