Biografi

Pendiri Kerajaan Kutai: Sejarah, Masa Kejayaan & Peninggalan

Pendiri Kerajaan Kutai
Written by Fandy A

Pendiri Kerajaan Kutai – Hai, Grameds, kali ini kita akan membahas sejarah tentang Kerajaan Kutai. Wah, pastinya sudah tidak asing lagi ya, Grameds. Apalagi mengingat waktu kita SMP maupun SMA dibahas materi tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Nah, sekarang kita akan mengenal lebih jauh lagi tentang salah satu kerajaan di Indonesia, yaitu Kutai. Kerajaan Kutai merupakan suatu kerajaan hindu tertua yang terletak Kalimantan Timur dekat dengan Sungai Mahakam.

Kerajaan ini diperkirakan berdiri sekitar abad 4 M atau 400 M. Selain itu, kerajaan ini memiliki hubungan perdagangan dengan India sangat baik, sehingga penyebaran agama hindu pun terjadi melalui jalur perdagangan yang terjadi. Yuks, Grameds kita simak lebih lanjut pembahasannya di bawah ini!

Pendiri Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai yang terkenal sebagai kerajaan hindu tertua di Indonesia merupakan kerajaan yang memiliki sejarah panjang sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan-kerajaan lainnya di Indonesia. Nama Kutai sendiri diketahui oleh para ahli mitologi saat setelah ditemukannya sebuah prasasti, yaitu Yupa. Prasasti Yupa diidentifikasi sebagai peninggalan asli dari pengaruh agama hindu dan budha yang menggunakan bahasa sansekerta dengan huruf pallawa.

Dari prasasti inilah kemudian ditemukan nama Raja Kudungga sebagai pendiri Kerajaan Kutai. Nama Maharaja Kudungga ini ditafsirkan oleh para ahli sejarah sebagai nama asli Indonesia yang belum terpengaruh dengan bahasa India. Sedangkan keturunannya seperti Raja Mulawarman dan Aswawarman diduga memiliki pengaruh besar budaya hindu dari India.

Hal tersebut dikarenakan kata “Warman” pada setiap akhiran namanya berasal dari bahasa sansekerta yang biasa digunakan oleh masyarakat India bagian selatan. Inilah yang mengakibatkan banyak orang menyebut bahwa Kerajaan Kutai merupakan kerajaan yang bercorak hindu dengan pengaruh budaya India begitu kental. Tak heran jika pola kehidupan pada masa itu juga menyerupai kehidupan kerajaan-kerajaan hindu di India.

Selanjutnya dari Prasasti Yupa diketahui juga nama-nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai setelah wafatnya pendiri tersebut, yaitu sebanyak 20 generasi sebagai berikut:

  1. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)
  2. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
  3. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  10. Maharaja Indra Warman Dewa
  11. Maharaja Sangga Warman Dewa
  12. Maharaja Candrawarman
  13. Maharaja Sri Langka Dewa
  14. Maharaja Guna Parana Dewa
  15. Maharaja Wijaya Warman
  16. Maharaja Sri Aji Dewa
  17. Maharaja Mulia Putera
  18. Maharaja Nala Pandita
  19. Maharaja Indra Paruta Dewa
  20. Maharaja Dharma Setia

Dari 20 generasi tersebut, raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman. Namun, setelah peninggalan Raja Kudungga, Kutai dipimpin oleh Aswawarman. Pemerintahan Aswawarman tidak berlangsung lama yang kemudian digantikan oleh anaknya, Mulawarman.

Pendiri Kerajaan Kutai

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Kejayaan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman ditulis dalam Prasasti Yupa. Dalam prasasti tersebut dikatakan bahwa Mulawarman telah melakukan upacara pengorbanan emas yang jumlahnya sangat banyak. Emas tersebut dibagikan kepada para rakyatnya, selain itu juga dijadikan sebagai persembahan kepada para dewa.

Selanjutnya masa kejayaan pemerintahan Mulawarman bukan hanya ditandai dari bukti tertulis dalam Prasasti Yupa saja. Banyak aspek yang mendorong kerajaan tersebut mencapai masa keemasaanya. Adapun jika dilihat dari beberapa aspek lainnya adalah sebagai berikut:

1. Aspek Sosial

Kehidupan sosial pada kerajaan ini ditandai dengan adanya golongan terdidik yang banyak. Golongan terdidik ini menguasai bahasa sansekerta serta huruf pallawa. Adapun golongan tersebut adalah golongan brahmana dan ksatria. Golongan ksatria terdiri dari kerabat Raja Mulawarman pada masa itu.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya upacara pemberkatan seseorang yang memeluk agama hindu. Dimana para brahmana memakai bahasa sansekerta yang sering digunakan pada prosesi adat tertentu, namun sulit untuk dipelajari. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa pada masa itu, para brahmana memilik intelektual yang tinggi.

