in

Puisi Baru beserta Jenis dan Contohnya

Puisi baru – Membicarakan karya sastra, tak lengkap apabila tidak membahas karya sastra yang singkat namun penuh dengan makna ini, tidak lain adalah puisi. Puisi pada dasarnya adalah salah satu jenis karya sastra yang cukup populer untuk berbalangkan, baik yang sudah lama berkecimpung di dunia sastra maupun bagi mereka yang hendak belajar tentang sastra. Secara umum, puisi dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu puisi baru dan puisi lama.

Pada artikel ini, kita akan fokus membahas tentang seluk beluk dari puisi inkonvensional. Puisi ini sendiri atau yang dapat disebut dengan puisi inkonvensional merupakan puisi yang tidak memiliki ikatan yang cukup kuat dengan aturan, entah itu secara penulisan maupun pembacaan. Oleh karena itu, puisi baru bisa diketahui dari bentuknya yang lebih bebas dibandingkan puisi lama.

Meskipun tidak memiliki sifat yang terikat terhadap aturan, puisi inkonvensional tetap menganut beberapa aturan penting untuk sebuah karya sastra, yaitu ritme, rima, dan tentunya musikalitas. Jadi, puisi baru tidak bisa diciptakan secara asal-asalan. Puisi baru tetap harus sesuai dengan ekspresi seorang penyair sehingga pembaca bisa mendapatkan kesan tentang karya puisi tersebut.

Secara konsep, apa yang dimiliki puisi lama berbeda dengan puisi baru, mulai dari tidak terikat aturan yang baku, sajak yang bebas, hingga mencantumkan nama dari penulis. Hal ini tentu mengingatkan Kita tentang puisi kontemporer. Namun, apa sebenarnya ciri khas dari puisi inkonvensional ini?

Nah, berikut ini akan Kita bahas tentang jenis-jenis puisi inkonvensional beserta contohnya yang penting untuk diketahui. Secara garis besar, puisi baru juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni puisi baru berdasarkan isinya dan puisi baru berdasarkan bentuknya. Yuk, langsung saja kita simak selengkapnya.

A. Puisi Baru Berdasarkan Isinya

1. Balada

balada becak

Jenis puisi baru berdasarkan isinya yang pertama adalah balada. Balada sendiri dapat dipahami sebagai salah satu jenis puisi inkonvensional yang memuat tentang suatu cerita atau kisah tertentu. Bentuk balada biasanya terdiri dari 3 bait, yang mana setiap bait diisi dengan 8 larik. Skema rima pada balada memiliki sajak a-b-a-b-b-c-c-b, kemudian skema itu bisa berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Sementara itu, larik terakhir yang terletak di bait pertama dipakai memiliki peran sebagai refren dalam bait-bait selanjutnya.

Contoh balada:

Balada Orang-orang Tercinta
Karya: W.S. Rendra

Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan

Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain

Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?

Kita meleleh dan tergerus
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan

Mengapa kita saling menyembunyikan
Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu
membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta

2. Elegi

Jenis puisi baru kedua yang perlu Kamu ketahui adalah elegi. Elegi sendiri memiliki definisi sebagai salah satu jenis puisi inkonvensional yang mengandung mengenai kesedihan atau tangisan. Elegi biasanya terdiri dari lagu atau sajak yang digunakan untuk menyampaikan ekspresi duka cita hingga keluh kesah, baik itu rasa rindu maupun rasa sedih. Perasaan yang tepat untuk dibuat menjadi elegi merupakan kesedihan akibat kematian atau kepergian orang yang amat dicintai atau disayangi.

Contoh elegi:

Derai-Derai Cemara
Karya: Chairil Anwar

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan lagi

hidup hanyalah menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

3. Epigram

Jenis puisi baru berikutnya adalah epigram. Epigram adalah salah satu jenis puisi inkonvensional yang memuat tentang berbagai ajaran atau tuntunan terkait hidup. Epigram sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu “epigramma”, yang mana memiliki arti sebagai unsur pengajaran. Secara etimologi, epigram juga dapat diartikan sebagai teladan atau nasihat yang membawa ke arah jalan kebenaran untuk dijadikan pedoman.

Contoh epigram:

Perjalanan Usia
Karya: Candra Malik

Anak-anak tumbuh mendewasa,
akankah aku hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu aku kakek pelupa?

anak-anak tidak selamanya bayi,
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.

Sampai kapan usiaku ditakdirkan,
sampai batas itulah aku dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
sampai batas waktu yang ditentukan.

Tak baik jika mereka di sini saja,
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.

Jika tumbuh dewasa ada ujungnya,
jangan sampai hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.

4. Himne

Kemudian, puisi baru yang perlu diketahui adalah himne. Himne menjadi salah satu jenis puisi inkonvensional yang berisi pujaan atau pujian. Pujaan atau pujian pada himne biasanya berbentuk sebuah lagu yang dilantunkan sebagai rasa hormat kepada Tuhan, seorang dewa, pahlawan, tanah air hingga almamater. ataupun pahlawan.

Berbeda dengan puisi yang lain, hingga sekarang, definisi dari himne menjadi semakin berkembang. Himne bisa diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan untuk kemudian dinyanyikan sebagai bentuk pujian terhadap sesuatu yang dihormati, seperti sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan.

Contoh Himne:

Karena Kasihmu
Karya: Amir Hamzah

Karena kasihmu
Engkau tentukan waktu
Sehari lima kali kita bertemu

Aku anginkan rupamu
Kulebihi sekali
Sebelum cuaca menali sutera

Berulang-ulang kuintai-intai
Terus menerus kurasa-rasakan
Sampai sekarang tiada tercapai
Hasrat sukma idaman badan

Pujiku dikau laguan kawi
Datang turun dari datuku
Diujung lidah engkau letakkan
Piatu teruna di tengah gembala

Sunyi sepi pitunang Poyang
Tadak meretak dendang dambaku
Layang lagu tiada melangsing
Haram gemerencing genta rebana

Hatiku, hatiku
Hatiku sayang tiada bahagia
Hatiku kecil berduka raya
Hilang ia yang dilihatnya

5. Ode

Pembahasan tentang puisi baru berikutnya adalah ode. Ode sendiri merupakan salah satu jenis puisi inkonvensional yang memiliki isi berupa sanjungan kepada orang yang dianggap memiliki jasa besar. Ode biasanya memiliki ciri yakni seperti, memiliki nada anggun, gaya dan nadanya resmi, memiliki makna tentang sesuatu yang mulai, dan mengandung sifat untuk memberikan sanjungan.

Contoh ode:

Ode I
Karya: Toto Sudarto Bahtiar

katanya, kalau sekarang aku harus berangkat
kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat
aku besok bisa mati, kemudian diam-diam
aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam
malam begini beku, dimanakah tempat terindah
buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah
O, tanah
tanahku yang baru terjaga

malam begini sepi dimanakah tempat yang terbaik
buat peluru pistol di balik baju cabik
0, tanah di mana mesra terpendam rindu
kemerdekaan yang mengembara kemana saja

ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya
engkau pada pilar derita, megah napasku di gang tua
menuju kubu musuh di kota sana
aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak

mungkin pacarku kan berpaling
dari wajahku yang terpaku pada dinding
tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga
di tengah malam yang begini beku

teringat betapa pernyataan sangat tebalnya
coretan-coretan merah pada tembok tua
betapa lemahnya jari untuk memetik bedil
membesarkan hatimu yang baru terjaga

Kalau sekarang aku harus pergi, aku hanya tahu
kawan-kawanku akan terus maju
tak berpaling dari kenangan pada dinding
O, tanah dimana tempat yang terbaik buat hati dan hidupku

6. Romansa

Jenis puisi baru selanjutnya yakni romansa. Kata romansa sendiri awalnya merupakan Bahasa Perancis, yaitu “romantique”, yang mana dapat diartikan sebagai perasaan yang indah, memuat tentang kasih sayang, dan kasih yang mesra. Jadi, romansa dapat diartikan sebagai salah satu jenis puisi inkonvensional yang berisi ekspresi seseorang tentang cinta dan kasih sayang.

Contoh romansa:

Pandangan Pertama

Karya: Malik Abdul

Dalam remang senja aku teringat
Ketika rasa itu menjelma
Aku terbuai dengan merdu suaramu
Termenung menyaksikan senyum terindah
Sampai menuju suatu arah
Yang membawaku larut dalam resah
Resah memikirkanmu aku terperangah
Pandangan itu membuatku melayang
Hingga pada titik dimana aku sedang tak mengerti
Mengapa aku seperti ini
Bahwa cinta masih menguasai
Rasa ini mengalir tiada henti

7. Satire

Jenis puisi baru berdasarkan isinya yang terakhir adalah satire. Mirip seperti romansa, istilah satire awalnya digunakan dari bahasa latin yaitu satura, yang mana memiliki arti sindiran, kecaman yang tajam terhadap fenomena, dan ketidakpuasan hari yang dialami oleh suatu golonga. Oleh karena itu, satire bisa didefinisikan sebagai salah satu jenis puisi inkonvensional yang memuat tentang sindiran atau kritikan.

Contoh:

Aku bertanya
Karya: WS Rendra

Aku bertanya…
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.

B. Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya

1. Distikon

Jenis puisi berdasarkan bentuknya yang pertama yakni distikon. Distikon sendiri adalah puisi yang tiap bait terdiri dari dua baris atau biasa disebut sebagai puisi dua seuntai.

Contoh distikon:

Hutan Karet
Karya: Joko Pinurbo

Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.

Suara monyet di dahan-dahan.
Suara kalong menghalau petang.

Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.

Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
membelit kenangan terjal.

Sesaat sebelum surya berlalu
masih kudengat suara beduk bertalu-talu.

2. Terzina

Jenis puisi berdasarkan bentuknya berikutnya adalah terzina. Puisi ini memiliki ciri tiap baitnya terdiri dari tiga baris atau bisa disebut juga puisi tiga seuntai.

Contoh terzina:

Aku Ingin
Karya: Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
ayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

3. Kuatrain

Jenis puisi berdasarkan bentuk selanjutnya yakni kuatrain. Puisi ini memiliki tiap bait yang memuat empat baris, sehingga biasa disebut sebagai puisi empat seuntai.

Contoh kuatrain:

hujan bulan juni

Hujan Bulan Juni
Karya: Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

4. Kuint

Kemudian, puisi berdasarkan bentuknya adalah kuint. Kuint sendiri dapat diartikan sebagai puisi yang tiap baitnya memiliki lima baris. Puisi ini bisa disebut puisi lima seuntai.

Contoh kuint:

sekamat menunaikan ibadah puisi

Mampir
Karya: Joko Pinurbo

Tadi aku mampir ke tubuhmu
tapi tubuhmu sedang sepi
dan aku tidak berani mengetuk pintunya.
Jendela di luka lambungmu masih terbuka
dan aku tidak berani melongoknya

5. Oktaf/Stanza

Oktaf atau stanza menjadi puisi berdasarkan bentuk selanjutnya, puisi tersebut memiliki ciri pada tiap baitnya yang memiliki delapan baris. Puisi oktaf atau stanza biasa disebut juga dengan double kuatrain atau puisi delapan seuntai.

Contoh oktaf/stanza:

Mata Hitam
Karya: WS Rendra

Dua mata hitam adalah matahari yang biru
dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam

6. Sektet

Puisi yang perlu Kamu tahu berikutnya adalah sektet. Puisi ini dapat ditandai dengan ciri pada tiap baitnya berisi enam baris. Nama lain dari puisi sektet adalah puisi enam seuntai.

Contoh sektet:

Ranjang Ibu
Karya: Joko Pinurbo

Ia gemetar naik ke ranjang
sebab menginjak ranjang serasa menginjak
rangka tubuh ibunya yang sedang sembahyang.
Dan bila sesekali ranjang berderak atau berderit,
serasa terdengar gemeretak tulang
ibunya yang sedang terbaring sakit.

7. Septime

Puisi yang perlu Kamu perhatikan selanjutnya yaitu septime. Septime atau puisi tujuh seuntai ini adalah puisi yang pada tiap baitnya memiliki tujuh baris.

Contoh septime:

Pasien
Karya: Joko Pinurbo

Seperti pasien keluar masuk rumah sakit jiwa,
kau rajin keluar masuk telepon genggam,
melacak jejak suara tak dikenal yang mengajakmu
kencan di kuburan pada malam purnama:
Aku pakai celana merah. Lekas datang, ya.
Kutengok ranjangmu: tubuhmu sedang membeku
menjadi telepon genggam raksasa.

8. Soneta

Jenis puisi yang terakhir adalah soneta. Puisi ini terdiri dari empat baris yang terbagi menjadi dua. Bait yang pertama masing-masing berjumlah empat baris dan dua bait kedua masing-masing berjumlah tiga baris.

100 soneta cinta

Sejarah soneta sendiri awalnya berasal dari Bahasa Italia yaitu “sonneto” yang dapat diartikan sebagai puisi yang bersuara. Soneta mulai masuk di Indonesia dibawa oleh Belanda. Selanjutnya, soneta kali pertama diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi. Maka tak heran, apabila kedua orang tersebut dijuluki sebagai Bapak Soneta indonesia.

Soneta khas Indonesia memiliki bentuk yang lebih bebas dari segi isi maupun rima. Soneta sudah berbeda dengan syarat soneta dari Italia atau Inggris. Akan tetapi, soneta khas Indonesia tetap mengacu pada pedomannya, yakni barisnya yang berjumlah empat belas baris.

Contoh Soneta:

Gembala
Karya: Muhammad Yamin

Perasaan siapa ta’kan nyala (a)
Melihat anak berelagu dendang (b)
Seorang s aja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)

Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)

Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam non molek permai (a)

Wahai gembala di segara hijau (a)
mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (a)
Maulah aku menurutkan dikau (a)

Rekomendasi Buku & Atikel Terkait Puisi Baru



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Emka Humam

Saya Emka Humam dan biasa dipanggil Umam. Saya suka membaca banyak hal terutama yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, IPA, dan Biologi.

Kontak media sosial Instagram Profile: Emka Humam