Kesenian

Aliran Fauvisme: Konsep, Ciri, Contoh Lukisan, dan Tokohnya

Aliran Fauvisme
Written by Gaby

Aliran fauvisme adalah aliran serta gaya seni yang mulanya berkembang di Perancis pada akhir abad ke 19. Aliran seni rupa fauvisme ini akhirnya berkembang hingga ke beberapa tempat di Eropa dengan berdasarkan pada landasan konsep ekspresionisme yang dipelopori oleh Van Gogh.

Vincent van Gogh. . Saint Rémy, June 1889 | MoMA

“The Starry Night” karya Van Gogh (sumber: moma.org)

Nama aliran fauvisme, berasal dari sebuah kata sindiran yaitu fauve yang artinya adalah binatang liar. Kata tersebut muncul dari Louis Vauxcelles ketika ia mengomentari pameran yang diadakan di Salon d’Automne. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai aliran fauvisme, simak penjelasannya berikut ini.

Definisi Fauvisme

Fauvisme merupakan aliran yang menghargai konsep ekspresi dalam menangkap suasana yang akan dilukiskan. Aliran fauvisme ini berbeda dengan karya-karya impresionisme. Dimana, para pelukis fauvis dapat berpendapat bahwa harmoni yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam, akan lebih memperlihatkan hubungan yang pribadi dari seniman dengan alamnya.

Aliran fauvisme lebih menekankan pada kualitas dari unsur-unsur seni, contohnya seperti garis, bentuk serta warna-warna kuat di atas nilai-nilai realistis yang masih dipertahankan oleh aliran impresionisme.

Artinya dalam aliran fauvisme, meskipun impresionisme keluar dari prinsip realisme atau naturalisme, akan tetapi sifat dasarnya masih sama yaitu masih meniru alam. Aliran fauvisme menggunakan gaya yang hampir sama dengan aliran impresionisme, tetapi fauvisme menolak ide dasar dari peniruan alam.

Dalam aliran fauvisme, seniman lebih memilih untuk menggunakan setiap elemen dalam karyanya agar menjadi karya yang mandiri tanpa perlu dikaitkan dengan kemiripan maupun kerealistisan gambar. Contohnya seperti penggunaan warna sebagai simbolisme.

Istilah fauvisme sendiri berasal dari bahasa Perancis yaitu les Fauves, artinya adalah binatang buas. Istilah tersebut, diambil dari seorang kritikus serta komentator seni bernama Louis Vauxcelles yang menyampaikan ketakjubannya pada karya seniman fauvisme.

Istilah binatang buas digunakan, karena para seniman fauvisme dianggap telah memberontak berbagai macam prinsip seni yang mainstream yang saat itu ada di Paris, akan tetapi para seniman fauvisme tersebut mampu membukti bahwa mereka menghasilkan karya yang hebat dan memukau.

Aliran Fauvisme

Konsep dasar dari aliran fauvisme pertama kali terlacak pada tahun 1888 dari komentar Paul Gauguin pada Paul Serusier, komentarnya adalah sebagai berikut.

“Bagaimana kau menginterpretasikan pohon itu? Kuning, karena itu ditambahkan kuning. Lalu, bayangannya terlihat sedikit biru, karena itu ditambahkan ultramarine. Daun yang kemerahan? Tambahan saja vermilion”.

Segala hal yang memiliki hubungan dengan pengamatan secara objektif maupun realistis, seperti pada lukisan naturalis, digantikan oleh pemahaman secara emosional serta imajinatif.

Sebagai hasil dari pemahaman emosional dan imajinatif tersebut, warna serta konsep ruang memiliki nuansa puitis. Warna-warna yang dipakai jelas dan tidak lagi disesuaikan dengan warna yang ada di lapangan, akan tetapi mengikuti hati serta keinginan pelukis.

Penggunaan garis pada aliran fauvisme menjadi lebih sederhana, sehingga penikmat lukisan tersebut dapat mendeteksi garis yang jelas serta kuat dalam lukisan. Oleh karena itu, bentuk benda dalam lukisan pun menjadi lebih mudah dikenali tanpa perlu mempertimbangkan banyak detail.

Aliran Fauvisme

“Woman with a Hat” karya Henri Matisse (sumber: galleryintell.com)

Pelukis aliran fauvisme juga menyerukan pemberontakan pada kemapanan seni lukis yang lama terbantu oleh objektivisme dari ilmu pengetahuan seperti apa yang ada pada aliran impresionisme. Meskipun, ilmu dari para pelukis terdahulu tetap dipakai sebagai dasar melukis. Pergolakan ini terjadi pada masa-masa awal ketika aliran fauvisme populer yaitu pada periode 1904 – 1907.

Ciri-Ciri Aliran Fauvisme

Aliran fauvisme memiliki beberapa ciri-ciri, berikut penjelasannya.

  • Dalam aliran fauvisme, model gambar dalam lukisan fauvisme tidak memiliki akurasi yang sama seperti dengan referensi pada model lukis.
  • Objek dari model lukis, digariskan dengan garis-garis yang terlihat dengan jelas serta sangat tegas. Contoh seperti gambar yang ditemukan dalam bentuk-bentuk gambar tokoh kartun dan lain sebagainya.
  • Penggunaan dan pemilihan warna pada lukisan fauvisme, cenderung kontras, cerah serta terang. Warna yang mencolok tersebut dipilih, sebab warna tersebut tidak melihat sisi keakuratan sesuai dengan referensi model lukisnya.
  • Marka kuas pada lukisan aliran fauvisme cenderung sangat mencolok, kontras serta tidak disamarkan dengan shading.
  • Beberapa dari pelukis fauvisme, ada yang melukis dengan bentuk landscape serta ada pula beberapa pelukis yang masih terikat dengan tipe-tipe objek tertentu.
  • Sesuai dengan pengertiannya, aliran lukisan fauvisme menyampaikan apa yang ada pada pikiran serta gagasan yang dimiliki oleh para pelukisnya.
  • Warna-warna kontras serta mencolok digunakan, sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan gagasan dari penulisnya.

Aliran Fauvisme

Karakteristik Aliran Fauvisme

Berdasarkan ciri-ciri dari aliran fauvisme, berikut adalah beberapa karakteristik dari aliran fauvisme yang perlu diketahui.

1. Warna

Dalam aliran fauvisme, warna merupakan hal yang diutamakan ketika melukis suatu objek. Warna yang mentah serta murni, bukanlah suatu hal yang sekunder dari suatu komposisi lukisan. Contohnya, ketika seorang pelukis melukis langit merah, maka seluruh landscape lukisan tersebut pun harus mengikutinya.

Contoh lain adalah ketika pelukis ingin memaksimalkan efek dari langit merah, maka seniman tersebut dapat memilih warna bangunan berwarna hijau, air berwarna kuning, pasir dengan warna orange, serta perahu dengan warna biru.

Seniman dari aliran fauvisme juga dapat memilih warna-warna yang sama kontras serta sama cerahnya. Satu hal yang tidak dapat dilupakan dari seni pada aliran fauvisme, adalah tidak ada seniman dengan aliran ini yang memberikan corak warna realistis pada lukisannya.

2. Memiliki bentuk yang sederhana

Karena pada aliran fauvisme seniman menghindari teknik melukis yang normal, maka lahirlah bentuk-bentuk sederhana dari objek yang dilukis seniman tersebut. Bentuk sederhana dalam lukisan fauvisme, menjadi salah satu kebutuhan dalam aliran fauvisme selain penggunaan corak warna yang kontras serta cerah.

3. Ekspresi

Karakteristik aliran fauvisme yang ketiga adalah lukisan yang dihadirkan memiliki tipe ekspresionisme. Ekspresionisme yang dapat menuangkan emosi dari seniman melalui pemilihan warna yang tinggi serta bentuk popping, atau dapat dikatakan pula bahwa lukisan-lukisan aliran fauvisme ini memiliki gairah yang muncul dalam lukisannya.

4. Objek lukisan adalah objek sehari-hari

Para seniman aliran fauvisme, cenderung melukisan landscape ataupun pemandangan dalam kehidupan sehari-hari. Objek sehari-hari menjadi sumber inspirasi untuk para seniman fauvisme karena dinilai tidak rumit, serta seniman fauvisme dapat memainkan permainan warna yang lebih luas dan tidak terbatas.

Aliran Fauvisme

“The River Seine at Chatou” karya Maurice de Valminck (sumber: metmuseum.org)

Konsep Seni pada Aliran Fauvisme

Sesuai dengan pengertian dan awal mula hadirnya aliran fauvisme, aliran ini memiliki konsep seni yang berangkat dari usaha untuk menyempurnakan aliran impresionisme yang lebih dulu hadir serta mainstream digunakan oleh para seniman.

Aliran fauvisme berangkat dari pengingkaran gaya Paul Gauguin yang mengusung gaya dekoratif serta ekspresionisme dari Van Gogh. meskipun tidak sama dengan aliran impresionisme, akan tetapi pada aliran fauvisme lukisan-lukisan dari fauves memperlihatkan teknik yang sama serta konsisten.

Perbedaannya adalah pada lukisan aliran fauvisme, selalu memiliki ciri-ciri serta karakteristik yang sama, yaitu kekuatan pada penggunaan warna, garis yang putus-putus serta tegas, dan penampilan dari objek lukisan yang tidak teratur atau disorganized appearance.

Aliran Fauvisme

Kebebasan serta spontanitas dalam lukisan aliran fauvisme, merupakan salah satu tanggapan pribadi di mana para seniman fauves dapat disamakan dengan aliran ekspresionisme.

Aliran fauvisme termasuk dalam sejarah aliran seni rupa yang hadir di barat. Selain belajar mengenai sejarah aliran seni rupa yang lahir di barat, Grameds juga bisa mempelajari aliran-aliran seni rupa yang ada di timur. Apa saja serta bagaimana ciri-ciri dari aliran seni rupa yang ada timur? Apabila ingin mengetahui lebih lanjut, Grameds dapat membaca materi sejarah seni rupa timur dengan buku berjudul ‘Sejarah Seni Rupa’ yang tersedia di Gramedia.com ya!

Tokoh-Tokoh dalam Aliran Fauvisme

Dalam aliran fauvisme, ada beberapa tokoh penting yang mengusung aliran fauvisme dalam setiap karya-karyanya. Berikut adalah beberapa tokoh penting dalam aliran fauvisme tersebut.

1. Henri Matisse

Aliran Fauvisme

Henry Matisse (sumber: biography.com)

Tokoh pertama yang berperan besar dalam aliran fauvisme adalah Henri Matisse. Ia adalah sosok bapak fauvisme dan dikenal sebagai salah satu rival terbesar dari seniman terkenal yaitu Pablo Picasso.

Henri matisse mulanya tertarik pada aliran kubisme, akan tetapi Henri Matisse juga menolak gagasan umum dari aliran kubisme. Matisse lebih memiliki untuk terus mengembangkan aliran fauvisme bersama dengan kelompoknya.

Matisse berpendapat, bahwa seni harus tetap memiliki sisi lembut dan menenangkan, akan tetapi di sisi lain seni juga tidak boleh kaku seperti halnya aliran kubisme.

Hampir dari seluruh ciri serta gagasan kunci dalam aliran fauvisme muncul pada setiap karya Henri Matisse. Akan tetapi, Matisse tetapi memiliki salah satu ciri khas yaitu adanya kebebasan ketika ia menggambar.

Ia tidak ingin menjadi terlalu teknis dari terpaku pada akurasi. Sehingga seluruh beban dari proses melukis pun muncul pada setiap karya-karyanya. Oleh karena itu, dalam setiap karya Matisse ia membiarkan munculnya kesalahan anatomi maupun bentuk yang sedikit melenceng. Akan tetapi, ekspresi yang digambarkan oleh Matisse tidak tertutup oleh kesalahan-kesalahan pada lukisan tersebut.

Sebagai bapak fauvisme, Henri Matisse berpendapat bahwa seni tidak boleh membuat senimannya kesulitan. Sebaliknya, seharusnya seni dapat memberikan kegembiraan dalam prosesnya.

2. Maurice de Vlaminck

Aliran Fauvisme

Maurice de Vlaminck (sumber: theartstory.org)

Salah satu dari rekan Henri Matisse adalah Maurice de Vlaminck yang turut bersaing dengan para seniman aliran kubisme, seperti Pablo Picasso. Kedua seniman fauvisme ini memiliki kesamaan, yaitu kemampuan untuk melakukan sebuah inovasi serta menciptakan suatu hal yang baru.

Bagi Pablo Picasso, ide adalah kubisme, sementara bagi Vlaminck dan rekannya, inovasi merupakan penggunaan dari warna cerah serta ekspresif dan tidak lain adalah aliran fauvisme.

Vlaminck adalah salah satu seniman yang memiliki peran sebagai pelopor seni modern sejati. Akan tetapi, Vlaminck juga termasuk sebagai salah satu seniman yang vokal ketika mengkritisi perkembangan dari seni rupa modern.

Maurice de Vlaminck memiliki keunikan dari rekan-rekan aliran fauvisme lainnya. Ia menggunakan outline yang lebih tegas sekaligus berat serta gelap berlawanan dengan warna dari bentuk yang ia buat sendiri. Contohnya seperti warna lembut, ringan serta cerah.

Ciri khas dari Vlaminck tersebut, akhirnya menjadi suatu focal point dan tambahan untuk gaya fauvisme yang sebenarnya sudah sangat kontras serta ekspresif dari aliran seni lainnya.

Kekhasan yang dimiliki oleh Vlaminck tidak hanya terlihat dalam setiap lukisannya, akan tetapi juga terlihat pada sikapnya. Contohnya sikapnya yang seperti hipokrit pada seni modern, akan tetapi seni modern juga terlihat dalam gaya-gaya lukisannya.

Sikap lainnya adalah ketika Vlaminck sering kali menghina aliran kubisme, akan tetapi dalam beberapa lukisannya ia juga terlihat menggunakan gaya kubisme.

3. Andre Derain

André Derain Paintings, Bio, Ideas | TheArtStory

André Derain (sumber: theartstory.org)

Derain juga memiliki perang yang besar dalam pengembangan dua gerakan artistik yang signifikan pada awal abad ke 20. Bersama dengan Matisse, Vlaminck, Derain pun berhasil menghasilkan aliran fauvisme.

Berbeda dari anggota kelompok fauvisme yang lainnya, Derain justru terhitung cukup dekat dan tidak menjadi rival dari aliran kubisme seperti dua tokoh lainnya. Derain dinilai cukup dekat dengan Pablo Picasso hingga kehadiran Derain ini dianggap sebagai terjadinya proses sintesis dari aliran fauvisme serta berbagai gagasan Picasso yang menjadi bagian integral dalam aliran kubisme awal.

Akan tetapi kontribusi Derain ketika menghasilkan beberapa gagasan di balik gerakan tersebut terus diperdebatkan. Beberapa juga menganggap bahwa Derain hanya memberikan ide turunan saja.

Perdebatan mengenai gagasan Derain ini muncul karena adanya fakta, bahwa Derain secara terus menerus mencari makna mengenai artistik serta berusaha untuk menciptakan seni abadi yang dihapus dalam kekhasan zaman modern.

Namun sepanjang hidup Andre Derain, ia terus melakukan beragam eksperimen dengan menggunakan berbagai idiom gaya lukis. Derain pun menjadi salah satu tokoh penting yang mengawali penyebaran seni modern di dunia.

4. Kees Van Dongen

Aliran Fauvisme

Kees van Dongen (sumber: theartstory.org)

Van Dongen merupakan salah satu tokoh dalam aliran fauvisme yang memiliki karya-karya dengan aliran fauvisme terkuat. Meskipun ia tidak termasuk dalam inovator, seperti ketiga tokoh aliran fauvisme lainnya akan tetapi Van Dongen berhasil menyesuaikan warna-warna dengan garis fauvisme ke dalam lukisan para wanita yang digambarkan hidup dalam kemewahan.

Salah satu lukisannya yang terkenal ialah ketika ia menggambarkan perhiasan wanita. Lukisan tersebut, kemudian dinilai sangat brilian dengan gambar pakaian mewah dari para penari serta para artis.

Selain lukisan tersebut, Van Dongen pun terus melukis dengan semangat. Ia juga menggambarkan gairah melukisnya dalam aliran fauvisme sesuai dengan aliran kelompok yang ia ikuti.

Tak hanya itu, lukisan karya Van Dongen juga diakui sebagai lukisan yang paling gemilang dari lukisan-lukisan yang sebelumnya telah ia buat setelah tahun 1920. Akan tetapi, sayangnya Kees Van Dongen dinilai terlalu tenggelam dalam karya seni yang ia lukiskan dengan menggambarkan hidup keduniawian. Selain itu, karyanya juga dianggap lebih rendah dibandingkan dengan karya dari aliran-aliran fauvisme lainnya pada masa itu.

5. Raoul Dufy

Aliran Fauvisme

Raoul Dufy (sumber: wikipedia)

Tokoh aliran fauvisme yang kelima adalah seorang seniman dari Prancis. Sebagai seorang seniman dengan aliran fauvisme, sebagian besar dari karya Dufy menggunakan subjek lukisan dengan nuansa mewah dan ekslusif.

Ia berhasil membuat salah satu lukisan terbesar di era modern saat itu. Lukisan tersebut berjudul La Fee Electricite yang menggambarkan sejarah serta pentingnya keberadaan listrik pada abad ke 20.

Berbeda dengan tokoh aliran fauvisme lainnya, Dufy juga memiliki kontribusi dalam bidang fashion saat itu dengan berasosiasi bersama seorang perancang busana bernama Paul Poiret. Dari asosiasi tersebut, Dufy menjadi seniman dengan kondisi finansial yang stabil.

Itulah penjelasan mengenai aliran fauvisme. Apabila Grameds ingin mengetahui lebih lanjut mengenai aliran-aliran seni modern lainnya, Grameds bisa mengulik lebih lanjut dengan membaca buku terkait aliran seni rupa modern yang tersedia di Gramedia.com

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia menyediakan beragam buku berkualitas serta original untuk Grameds. Jadi tunggu apa lagi? Segera beli dan baca bukunya sekarang juga!

About the author

Gaby

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya. Saya juga sangat menulis dengan tema kesenian. Dengan seni, hidup akan jadi lebih berwarna.

Kontak media sosial Instagram saya Gabriela