2. Aspek Politik

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman, stabilitas politik begitu terjaga. Sistem politik menjadi kekuatan yang besar pengaruhnya dalam memimpin suatu kerajaan. Hal tersebut juga disebutkan di Prasasti Yupa bahwa Raja Mulawarman dikatakan menjadi raja yang berkuasa, kuat serta bijaksana.

Secara jelas isi Prasasti Yupa tersebut adalah “Sang Maharaja Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang manshur, bernama Sang Aswawarman, ia seperti Sang Ansuman (Dewa Matahari) dengan menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman memiliki putra tiga, seperti api yang suci berjumlah tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja yang baik, kuat, dan bijaksana. Sang Mulawarman telah melakukan kenduri dengan emas yang amat banyak. Karena kenduri itulah tugu batu ini didirikan oleh para Brahmana.” Dari sinilah kita dapat mengetahui kekuatan politik dari Raja Mulawarman. Begitu kuatnya, hingga rakyat dan para golongan brahmana pun mendirikan tugu sebagai bukti bahwa dirinya sangat berkuasa pada masa itu.

3. Aspek Ekonomi

Letak kerajaan yang berada dekat dengan Sungai Mahakam, membuat rakyatnya begitu mudah untuk bercocok tanam. Hal tersebut menjadi mata pencaharian utama, sedangkan lainnya lebih banyak beternak sapi dan berdagang. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan tertulis yang mengatakan bahwa Raja Mulawarman pernah memberikan 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.

Selain itu, Kerajaan Kutai juga menerapkan sistem penarikan hadiah yang harus diberikan kepada raja bagi pedagang luar yang ingin berdagang di daerah Kutai. Pemberian hadiah biasanya berupa barang yang mahal atau upeti yang dianggap sebagai pajak. Oleh sebab itu, Kutai mendapatkan banyak pemasukan dari berbagai sumber.

4. Aspek Agama

Kehidupan masyarakat Kutai begitu kental dengan dengan keyakinannya pada leluhur. Terbukti dengan adanya Prasasti Yupa yang berbentuk seperti tugu batu. Jika dilihat asal usulnya, tugu batu sendiri merupakan peninggalan nenek moyang pada Zaman Megalitikum.

Kemudian terdapat menhir dan batu berundak, selain itu dalam prasati yupa menyebutkan tempat pemujaan yang suci bernama Waprakeswara (tempat pemujaan dewa siwa). Oleh sebab itu, diyakini bahwa bahwa Raja sebagai penganut agama hindu siwa bercampur dengan golongan brahmana. Sedangkan rakyatnya dibebaskan untuk menganut agama hindu dalam aliran lainnya.

Masa kejayaan tersebut tak berlangsung lama, setelah Raja Mulawarman wafat, Kutai banyak mengalami pergantian pemimpin. Hingga akhirnya kerajaan ini runtuh, pada masa kepemimpinan Raja Dharma Setia. Telah dikabarkan bahwa Raja Dharma Setia tewas dibunuh oleh penguasa Kerajaan Kutai Kartanegara, yaitu Pangeran Anum Panji Mandapa pada abad ke-13 M.

Perlu diketahui bahwa kerajaan Kutai Kartanegara berbeda dengan Kerajaan Kutai yang dipimpin oleh Mulawarman. Kerajaan Kutai Kartanegara terletak di Tanjung Kute. Kemudian kerajaan inilah yang disebut dalam Kitab Negarakertagama pada tahun 1365.

Selanjutnya dalam perkembangannya Kerajaan Kutai Kartanegara menjadi kerajaan islam yang disebut dengan Kesultanan Kutai Kartanegara. Inilah awal mula keruntuhan Kutai Mulawarman yang disebut juga dengan Kutai Martadipura. Selanjutnya kekuasaan diambil alih oleh Kesultanan Kutai Kertanegara.

Pendiri Kerajaan Kutai

Peninggalan Kerajaan Kutai

Peninggalan Kerajaan Kutai yang penting dan tersohor adalah tujuh buah Prasasti Yupa yang bertuliskan dengan huruf pallawa dalam bahasa sansekerta. Prasasti ini banyak memberikan cerita tentang sejarah dari keluarga Kerajaan Kutai. Yupa sendiri merupakan tugu bantu dengan tinggi sekitar 1 meter yang tertanam di atas tanah, mirip seperti tiang yang berukuran besar.

