Tokoh

Pendiri Gramedia dan Sejarah Kesuksesannya

pendiri Gramedia
Written by Nandy

Pendiri Gramedia – Siapa sih yang tidak tahu tentang salah satu toko buku terbesar dan terlengkap di Indonesia yang kita kenal dengan nama Gramedia. Pastinya, hampir semua orang khususnya pelajar dan mahasiswa pernah berkunjung ke toko buku yang satu ini. Tapi apakah pernah terbesit di benak kamu, kira-kira siapa ya pendiri Gramedia. Nah, apabila kamu penasaran dengan hal tersebut, di dalam artikel ini kita akan membahas mengenai sejarah gramedia, siapa pendirinya, dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan perkembangan perusahaan tersebut hingga sekarang.

Jadi Gramedia Asri Media merupakan salah satu anak perusahaan dari Kompas Gramedia yang menyediakan berbagai macam jaringan toko buku dengan nama Toko Buku Gramedia di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Perusahaan ini berdiri sejak tanggal 2 Februari 1970. Dulu, Gramedia di awali dengan satu toko buku kecil yang berlokasi di daerah Jakarta Barat. Hingga tahun 2022 ini, sudah ada lebih dari 50 toko yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Toko Buku Gramedia sendiri tidak hanya menyediakan berbagai macam buku saja, tapi juga perlengkapan sekolah, alat tulis, alat olahraga, alat musik, dan lain sebagainya.

Perusahaan Gramedia telah sukses bekerja sama dengan berbagai macam penerbit buku, baik di dalam negeri maupun dari luar negeri. Sementara jika dilihat dari kelompok usahanya, pemasok buku yang biasanya menyerahkan berbagai jenis buku ke toko Gramedia antara lain Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Majalah, Elex Media Komputindo, Bhuana Ilmu Populer, Addison Wesley, McGraw, dan lain sebagainya.

Pada tanggal 9 Mei 2015, Gramedia telah meluncurkan konsep serta logo baru. Dimana konsep baru ini mengusung tema New Experience, yang artinya konsep toko buku Gramedia yang terbagi ke dalam ruang atau chamber berdasarkan tema yang beragam. Konsep tersebut diterapkan untuk pertama kalinya di Toko Buku Gramedia yang ada di Central Park. Sementara untuk logo barunya sendiri adalah logotype dengan huruf “G” dan sebuah tulisan Gramedia yang mempunyai makna kreativitas, fleksibilitas, perubahan, kemajuan, dan juga kekuatan memberikan berbagai macam ide serta inspirasi dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat Indonesia.

Mengenal Pendiri Gramedia: Jakob Oetama

Jakob Oetama adalah pendiri Gramedia yang dulunya berawal dari perusahaan Harian Kompas. Dimana perusahaan tersebut telah sukses membawa Group Kompas menjadi salah satu media terbesar nomor 1 di Indonesia. Pada tahun 2019, Koran Harian Kompas berhasil menduduki peringkat kelima di Top 200 Newspaper In The World versi 4imn.com. Jika melihat kesuksesan dari Kompas Gramedia sekarang ini, tentu tidak lepas dari perjuangan dan usaha dari pendirinya. Untuk itu, mari kita menilik lagi perjalan hidup pendiri Gramedia Jakob Oetama.

Beli Buku di Gramedia

Berasal Dari Keluarga yang Sederhana

Jakob Oetama lahir pada tanggal 27 September 1931 di Desa Jowahan, Kawasan Candi Borobudur, Magelang. Jakob sendiri lahir dari keluarga yang cukup sederhana. Ia merupakan anak pertama dari 13 bersaudara. Bapaknya bernama Raymundus Josef Sandiyo Brotosusiswa yaitu seorang guru pensiunan Sekolah Rakyat di Sleman. Sementara sang ibu bernama Margaretha Kartonah.

Jakob Oetama berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya dan pendidikan sekolah menengah atas di daerah Yogyakarta pada tahun 1951.

Mengikuti Jejak Sang Ayah Menjadi Guru

Di awal karirnya, Jakob Oetama memutuskan untuk menekuni karir yang serupa dengan profesi sang ayah. Dimana Jakob bekerja sebagai guru di Sekolah Menengah Pertama Mardi Yuana di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Kemudian setelah itu, Jakob beralih ke SMP Van Lith di Jakarta.

Di dalam perjalanan hidupnya, Jakob juga pernah bekerja sebagai seorang editor di mingguan Penabur di Jakarta. Sebelum pada akhirnya Ia melanjutkan pendidikan mengajar Jurusan Pendidikan Sejarah dan berhasil lulus pada tahun 1956. Setelah menyandang lulusan pendidikan, Jakob yang berasal dari keluarga Jawa dan mempunyai latar belakang Katolik akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Jakarta dengan mengambil jurusan pendidikan tinggi jurnalisme dan lulus pada tahun 1959. Kemudian setelah itu Jakob melanjutkan pendidikannya di Universitas Gadjah Mada dengan mengambil jurusan jurnalisme.

Meniti Karir Sebagai Jurnalis

Jakob Oetomo memulai karir jurnalistiknya pada tahun 1956. Dimana pada saat itu Jakob bekerja sebagai editor di mingguan Penabur. Hingga pada tahun 1963, Jakob berhasil mendirikan majalah Intisari dengan rekan bisnisnya yang juga sesama jurnalis, bernama P.K Ojong. Mereka awalnya terinspirasi dari majalah Reader’s Digest AS.

Jakob Oetomo yang biasanya dipanggil JO, berhasil mendirikan Harian Kompas pada tanggal 28 Juni 1965 bersama dengan rekannya tadi yang bernama Ojong atau Petrus Kanisius (PK). Namun, Jakob disebut tidak pernah melepaskan identitas dirinya sebagai wartawan atau jurnalis.

Di mata para karyawan, Jakob dipandang sebagai seorang pimpinan yang “nguwongke” atau memanusiakan dan tidak pernah membanggakan kedudukan serta statusnya. Jakob Oetomo selalu berpegang teguh pada nilai humanisme transendental yang ditanamkan di dalam dirinya sebagai pondasi Kompas Gramedia. Idealisme ataupun falsafah hidup sudah diterapkan di dalam setiap bagian dari bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.

Berbagai Pencapaian Jakob Oetomo

Di dalam perjalanannya, Harian Kompas telah tumbuh dari sirkulasi awal yaitu 4.800 eksemplar di tahun 1965 menjadi sekitar 500 ribu eksemplar di tahun 2014. Bahkan pada saat zaman rezim otoriter Soeharto yang berlangsung dari tahun 1965 sampai 1998, dimana pada saat itu cukup menindas kebebasan pers dan juga media, kepribadiannya yang cukup tenang, sopan, sederhana, dan lembut, membuat Jakob akhirnya berhasil mengelola surat kabar yang bersirkulasi nasional di tengah-tengah kondisi represif.

Kemudian setelah melewati perjalanan panjangnya, Kompas berhasil mencapai puncak sirkulasinya pada tahun 2004, saat sirkulasi harian mencapai sekitar 530 ribu eksemplar dan untuk edisi Minggu yaitu 610 ribu eksemplar. Selain itu, Harian Kompas juga berhasil mendapatkan kurang lebih 2,25 juta pembaca. Sampai 2014, peredaran Harian Kompas mencapai 507 ribu dengan 66 persen beredar di wilayah Jabodetabek.

Beli Buku di Gramedia

Sejarah Gramedia

Kompas Gramedia merupakan salah satu perusahaan yang cukup terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini mempunyai berbagai macam peristiwa penting yang menjadi ujung tonggak dari perjalanan menuju kesuksesan, dari sejak berdirinya hingga perkembangannya sekarang ini:

Tahun 1974

Di tahun ini, unit bisnis PT Gramedia Pustaka Utama atau GPU mulai didirikan sebagai salah satu penerbit buku umum. Dimana buku pertama yang diterbitkan pada saat itu adalah novel Karmila karya Marga T, yang sebelumnya adalah cerita bersambung yang ditulis di Harian Kompas. Produk yang diterbitkan oleh GPU kemudian memperoleh respon yang cukup positif dari masyarakat secara umum. Dengan begitu, usaha penerbitan buku mulai merambah ke berbagai segmen, seperti halnya buku resep, buku anak-anak, buku non fiksi, buku filsafat, novel, buku perguruan tinggi, buku budaya, buku sains, dan masih banyak lagi.

