Sosiologi

Sekularisme Adalah: Definisi, Problematika, dan Contohnya di Indonesia

Written by Aris

Sekularisme Adalah – Apakah Grameds menyadari bahwa semakin berkembangnya pengetahuan, konsep ideologi pun juga bertambah? Yap, ideologi alias ajaran mengenai ide-ide dasar dalam peradaban manusia ini memang akan berbeda baik pada individu maupun negaranya. Khususnya di Indonesia yang menerapkan ideologi berupa ideologi pancasila yang mana berpedoman pada dasar negara Pancasila. Sementara di negara lain, ada yang menerapkan ideologi komunisme, liberalisme, sosialisme, nasionalisme, fasisme, dan lain sebagainya bergantung pada bagaimana latar belakang sejarah dari negara tersebut.

Salah satu ideologi yang sering diperbincangkan oleh banyak orang adalah sekularisme yang mana berpedoman dengan adanya pemisahan antara urusan agama dengan urusan negara. Keberadaannya telah diterapkan oleh beberapa negara di dunia yakni Korea Selatan, India, Turki, Perancis, dan Kanada. Hal yang perlu Grameds ketahui adalah ideologi sekularisme ini sangat bertentangan dengan ideologi Pancasila milik negara kita, terutama pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Lantas, apa sih sekularisme itu? Apa problematika yang ditimbulkan dari sekularisme dalam berbagai aspek bidang kehidupan manusia? Nah, supaya Grameds memahami hal-hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

Apa Itu Sekularisme?

Istilah sekularisme ini berasal dari kata “saeculum” yang dalam bahasa Latin berarti ‘periode besar waktu’ atau ‘spirit zaman’. Sementara itu, istilah ini berkembang menjadi kata “secularism” yang dalam Bahasa Inggris berarti adanya sifat keduniaan (worldly), non-agama (irreligious), dan non-spiritual (mundane). Bahkan, lawan kata dari sekularisme ini adalah suci (holy), hal-hal yang bersifat keagamaan (religious), wakil dari langit (vicegerent of God), dan hal-hal di luar hukum alam (unearthly transcendental). Kamus Oxford pun turut menerjemahkan “sekularisme” ini sebagai ‘doktrin bahwa moralitas seharus semata-mata didasarkan pada penghargaan atas umat manusia dan kehidupan, dengan membuang semua pertimbangan yang diambil dari keyakinan pada Tuhan atau hari akhirat’.

“Singkatnya, istilah sekularisme ini adalah pemahaman bahwa semua kegiatan manusia sehari-hari itu dipisahkan dengan agama”.

Istilah “sekularisme” ini juga sejalan dengan “sekularisasi” yang berkembang menjadi ideologi dan suatu gerakan sosial. Namun, ada beberapa hal yang membedakannya yakni pada sekularisme merupakan sebuah ideologi, sedangkan sekularisasi adalah suatu gerakan sosial yang mana sebagai dampak dari proses modernisasi. Sedikit trivia saja nih, latar belakang sejarah perkembangan dari adanya ideologi sekularisme ini berkaitan dengan agama Kristen yang ada di Eropa, terutama pada Abad Pertengahan yang Gelap alias The Dark Middle Age sekitar 250 tahun lalu.

Cendekiawan sekaligus pemikir Islam, Nurcholish Madjid alias Cak Nur, mendefinisikan sekularisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa Tuhan itu tidak berhak mengurusi masalah manusia secara duniawi. Masalah-masalah duniawi tersebut harus diurus dengan cara lain yang tentunya tidak datang dari Tuhan. Jadi sekularisme ini merupakan paham tidak ber-Tuhan dalam kehidupan manusia secara duniawi. Lagipula, sekularisme ini tidak melulu bertentangan dengan agama Islam saja, tetapi juga semua agama di dunia. Mengingat jumlah agama di dunia ini ada banyak.

Yap, orang sekuler apalagi yang secara konsekuen pastilah dirinya seorang atheis alias tidak percaya dengan keberadaan Tuhan dan Dewa-Dewi. Sementara itu, orang sekuler yang tidak konsisten pasti dirinya mengalami pecahnya kepribadian. Di satu sisi, dirinya percaya Tuhan, tetapi di sisi lain tidak mengakui akan kedaulatan Tuhan terutama dalam masalah-masalah duniawinya. Orang sekuler yang secara tidak konsisten ini akan memandang kehidupan agama itu sebagai hubungan antara diri manusia dengan Tuhannya dalam bentuk ibadah saja. Sementara untuk urusan duniawi, mereka memilih untuk menyelesaikannya dengan caranya sendiri.

Pembagian Sekularisme

Bahkan sejak berabad-abad lamanya, sekularisme pun juga telah berkembang menjadi sekularisme ekstrem dan sekularisme moderat (netral). Pada sekularisme ekstrem lebih mengacu pada bagaimana pandangan hidup alias ideologi yang mencita-citakan adanya otonomi nilai duniawi ini lepas dari campur tangan Tuhan dan pengaruh agama. Hal tersebut tentu saja jelas merupakan pandangan ateis yang mana berfilosofi tidak percaya dengan adanya Tuhan atau Dewa-Dewi pada kepercayaan manapun.

Sementara itu pada sekularisme moderat, mengacu pada bagaimana pandangan hidup alias ideologi yang mencita-citakan adanya otonomi nilai duniawi dengan turut mengikutsertakan Tuhan dan agama. Sekularisme moderat ini berjalan dengan adanya ideologi liberal yang mana dianut oleh negara Barat dan Amerika. Dalam penerapannya, Hak Asasi Manusia diakui termasuk juga pada kebebasan beragama.

Istilah “sekularisme” ini dikemukakan oleh George Jacob Holyoake pertama kali pada tahun 1864. Kala itu, Holyoake menggunakan istilah tersebut dalam arti sebagai adanya filsafat praktis untuk manusia, yang mana menafsirkan dan mengorganisir kehidupan tanpa bersumber pada adanya hal-hal supranatural. Jika dilihat secara terminologi, Holyoake pun mendefinisikan sekularisme ini sebagai paham (ideologi) pemisahan antara agama dengan segala aspek kehidupan. Itulah mengapa, negara-negara yang menganut ideologi sekularisme ini memisahkan urusan agama dengan urusan pemerintahan negara maupun politik.

Menurut ulama Yusuf Qardhawi, penerapan sekularisme ini adalah dengan memisahkan agama dari kehidupan individu atau sosial. Artinya, agama (semua agama tidak hanya Islam saja), tidak boleh turut berperan dalam berjalannya kehidupan pendidikan, hukum, sosial, maupun kebudayaan. Dengan kata lain, ideologi ini sangat memisahkan Tuhan dari hukum dan undang-undang makhluk-Nya alias Tuhan tidak boleh mengatur bagaimana kehidupan manusia.

Berdasarkan pada Post-Islamisme di Turki: Analisis Mengenai Keberhasilan Kelompok Muda Islamis dalam Menginterpretasikan Sekularisme, mengemukakan bahwa baik sekularisme moderat maupun agresif itu sama-sama merupakan bentuk pemisahan agama terhadap kehidupan manusia. Bahkan sekalipun itu sekularisme moderat, tetap saja dapat memberikan “sinyal” bahwa agama itu berbahaya dan tidak dapat dijadikan pedoman bagi manusia, sehingga manusia harus membuat hukum ala dirinya sendiri.

Hal ini tentu saja melawan adanya ideologi Pancasila yang diterapkan di Indonesia, terutama pada sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Itulah mengapa, Indonesia melarang adanya penerapan ideologi ini karena bertentangan dengan semua agama, tidak hanya Islam saja. Mengingat di negara kita telah memiliki 6 agama yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Hal ini juga ditegaskan oleh Mahfud MD selaku Politis dan Hakim Konstitusi bahwa Indonesia bukanlah negara agama maupun negara sekuler, tetapi bangsa yang berketuhanan sesuai dengan dasar negara Pancasila pada sila pertama.

Problematika Sekularisme Di Berbagai Aspek Kehidupan

Dilansir dari artikel penelitian berjudul Problematika Sekularisme oleh Kusuma Dewi Nur Aini, keberadaan ideologi sekularisme ini ternyata memberikan dampak problematika pada 3 dampak kehidupan manusia, yakni sosial, ekonomi, dan politik. Hal tersebut karena sekularisme ini menjadi ideologi yang berkaitan dengan hal duniawi dan kerohanian, sehingga sangat berpengaruh pada bagaimana sikap hidup manusia, terutama dalam hal interaksi sosial.

1. Dampak Sosial

Kehidupan sosial menjadi aspek bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainya untuk menciptakan suatu pemikiran. Nah, pemikiran tersebut tentu saja akan sangat mempengaruhi masyarakat lainnya, terutama dalam hal kehidupan. Semua agama, tidak hanya Islam dan Kristen saja, pasti dijadikan sebagai pengendali kehidupan manusia. Maka dari itu, agama sangat berperan penting untuk mengimbangi kehidupan sosial dalam masyarakat.

Pengaruh adanya sekularisme terhadap dampak sosial ini berhubungan adanya teori Marxisme yang dicetuskan oleh Karl Marx. Karl Marx merupakan seorang sosialis Protestan yang menjadi demikian karena harus berhadapan dengan kaum industriawan. Dirinya beranggapan bahwa sumber permasalahan manusia itu pada dasarnya terletak pada hak milik pribadi.

Teori Marxisme ini mengajarkan bahwa kesadaran manusia dalam bersosialisasi itu mempengaruhi bagaimana sikap ekonomi yang sangat materialisme. Adanya teori ini pun menjadi usaha dari Karl Marx untuk memperbaiki kehidupan manusia dari upaya penindasan dan tindakan sewenang-wenangan. Itulah mengapa, munculnya teori Marxisme ini dalam kehidupan masyarakat Kristen, sangat berperan sebagai solusi untuk memperbaiki kehidupan mereka supaya lebih baik.

2. Dampak Ekonomi

Sesuai dengan penyebutannya, maka sekularisme dalam konteks ekonomi adalah upaya pemisahan agama dari praktik ekonomi yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Mengingat ekonomi adalah aktivitas untuk mencapai suatu kesejahteraan dalam masyarakat. Nah, dalam proses sekularisme ekonomi ini secara tidak langsung akan memunculkan adanya kapitalisme yang juga menjadi salah satu “penjelmaan” dari sekularisme ekonomi. Kapitalisme adalah adanya penjualan yang terjadi dalam sebuah pasar bebas. Peter L. Beger pun mengungkapkan bahwa sekularisme ekonomi ini berasal dari,

Pada suatu sektor perekonomian merupakan bentukan dari suatu proses kapitalistik dan industrial, sedangkan sekularisasi telah keluar dari suatu tatanan wilayah dalam masyarakat. Disebabkan kejadian ini agama seolah-olah terisolasi dalam ruang kehidupan yang paling pribadi ataupun publik dari ketertiban internasional, terutama dalam institusi negara dan agama”

3. Dampak Politik

Beberapa tokoh berpendapat bahwa ideologi ini terjadi karena adanya modernisasi, sehingga menyebabkan sikap masyarakat menjadi semakin materialistik, rasional, pragmatik, serta menuntut akan terwujudnya segala sesuatu dalam kehidupan. Nah, melalui adanya masyarakat modern sekuler ini turut mempengaruhi sistem politik secara tradisional hingga menjadi modern. Dari adanya sekularisme ini, mempengaruhi bidang politik yang meliputi:

  • Adanya pemisahan pemerintahan dari ideologi keagamaan.
  • Ekspansi pemerintahan untuk melaksanakan fungsi dalam pengaturan bidang sosial ekonomi, yang mana sebelumnya ditangani oleh keagamaan.
  • Penekanan nilai-nilai politik yang sekuler.

Contoh Sekularisme Di Indonesia

Dilansir dari artikel penelitian berjudul Kebudayaan Sekularisme dan Kehidupan Beragama oleh Fransiska Febrina Ayu Saraswati, mengungkapkan bahwa paham sekularisme yang sudah berkembang dalam masyarakat Indonesia ini sangat berpengaruh pada kehidupan agama. Di Indonesia, contoh bentuk sekularisme ternyata ada banyak, yakni:

1. Tidak Peduli dengan Urusan Duniawi

Contohnya, ada orang yang “mengaku” beragama tidak mau memberikan sedekah untuk hal-hal duniawi seperti pembangunan jalan raya atau rumah sakit sebagai fasilitas umum. Mereka menganggap, hal-hal semacam itu adalah urusan negara, bukan urusan agama.

Apabila hendak memberikan sedekah pun, harus berkaitan dengan hal-hal yang berbau agama seperti pembangunan gereja, pembangunan masjid, pembangunan pondok pesantren, dan ritual keagamaan lainnya.

2. Kondisi Ekonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kapitalisme adalah “penjelmaan” dari adanya ideologi ini di bidang ekonomi. Prinsip-prinsipnya mengajarkan adanya kebebasan individu, persaingan bebas, mekanisme pasar, terutama dalam terjadinya pasar bebas.

Sebenarnya, Indonesia itu menganut sistem ekonomi pancasila alias demokrasi ekonomi. Namun pada kenyataannya, masyarakat lebih melakukan praktik pasar bebas ini.

3. Media Massa

Apakah Grameds menyadari bahwa media massa sekarang ini sudah dalam genggaman sekularisme? Yap, hal itu ditandai dengan adanya kebebasan yang tanpa batas dalam menyatakan pendapat. Tak jarang, koran-koran nasional sekarang pun sudah banyak adanya dukungan terhadap pornografi dan porno aksi, hingga adanya insiden pengolok-olokan terhadap beberapa agama. Media massa sudah tidak mengenal batasan ketentuan.

Nah, itulah ulasan mengenai apa itu sekularisme beserta dampaknya dalam aspek kehidupan manusia dan contohnya di Indonesia. Meskipun pemahaman ini begitu dilarang di Indonesia, tetapi bibit-bibitnya mulai muncul dan harus digalakkan supaya tidak benar-benar mempengaruhi ideologi pancasila.

Sumber:

Hudda, Syafaat Ariful. (2013). Post-Islamisme di Turki: Analisis Mengenai Keberhasilan Kelompok Muda Islamis dalam Menginterpretasikan Sekularisme. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Kediri. (http://etheses.iainkediri.ac.id/574/)

Aini, Kusuma Dewi Nur. Problematika Sekularisme. UNIDA Gontor Ponorogo. (https://www.academia.edu/37693394/Problematika_Sekularisme)

Saraswati, Fransiska Febrina Ayu. (2019). Kebudayaan Sekularisme dan Kehidupan Beragama. STKIP Widya Yuwana Madiun. (https://osf.io/preprints/rcn8j/)

Baca Juga!

About the author

Aris

Saya sangat dengan dunia menulis karena melalui menulis, saya bisa mendapatkan banyak informasi. Karya yang saya hasilkan juga beragam, dan tema yang saya suka salah satunya adalah sosiologi. Tema satu ini akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan selalu menarik untuk dibicarakan.

Kontak media sosial Twitter saya M Aris