Pada bagian bawah permukaan, terukir tulisan Prasasti Kutai sebagai kerajaan tertua di Indonesia. Hal ini dipercaya bahwa maksud orang terdahulu menulis kalimat tersebut adalah untuk memperkenalkan kerajaannya. Selain itu, Yupa sendiri memiliki fungsi sebagai prasasti, tiang pengikat hewan, serta lambang kebesaran raja.

Adapun isi dari tujuh Yupa yang telah diterjemahkan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

  1. Berisi tentang silsilah raja yang pernah memerintah dan memiliki kekuasaan di Kutai.
  2. Letak strategis Kerajaan Kutai yang berada pada hilir Sungai Mahakam, yaitu Muara Kaman.
  3. Tersebarnya agama hindu pada pemerintahan Raja Aswawarman.
  4. Aswawarman dikatakan sebagai pendiri kerajaan dengan gelarnya “Wangsekerta”.
  5. Wilayah kerajaan tertulis meliputi keseluruhan wilayah Kalimantan Timur.
  6. Menceritakan kondisi kehidupan di Kutai yang aman dan sejahtera.
  7. Menceritakan kebaikan serta kekuasaan Raja Mulawarman yang telah memberikan sumbangan berupa 20.000 ekor sapi kepada para brahmana.

Berdirinya Kerajaan Kutai Kartanegara

Setelah berakhirnya masa pemerintahan Kerajaan Kutai Martadipura (Mulawarman), berdirilah Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan ini berdiri Tanjung Kue, Kalimantan Timur. Namun, saat ini letak kerajaan tersebut diketahui hanya tersisa semak belukar dan makam kuno yang dipercaya sebagai makam keramat.

Kerajaan Kutai Kartanegara disebut juga dalam hikayat raja-raja pasir dan kitab pararaton. Selain itu, cerita masyarakat tentang kerajaan ini dituangkan dalam buku Salasilah Kutai. Yaitu sebuah buku atau kitab dengan bahasa arab melayu untuk mengisahkan kehidupan raja-raja pada masa itu.

Kisah Kerajaan Kutai dimulai dari seorang kepala suku jahitan layar yang memiliki masalah karena belum dikaruniai keturunan setelah lama berumah tangga. Kemudian ia mendapat bola emas secara ajaib yang didalamnya terdapat anak laki-laki. Lantas anak itu diberi nama Aji Batara Agung Dewa Sakti.

Pada waktu yang bersamaan, kepala suku hulu dusun juga menemukan seorang anak perempuan yang berada di atas buih Sungai Mahakam. Anak perempuan ini kemudian diberi nama Putri Karang Melenu atau Putri Junjung Buih. Kedua anak tersebut, yaitu Aji Batara dan Putri Melenu setelah dewasa menikah dan melahirkan seorang keturunan.

Keturunannya ini adalah seorang anak laki-laki yang dikenal dengan nama Aji Paduka Nira. Setelah anaknya lahir, Aji Batara akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh ke tanah jawa, yaitu Kerajaan Majapahit. Sayangnya, karena ditinggal terlalu lama, Putri Melenu tak tahan hidup sendiri, sehingga menyeburkan dirinya ke Sungai Mahakam.

Setelah kepulangannya, Aji Batara bersedih hati mengetahui istrinya telah tiada. Akhirnya ia melakukan hal sama dengan menceburkan dirinya ke Sungai Mahakam seperti istrinya. Setelah kedua orang tuanya tiada, Aji Paduka Nira menjadi raja yang sah kedua untuk memimpin Kerajaan Kutai Kartanegara.

Aji Paduka Nira pun akhirnya menikahi seorang Putri yang bernama Putri Paduka Suri. Dari perkawinannya ini lahirlah keturunan yang berjumlah 7 orang anak. Yaitu diantaranya 5 orang anak laki-laki dan 2 orang anak perempuan.

Diketahui bahwa istrinya tersebut merupakan keturunan Kerajaan Kutai Martadipura (Mulawarman). Ia merupakan anak dari Raja Guna Perana Tungga, keturunan dari generasi ke- 20. Setelah menikah, namanya dikenal dengan Putri Paduka Suri, sedangkan nama aslinya adalah Indra Perwati Dewi.

Salah satu tujuan dari pernikahan ini adalah untuk memperkuat kekuataan politik kerajaan. Namun, banyak yang menyimpulkan bahwa pernikahan ini hanya untuk menghindarkan perselisihan antara kedua kerajaan. Setelah masa kepemimpinannya selesai, Kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Maharaja Sultan.

Untuk memperluas ilmu serta kekuasaannya, Maharaja Sultan pergi ke Majapahit untuk menimba pengetahuan. Setelah kepulangannya dari Majapahit, Maharja Sultan menikah dengan Aji Paduka Sari dan dikaruniai anak yang bernama Mandarsyah. Tak berlangsung lama, akhirnya kepemimpinan ayahnya ini diserahkan kepada anak tersebut, yaitu Raja Mandarsyah.

Pada usia 4 tahun, ayahnya tersebut meninggal dunia. Oleh karena itu, ia dinobatkan sebagai raja setelah beranjak dewasa sebagai pewaris tunggal yang sah. Namun, Raja Mandrasyah tidak dikaruniai keturunan selama masa kepemimpinannya. Sehingga ia harus menyerahkan kepemimpinannya kepada Tumenggung Baya-Baya, hingga akhir kepemimpinan yang terus berganti dengan penerus-penerus baru.

Pendiri Kerajaan Kutai

Silsilah Kerajaan Kutai Kartanegara

Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan kerajaan yang memiliki silsilah panjang. Hal ini juga dikarenakan perembangan dan transisi masa perubahan keyakinan, yaitu hindu ke islam. Oleh sebab itu, kerajaan ini juga dikenal dengan kesultanan. Berikut adalah silsilah kepemimpinan Kerajaan Kutai Kartanegara:

  1. Aji Batara Agung Dewa Sakti 1300-1325 M
  2. Aji Batara Agung Paduka Nira 1325-1360 M
  3. Maharaja Sultan 1360-1420 M
  4. Raja Mandarsyah 1420-1475 M
  5. Pangerang Tumenggung Bayabaya 1475-1545 M
  6. Raja Makota 1454-1610 M
  7. Aji Dilanggar 1610-1635 M
  8. Pangeran Sinum Panji Mendapa Ing Martadipura 1635-1650 M
  9. Pangeran Dipati Agung Ing Martadipura 1650-1665 M
  10. Pangeran Dipati Maja Kusuma Ing Martadipura 1665-1686 M
  11. Aji Ragi Gelar Ratu Agung 1686-1700 M
  12. Pangeran Dipati Tua Ing Martadipura 1700-1710 M
  13. Pangeran Anum Panji Mendapa Ing Martadipura 1710-1735 M
  14. Sultan Aji Muhammad Idris 1735-1778 M
  15. Sultan Aji Muhammad Aliyeddin 1778-1780 M
  16. Sultan Aji Muhammad Muslihuddin 1780-1816 M
  17. Sultan Aji Muhammad Salehuddin 1816-1845 M
  18. Dewan Perwalian 1845-1850 M
  19. Sultan Aji Muhammad Sulaiman 1850-1899 M
  20. Sultan Aji Muhammad Alimuddin 1899-1910 M
  21. Pangeran Mangkunegoro 1910-1920 M
  22. Sultan Aji Muhammad Parikesit 1920-1960 M

Kesimpulan

Grameds, setelah membaca pembahasan di atas, tentunya kita semakin tahu ya sejarah panjang dari Kerajaan Kutai. Seperti yang telah kita baca sebelumnya, Kutai merupakan kerajaan hindu tertua di Indonesia. Letaknya di Kalimantan Timur, dekat dengan Sungai Mahakam.

Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga, seorang yang pada awalnya dianggap sebagai kepala suku. Seiring berjalannya waktu, penerus Kerajaan Kutai,yaitu anak Kudungga yang bernama Aswawarman membentuk sistem kekerajaan di Kutai. Hingga masa kejayaan Kutai yang dipimpin oleh Raja Mulawarman, salah satu anak dari Aswawarman.

Semua kisah serta peninggalan Kutai diceritakan dalam tugu batu yang disebut Prasasti Yupa. Akhirnya Kutai Mulawarman runtuh di tangan Kutai Kartanegara. Nah, Grameds, tuntas sudah pembahasan kita mengenai Kerajaan Kutai. Gramedia akan terus menjaga semangat untuk menjadi #SahabatTanpaBatas dengan menyajikan buku-buku terbaik untuk kalian semua.

Penulis: Mutiani Eka Astutik

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Pendiri Kerajaan Kutai

About the author

Fandy A

Mengetahui hal-hal terbaru sangatlah menarik dan juga tidak ketinggalan dengan informasi terbaru. Ada banyak informasi terbaru yang selalu menarik untuk ditulis, salah satunya adalah biografi.