Tahun 1985

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang terkait dengan keragaman jenis buku. Pada tanggal 15 Januari 1985, Gramedia mendirikan unit usaha khusus yang digunakan untuk menerbitkan buku-buku elektronik dan juga buku komputer. Hingga kemudian penerbitan tersebut merambah ke buku-buku komik. Unit usaha tersebut diberi nama PT Elex Media Komputindo. Lalu pada tanggal 20 September 1990, Gramedia mendirikan unit usaha yang bernama PT Gramedia Widiasarana Indonesia atau Grasindo. Dimana unit usaha tersebut digunakan khusus untuk menerbitkan buku-buku ajar, seperti buku-buku ajar untuk pendidikan menengah dasar hingga menengah. Kemudian pada tanggal 1 Juni 1996, Gramedia juga mendirikan Kepustakaan Populer Gramedia atau KPG dan juga Penerbit Buku Kompas, yang berperan untuk mendaur ulang tulisan-tulisan yang sudah pernah dimuat di Harian Kompas.

Tahun 1976

Di tahun 1976, Kompas Gramedia mendirikan unit bisnis lagi yang diberi nama PT Gramedia Film. Saat itu, unit bisnis tersebut berfungsi untuk menggarap film-film dokumenter dan juga membuat film-film cerita. Adapun salah satu film cerita yang mendapatkan prestasi adalah Suci Sang Primadona. Dimana film tersebut mendapatkan Piala Citra, sebuah penghargaan tertinggi perfilman Indonesia. Namun sayangnya, Gramedia Film tidak berlangsung lama. Sebab, Gramedia kalah saing dengan produksi film lainnya yang lebih memprioritaskan konten yang bersifat menghibur.

Tahun 1981

Pada tahun 1981, Gramedia juga melakukan diversifikasi usaha yang dilakukan di luar core business dengan membangun sebuah unit usaha perhotelan. Hal tersebut dimulai dengan didirikannya PT Grahawita Santika atau PT GWS pada tanggal 22 Agustus 1981. Hotel tersebut didirikan di wilayah Bandung, tepatnya di Jl. Sumatera, dimana hotel pertama yang didirikan adalah hasil dari membeli Hotel Soeti. Kemudian hotel tersebut direnovasi dan diganti dengan nama Hotel Santika Bandung sampai sekarang. Unit usaha di bidang perhotelan ini berkembang cukup pesat dan Hotel Santika sudah hadir di berbagai kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Beli Buku di Gramedia

Tahun 1984

Kompas Gramedia terus melakukan pengembangan produk yang mereka miliki dengan cara menerbitkan rubik BOLA di tanggal 3 Maret 1984 sebagai salah satu sisipan yang ada di Harian Kompas setiap Hari Jumat. Untuk pertama kalinya, Rubik BOLA dicetak sejumlah 412 ribu eksemplar. Dimana jumlah tersebut sudah disesuaikan dengan oplah Kompas pada saat itu. Beruntungnya, rubik BOLA memperoleh respon yang baik dari pembaca setianya dan pemasang iklan. Atas gagasan dari Jakob Oetomo yang pada saat itu menjadi Pemimpin Redaksi Kompas, dimana setiap rubik di Kompas yang disukai oleh pembaca bisa dikembangkan menjadi terbitan sendiri.

Kemudian 4 tahun setelahnya, tepatnya di bulan April 1988, Rubik BOLA dilepas dari Kompas dan berdiri sendiri menjadi Tabloid BOLA. Keputusan tersebut diambil dengan mempertimbangkan juga kemampuan desk olahraga yang ada di Kompas yang dianggap sebagai salah satu desk yang cukup kuat karena adanya dukungan para wartawannya. Sehingga rubik olahraga ini menjadi salah satu rubik yang sangat disukai oleh para pembacanya. Dalam perkembangannya, rubik BOLA kemudian merambah ke dalam bentuk buku dan juga majalah. Tak hanya terpaku pada dunia olahraga bola saja, tapi juga merambah ke bidang kesehatan dengan terbitannya yang bertema Tabloid Senior. Kemudian tabloid tersebut juga sempat berubah menjadi Tabloid Gaya Hidup Sehat.

Tahun 1987

Di tahun 1987, Kompas Gramedia mengambil alih perusahan penerbitan Harian Sriwijaya Post yang ada di Palembang. Pada saat itu, ada himbauan dari Menteri Penerangan RI supaya koran-koran besar dapat membantu koran daerah yang terhambat karena permasalahan SIUPP atau Surat Izin Usaha Penerbitan Pers. Oleh karena itu, pada tahun 1987 Kompas Gramedia mendirikan unit usaha Kelompok Pers Daerah atau Persda yang bertugas membantu koran daerah yang memerlukan bantuan. Kemudian pada tahun 1988, Kompas Gramedia mengambil alih perusahaan penerbitan koran Swadesi yang namanya diganti dengan Serambi Indonesia yang ada di Banda Aceh. Tahun 1992, Kompas Gramedia mengambil alih lagi perusahaan penerbitan koran Pos Kupang dan pada tahun 1994 Gramedia kembali mengambil alih perusahaan penerbitan koran Banjarmasin Post. Lalu pada perkembangan selanjutnya, Persda mulai memperkuat unit bisnisnya dengan mendirikan koran daerah yang sekarang sudah ada di hampir semua provinsi di Indonesia, koran tersebut diberi nama brand Tribun.

Tahun 1988

Diversifikasi usaha dilakukan kembali oleh Kompas Gramedia dengan cara mendirikan PT Graha Kerindo Utama atau GKU di tahun 1988, sebagai salah satu perusahaan converting tissue berkualitas dengan brand Multi dan juga Tessa.Seiring dengan persaingan yang semakin ketat, GKU menginginkan sebuah jaminan ketersediaan pasokan bahan baku kertas supaya produksi tisu tetap stabil. Maka dari itu, didirikan pabrik pembuatan kertas tisu atau paper mill. Hingga pada tahun yang bersamaan dengan berdirinya GKU, Kompas Gramedia mengambil alih surat kabar mingguan Surya. Dimana surat kabar tersebut didirikan oleh perusahaan penerbitan koran Pos Kota di tahun 1986 dan kemudian diubah menjadi Harian Pagi Surya.

Tahun 1996

Seiring berkembangnya perekonomian dan dunia bisnis yang ada di Indonesia, di tahun 1996 Kompas Gramedia memutuskan untuk mendirikan PT Grahanusa Mediatama yang bertugas untuk menerbitkan Tabloid KONTAN. Dimana tabloid tersebut terbit pada tanggal 27 September 1996. Untuk menjawab semua kebutuhan para pembaca, pada bulan Januari 2006, perusahaan tersebut menerbitkan edisi khusus bulanan KONTAN dan kemudian pada tanggal 27 September 2007, diterbitkan lagi harian bisnis dan juga investasi KONTAN.

Tahun 1998

Perjalanan bisnis Gramedia tiba saat adanya perkembangan tren di masyarakat yang menunjukkan sebuah fenomena meningkatnya penggunaan jaringan internet untuk memperoleh informasi. Maka dari itu, Harian Kompas mulai membuat versi online dari Harian Kompas. Dimana pada saat itu situs yang memuat Harian Kompas versi online beralamat http://www.kompas.com. Kemudian di tahun 1998, Kompas Online mulai berkembang menjadi unit usaha sendiri dan berada di bawah naungan PT Kompas Cyber Media atau KCM. Untuk sekarang, Kompas Online telah berubah menjadi Kompas.com.

Beli Buku di Gramedia

 

Tahun 1999

Di tahun 1999, Kompas Gramedia menerbitkan Harian Warta Kota yang bertujuan untuk memberikan informas yang lebih khas untuk masyarakat Jakarta dan sekitarnya seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pada saat itu, Harian Warta Kota mengawali penerbitannya dengan koran 12 halaman yang diterbitkan setiap Hari Senin sampai Sabtu. Karena respon dari pembaca cukup bagus, pada tahun 2001 mereka menerbitkan lagi Warta Kota edisi Hari Minggu.

Tahun 2009

Seiring berkembangnya teknologi dan juga kondisi lingkungan bisnis di media. Bisnis media cetak mulai diarahkan untuk bertransformasi menuju ke era digital. Dengan begitu, sosok media berikutnya ditampilkan melalui multi media, multi platform, dan multi channel. Oleh karena itu, pada awal tahun 2009, media televisi mulai dicoba kembali. Dimana Kompas Gramedia Television atau KOMPAS GRAMEDIA TV menjadi salah satu media perusahaan untuk menjalankan kembali bisnis di televisi yang dimulai dengan pembentukan proyek KOMPAS GRAMEDIA TV. Proyek tersebut memulai kegiatannya dengan membentuk sebuah KOMPAS GRAMEDIA Production yang bertugas untuk memproduksi program acara yang bisa memberikan nilai atau value added kepada para pemirsanya. Sehingga program yang akan ditayangkan memiliki nilai kemanusiaan, nilai pendidikan, dan nilai sosial.

Itulah beberapa pembahasan mengenai perjalanan karir pendiri Gramedia dan sejarah dari Kompas Gramedia dari tahun ke tahun.

About the author

Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya