Tokoh

Arti Logo NU Karya K. H. Ridwan Abdullah, Ormas Islam Terbesar di Indonesia

Written by Nandy

Nahdlatul Ulama yang biasa disebut dengan singkatan NU merupakan salah satu organisasi masyarakat yang bergerak di bidang keagamaan terbesar di Indonesia. Logo NU memiliki makna khusus bagi para anggotanya sekaligus seluruh umat muslim di Indonesia. Tak heran, apabila kamu dan banyak orang lainnya sering melihat logo NU di berbagai sudut tempat.

Sesuai dengan gambar di atas, logo NU membentuk sebuah bola dunia yang dikelilingi oleh ikatan tali dengan jumlah 99. Sementara itu, pada bagian atas terdapat lima bintang. Dengan satu bintang berada di tengah berukuran lebih besar dibandingkan empat bintang lainnya. Kemudian, ada tulisan Nahdlatul Ulama dalam huruf arab yang mengapit empat bintang lainnya.

Logo NU adalah hasil ikhtisar dari seorang kiai yang terkenal alim sekaligus lihai dan pintar dalam melukis, ialah Kiai Ridwan Abdullah. Pada saat hendak mendirikan NU bersama para kyai lainnya, K. H. Hasyim Asy’ari memberikan tugas kepada Kiai Ridwan Abdullah untuk membuat logo NU.

Selain hanya diberikan tenggat satu setengah bulan untuk menyelesaikannya, syarat pembuatan logo NU tidak boleh meniru lambang lain serta punya wibawa, sehingga tidak akan lekang oleh zaman.

Namun, banyak orang yang belum tahu bahwa logo NU yang biasa dilihat saat ini di berbagai tempat berbeda dengan logo NU pertama kali berdiri. Perlu kita tahu bahwa logo NU yang seperti di bawah ini mulai digunakan sejak tahun 2015 pada Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur.

Kompas.com

Logo NU

Dikutip dari laman luring NU Online, berikut ini adalah deskripsi lengkap terkait logo NU sesuai dengan buku Antologi Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah NU, antara lain yaitu:

1. Bola dunia 

Gambar bola dunia yang terdapat di dalam logo NU merupakan representasi tempat manusia berasal dan tinggal. Bola dunia dari planet bumi ini juga menjadi pengingat bahwa manusia sebetulnya berasal dari tanah dan akan kembali kepada-Nya. Simbol bola dunia sendiri sesuai dengan surat Thaha ayat 55.

۞ مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَىٰ

Artinya: “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain,”

 

2. Ikatan Tali atau Tambang

Selanjutnya, pada gambar bola dunia yang terletak di tengah terdapat tali atau tambang yang mengelilinginya. Adanya tali atau tambang tersebut merupakan simbol ukhuwah atau persaudaraan terhadap sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah), sesama bangsa Indonesia (ukhuwah wathaniyyah), dan sesama manusia (ukhuwah basyariah). Semangat ukhuwah dan persaudaraan ini sesuai dengan surat Ali Imran ayat 103.

 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

3. Peta Indonesia

Pada gambar bola dunia tampak di permukaannya peta Indonesia. Adanya peta Indonesia di bola dunia pada logo NU merupakan simbol cinta NU terhadap tanah air sesuai dengan slogannya Hubbul Wathon Minal Iman atau ‘Cinta tanah air sebagian dari iman’. Selain itu, peta Indonesia menegaskan bahwa NU berdiri di Indonesia dan berjuang di Indonesia.

4. Dua Simpul Ikatan

Pada bagian bawah tulisan Nahdlatul Ulama terdapat dua simpul ikatan. Hal ini melambangkan hubungan vertikal seorang muslim dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama umat manusia.

5. Untaian Tampar Tambang yang Berjumlah 99

Untaian tampar tambang yang memiliki jumlah 99 merupakan lambang nama-nama terpuji Allah atau yang biasa disebut Asmaul Husna. Tali ini digambarkan diikat dengan longgar. Hal ini melambangkan bahwa NU selalu fleksibel dan dinamis dalam menentukan hukum dan sifat politik.

6. Lima Bintang di Bagian Atas Bola Dunia. 

Dari lima bintang yang ada di bagian atas bola dunia, ada satu bintang di tengah yang memiliki ukuran lebih besar daripada empat bintang lainnya. Bintang yang paling besar ini merupakan lambang Rasulullah. Sementara itu, empat bintang yang lainya adalah lambang dari empat sahabat Rasulullah yang mendapat julukan Khulafaur Rasyidin, yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

7. Empat Bintang di Bagian Bawah Bola Dunia

Setelah lima bintang pada bagian atas, ada empat bintang yang berada di bagian bawah. Empat bintang tersebut merupakan lambang dari empat imam mazhab Ahlussunnah wal Jamaah, di antaranya yaitu Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Hanbali.

8. Sembilan Bintang

Apabila dijumlahkan, maka bintang yang terdapat di dalam logo NU ada sembilan. Bintang sembilan merupakan lambang dari Wali Songo atau sembilan ulama yang menyebarkan Islam.

9. Tulisan Arab Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama dalam logo NU tidak menggunakan huruf latin, melainkan huruf Arab. Tulisan Arab Nahdlatul Ulama ini digambarkan melintang di tengah bumi. Hal ini menjadi penegasan bahwa nama organisasi tersebut, Nahdlatul Ulama berarti kebangkitan para ulama.

Rais Aam PBNU K. H. Miftahul Akhyar mengatakan, huruf dladl pada tulisan Nahdlatul Ulama yang memiliki ukuran panjang dan melintasi bola dunia merupakan lambang bahwa NU akan mendladlkan dunia. Dladl sendiri bisa dimaksudkan kepada hadits yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang paling fasih dalam mengucapkan huruf dladl.

Berdasarkan buku Antologi Sejarah, Istilah, Amaliyah, dan Uswah NU, Kiai Ridwan Abdullah merupakan seorang santri dari Syaikhona Cholil Bangkalan, seperti halnya para kiai yang ikut mendirikan NU lainnya. Ia adalah kiai yang totalitas.

Ketika mulai terjun dalam organisasi, Kiai Ridwan Abdillah terpaksa mengurangi kesibukannya dalam urusannya terkait ekonomi. Sebelumnya, ia adalah seorang pengusaha kain yang memiliki toko sekaligus tailor di Jalan Kramat Gantung. Semenjak aktif di NU, ia menyerahkan tokonya tersebut kepada adiknya.

Tidak hanya itu, rumah yang sebetulnya milik mertuanya di Bubutan juga diwakafkan untuk untuk kepentingan NU. Bangunan dua lantai tersebut dibagi, lantai bawah difungsikan sebagai percetakan NU, sedangkan lantai atas digunakan untuk sekretariat dan ruang pertemuan.

Ketika ada seorang anak atau santri yang mau berangkat mondok atau sowan kepada Kiai Ridwan Abdillah, ia selalu memberi nasihat dan wejangan serta uang saku sebagai bekal. Padahal sebetulnya ia sendiri seringkali tidak memiliki banyak uang.

Sejarah Singkat Nahdlatul Ulama (NU)

Organisasi Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 Masehi atau tepat pada 16 Rajab 1344 Hijriah. NU didirikan oleh para ulama pesantren Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang pada saat itu berada di kediaman K. H. Abdul Wahab Chasbullah di Kertopaten, Surabaya.

Sebelum mendirikan Nahdlatul Ulama, K. H. Wahab Chasbullah juga pernah mendirikan sebuah organisasi yang bernama Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada tahun 1916. Selanjutnya pada tahun 1918, beliau lalu mendirikan Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar. Tidak sampai di situ, beliau juga pernah mendirikan kelompok diskusi Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran yang juga disebut sebagai Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran pada 1914..

Ketika hendak mendirikan Nahdlatul Ulama, para kiai melakukan diskusi terkait nama organisasi yang akan dipakai. Hampir sama seperti nama organisasi sebelumnya, tercetuslah nama Nuhudlul Ulama atau kebangkitan ulama. Hanya saja, K. H. Mas Alwi Abdul Aziz pada saat itu mengusulkan sebuah nama yang digunakan sampai saat ini, yaitu Nahdlatul Ulama.

Beliau beralasan bahwa konsekuensi penggunaan kata nahdlatul yakni suatu kebangkitan yang telah terangkai sejak berabad-abad silam. Hal ini tentu saja menjadi pengingat bahwa Nahdlatul Ulama bukan sebuah organisasi yang hasil mendadak, melainkan para ulama Aswaja memiliki sanad keilmuan dan perjuangan sama dengan ulama-ulama sebelumnya.

Alasan tersebutlah yang selanjutnya menjadikan Nahdlatul Ulama sebagai kelanjutan dari komunitas dan berbagai organisasi yang telah berdiri sebelumnya. Nahdlatul Ulama menjadi organisasi yang memiliki cakupan dan segmen yang lebih luas.

Pada momen bersejarah tersebut, ada beberapa tokoh yang terlibat dalam pendirian organisasi Nahdlatul Ulama, di antara yakni:

  1. K. H. Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang, Jawa Timur)
  2. K. H. Abdul Wahab Chasbullah (Tambakberas, Jombang, Jawa Timur)
  3. K. H. Bisri Syansuri (Jombang, Jawa Timur)
  4. K. H. Asnawi (Kudus, Jawa Tengah)
  5. K. H. Nawawi (Pasuruan, Jawa Timur)
  6. K. H. Ridwan (Semarang, Jawa Tengah)
  7. K. H. Maksum (Lasem, Jawa Tengah)
  8. K. H. Nahrawi (Malang, Jawa Tengah)
  9. H. Ndoro Muntaha (Menantu K. H. Cholil, Bangkalan, Madura)
  10. K. H. Abdul Hamid Faqih (Sedayu, Gresik, Jawa Timur)
  11. K. H. Abdul Halim Leuwimunding (Cirebon, Jawa Barat)
  12. K. H. Ridwan Abdullah (Jawa Timur)
  13. K. H. Mas Alwi (Jawa Timur)
  14. K. H. Abdullah Ubaid dari (Surabaya, Jawa Timur)
  15. Syekh Ahmad Ghana’im Al Misri (Mesir)

Dan beberapa ulama lainnya yang juga turut hadir, tetapi tidak tercatat namanya.

Substansi Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU)

Berdasarkan catatan sejarah Nahdlatul Ulama, berdirinya organisasi Nahdlatul Ulama tidak bisa dipisahkan dengan dukungan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma (keputusan ulama terdahulu), dan Qiyas atau contoh kisah Al-Qur’an dan hadits. Menurut K.H. Mustofa Bisri ada tiga substansi di dalam Nahdlatul Ulama, antara lain sebagai berikut:

  1. Dalam bidang Syariat Islam: sesuai dengan salah satu ajaran dari empat Madzhab, yakni Hanafi, Maliki, Hambali, dan Syafi’i.
  2. Perspektif tauhid atau ketuhanan: mengikuti ajaran Imam Abu Hasan Almaty Ali dan Imam Abu Mansur Al Maturidi.
  3. Dasar-dasar Imam Abu Qosim Al Junaidi di bidang tasawuf: Proses pembaruan secara utuh ide-ide Sunni mengalami perkembangan. Cara berpikir Sunni di bidang ketuhanan memiliki sifat yang eklektik atau memilih pendapat yang benar. Hasan al-Bashri merupakan seorang tokoh Sunni terpandang dalam masalah Qodariyah dan Qadariyah mengenai personel, memilih pandangan Qadariyah. Pendapat bahwa pelaku adalah seorang kufur dan hanya keyakinannya yang masih tersisa (fasik). Ide yang dikembangkan oleh Hasan Al Basri belakangan malah direduksi menjadi gagasan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Sementara itu, menurut Muhammad Abu Zahrah, agama islam mempunyai dua bentuk utama, yakni praktis dan teoritis. Perbedaan ini malah tampak pada kelompok-kelompok seperti Ali bin Abi Thalib, Khawarij, dan Muawiyah. Bentuk keberatan kedua dalam Islam memiliki sifat teoritis ilmiah, misalnya saja dalam kasus “Aqidah dan Penuh” (Fiqh).

Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai salah satu aliran batin Islam memiliki nuansa politik yang sangat kental sejak pencetusannya. Hanya saja, perkembangan wacana tersebut juga merambah bidang-bidang seperti aqidah, hukum Islam, tasawuf, dan politik.

Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah lahir atas alasan yang sangat mendasar. Pada saat itu, kekuatan penguasa kolonial Belanda yang telah menghancurkan potensi Islam menimbulkan rasa rasa tanggung jawab bagi kalangan ulama. Para ulama sepakat untuk bertanggung jawab dalam menjaga kemurnian dan keutuhan ajaran Islam.

Selain itu, para ulama juga merasa bertanggung jawab sebagai pemimpin untuk memperjuangkan kemerdekaan dan pembebasan dari belenggu penjajahan sehingga bangsa Indonesia bisa hidup dengan damai.

Tujuan Berdirinya NU

Setelah berdiri pada tahun 1926, Nahdlatul Ulama menjadi salah satu organisasi yang sangat besar bagi kalangan kiai maupun ulama di Jawa bagian timur hingga tengah. Selain itu, pengaruh Nahdlatul Ulama juga sangat kuat untuk masyarakat umum.

Sesuai statuta Nahdlatul Ulama yang dirumuskan pada tahun 1927, Nahdlatul Ulama merupakan sebuah organisasi yang memiliki tujuan untuk memperkuat kesetiaan Islam kepada salah satu dari empat Madzhab. Tidak hanya itu, Nahdlatul Ulama juga bertujuan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi para anggotanya sesuai syariat Islam.

Beberapa kegiatan utama Nahdlatul Ulama, di antaranya sebagai berikut:

  1. Memperkuat persatuan antar ulama yang masih setia pada ajaran mazhab
  2. Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis buku yang bisa disampaikan oleh lembaga pendidikan Islam
  3. Menyebarluaskan ajaran Islam atas permintaan empat Madzhab
  4. Meningkatkan jumlah madrasah dan organisasi
  5. Mendukung pembangunan masjid, langgar (mushola), dan pesantren
  6. Membantu anak yatim dan fakir miskin.

Sementara itu, berdasarkan AD/ART Nahdlatul Ulama berbunyi bahwa tujuan Nahdlatul Ulama adalah untuk menjaga berlakunya ajaran islam Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja). Nahdlatul Ulama juga bertujuan untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat agar tercipta rahmat bagi semesta alam.

Nahdlatul Ulama Saat Ini

Nahdlatul Ulama sebetulnya merupakan salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia dari sekian komunitas Islam yang berdiri sejak kelahirannya. Nahdlatul Ulama  juga selalu mengutamakan pentingnya untuk menjaga dan menghormati kekayaan budaya nusantara. Hal ini tentu saja terinspirasi dari metode dakwah Wali Songo yang berhasil “menghubungkan” bidang agama (Islam) dengan wilayah budaya. Dalam praktiknya, Nahdlatul Ulama juga memiliki wajah yang familiar atau muda seperti yang diakui oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Sampai hari ulang tahun ke 96 ini, Nahdlatul Ulama mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dikarenakan Nahdlatul Ulama memiliki jejaring anggota dan pengurus yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Pada periode 2022 hingga 2027 mendatang, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama diketuai oleh K. H. Yahya Cholil Staquf dari Lasem, Rembang, Jawa Tengah.

Demikian pembahasan terkait arti dari logo NU atau Nahdlatul Ulama yang diciptakan oleh K. H. Ridwan Abdillah beserta sejarah berdirinya. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang perjalanan organisasi Nahdlatul Ulama atau organisasi islam Indonesia lainnya dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Umam

Sumber: 

  • https://www.nu.or.id/post/read/102079/makna-lambang-nu
  • https://nasional.tempo.co/read/1536999/lambang-nu-buatan-kh-ridwan-abdullah-makna-9-bintang-dan-tali-tambang
  • https://istnuba.ac.id/arti-logo/#:~:text=%2D%20Bintang%20sembilan%20menggambarkan%20Ahlissunnah%20Wal,melambangkan%20kesuburan%2C%20kemakmuran%20dan%20kedamaian
  • https://www.abusyuja.com/2019/10/arti-lambang-nu-dan-tujuannya.html
  • https://www.atmago.com/berita-warga/logo-arti-dan-makna-lambang-nu_c4c336de-1c9d-4528-a76f-ea0dafd20a37

 

About the author

Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya