Geografi

Mengenal Lempeng Eurasia dan Batas-batas Lempeng Tektonik yang Ada di Permukaan Bumi

Lempeng Eurasia (1)
Written by Mochamad Harris

Bagi kita yang tinggal di Indonesia ancaman bencana alam berupa gempa bumi dan letusan gunung berapi bisa menjadi kenyataan kapan saja. Sebab, seperti yang sudah Grameds ketahui, Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo-Australia.

Menurut catatan sejarah, Indonesia pernah porak poranda dihantam letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 yang meletus sebanyak 4 kali selama 4.5 jam dan suara letusannya terdengar sampai ke Sri Lanka serta Australia. Tak hanya itu, letusan ini menimbulkan tsunami besar setinggi 36 meter yang memakan korban jiwa sebanyak 36,417.

Di tahun 2004, Aceh diguncang gempa bumi hebat berkekuatan 9,3 skala Richter yang menimbulkan tsunami setinggi 30 meter yang gelombangnya memantul ke beberapa negara lain seperti Sri Lanka, Thailand, Maladewa, India, Malaysia, Myanmar, Tanzania, Somalia, Bangladesh, Seychelles, hingga Kenya.

Saking hebatnya, bencana alam yang terjadi pada 26 Desember 2004 itu, ikut berdampak pada rotasi bumi dan memperpendek durasi waktu satu hari selama 2,68 mikrodetik; serta menggeser Kutub Utara beberapa sentimeter.

Nah, bicara soal gempa bumi dan letusan gunung berapi, rasanya tak lengkap kalau belum membahas tentang lempeng tektonik. Soalnya, dua bencana alam ini berkaitan erat dengan pergerakan lempeng tektonik.

Lempeng Tektonik, Teori Pembentukan Permukaan Bumi Paling Mutakhir

Seperti yang kita tahu, planet bumi dan bentuknya yang sekarang tidak tercipta begitu saja. Butuh waktu miliaran tahun agar bumi “membentuk” dirinya sendiri untuk bisa ditinggali oleh manusia.

Dalam ilmu geografi, ada beberapa teori yang menjelaskan proses pembentukan permukaan bumi. Mulai dari teori kontraksi (Descrates, 1596-1650); Teori dua benua (Edward Zuess, 1884);  teori Pergeseran Benua (Lothar Wagener, 1915); Teori Pemekaran Lantai Samudera (Harry H. Hess, 1962); dan terakhir teori lempeng tektonik (Tozo Wilso, 1968).

Lahirnya teori lempeng tektonik membawa perubahan pada cara pandang manusia dalam melihat struktur bumi,  kekayaan alam, serta bencana alam. Bahkan, ada yang menyebutkan teori ini sama dahsyatnya dengan teori relativitas milik Einstein karena manfaatnya pada ilmu pengetahuan tentang bumi.

Dalam teori lempeng tektonik disebutkan bahwa planet bumi terdiri dari lempeng-lempeng yang terus bergerak. Lempeng ini bentuknya bisa berupa kerak samudra, kerak benua, atau gabungan dari keduanya. Nah, pergerakan ini diakibatkan oleh arus konveksi atau perpindahan energi panas di lapisan astenosfer (mantel bumi yang berupa cairan yang sangat panas).

Karena semua lempeng-lempeng terus bergerak, maka muncul interaksi antara satu lempeng dengan yang lainnya. Interaksi ini terjadi di sepanjang batas lempeng itu. Bentuk interaksinya dibagi menjadi tiga, ada yang berbenturan, saling menjauh, dan bergeser. Nah, permukaan bumi yang ada saat ini merupakan hasil dari interaksi antar lempeng tersebut.

Menurut teori lempeng tektonik, ada 13 lempeng penyusun kerak bumi yang terbagi menjadi lempeng besar serta lempeng kecil, yaitu:

Lempeng Besar Lempeng Kecil
Lempeng Pasifik Lempeng Nasca
Lempeng Eurasia Lempeng Arab
Lempeng India-Australia Lempeng Karibia
Lempeng Afrika Lempeng Filipina
Lempeng Amerika Utara Lempeng Scotia
Lempeng Amerika Selatan Lempeng Cocos
Lempeng Antartika

Kalau diibaratkan, ke-13 lempeng ini persis seperti kepingan puzzle yang saling menyatu tapi kepingan puzzle ini “diletakkan” di atas cairan. Jadi jika ada pergerakan di cairan tersebut, otomatis puzzle yang ada di atasnya akan ikut bergerak. Nah, inilah yang disebut dengan pergerakan lempeng kerak bumi.

Kamu bisa membaca penjelasan teori pembentukan permukaan bumi yang lain dalam buku Ips: Geografi Sma/Ma Kls.10/Km yang disusun oleh Yasinto Sindhu Priastomo. Buku ini dirancang untuk membantu kamu memahami hubungan kausal gejala atau fenomena geosfer di permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi.

YASINTO SINDHU PRIASTOMO Ips: Geografi Sma/Ma Kls.10/Km

Lempeng Eurasia

Dalam artikel ini,  kita akan membahas salah satu lempeng besar yang ada di bumi, yaitu Lempeng Eurasia. Lempeng Eurasia adalah lempeng terbesar ketiga yang ukurannya sedikit lebih kecil dari lempeng Pasifik dan lempeng Amerika Utara.

Lempeng Eurasia meliputi bagian Samudra Atlantik, Samudra Arktik, sebagian besar daratan Eropa, Rusia, Asia, dan beberapa cekungan sub-samudra, seperti cekungan Norwegia, Lofoten, Tiongkok Selatan, Aleut, Eropa Barat).

Di sisi timur, lempeng Eurasia berbatasan dengan lempeng Amerika Utara dan lempeng Laut Filipina. Sedangkan di sisi selatan sebelah barat, berbatasan dengan lempeng Afrika, di bagian tengah dengan lempeng Arab, dan di sisi selatan sebelah timur dengan lempeng Indo-Australia.

Agar lebih mudah, coba perhatikan posisi setiap lempeng pada gambar berikut ini:

Lempeng Eurasia (1)

Lempeng Eurasia (1)sumber: wikipedia.org

Berdasarkan gambar lempeng Eurasia di atas, letak lempeng Eurasia di wilayah Indonesia mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Indonesia memang terletak di pertemuan tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik.

Pergerakan Lempeng Eurasia Dan Efek Yang Ditimbulkan

Secara umum, lempeng Eurasia rata-rata bergerak sekitar ¼ sampai ½ inci per tahunnya. Lebih spesifik lagi, lempeng ini bergerak ke arah utara sebesar 2 cm setiap tahunnya. Dibanding lempeng lainnya, lempeng Eurasia merupakan lempeng yang pergerakannya paling lambat ketiga setelah lempeng Amerika Utara dan Amerika Selatan.

Pergerakan lempeng Eurasia terjadi akibat aliran magma yang ada di bawah permukaan bumi. Ketika magma tersebut memanas dan mendidih. Magma yang panas lalu naik ke atas dan mendingin saat bersentuhan dengan air laut sehingga terciptalah batuan yang baru.

Salah satu efek pergerakan lempeng Eurasia yang bisa kita lihat dengan jelas saat ini adalah rangkaian pegunungan di sepanjang Pulau Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara, lalu Pegunungan Himalaya dan Dataran tinggi Tibet.

Rangkaian pegunungan di Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara muncul akibat lempeng Pasifik yang bertumbukan dengan lempeng Eurasia. Sedangkan Pegunungan Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet muncul setelah daratan India dan Asia bertubrukan sekitar 50 juta tahun lalu. Fenomena ini kemudian menyebabkan lempeng Eurasia melipat di atas lempeng India.

Batas-Batas Lempeng Tektonik

Karena bentuknya mirip seperti puzzle, tentunya setiap lempeng mempunyai batasan masing-masing. Nah, batas-batas tersebut bisa dibedakan menjadi tiga, batas Divergen,  Konvergen, dan Konservatif.

1. Batas Divergen

Lempeng Eurasia (1)id.quora.com

Gerakan Divergen merupakan gerakan lempeng tektonik yang saling menjauh dan bergerak secara perlahan dan menimbulkan retakan-retakan. Retakan-retakan ini lalu menjadi jalan keluar magma yang terus menerus mengalir.

Aliran magma tadi lama kelamaan akan muncul sedikit sampai di permukaan bumi yang dapat menyebabkan timbulnya pulau-pulau vulkanik yang baru. Sedangkan jika terjadi di dasar laut maka ini akan menimbulkan yang disebut dengan Sea Floor Spreading atau hamparan dasar laut.

Tingkat pemekaran di daerah punggungan samudra ini diestimasikan sekitar 2 sampai 10 cm pertahun, dan rata-rata 6 cm (2 inchi) per tahun. Karena batuan yang baru terbentuk jumlahnya sama di kedua sisi dari lempeng yang saling menjauh, maka tingkat pertumbuhan dari lantai samudera adalah dua kali dari nilai tingkat pemekaran.

Satu contoh batas divergen yang paling terkenal adalah Punggung Tengah Samudra (Mid Oceanic Ridges) yang ada di dasar samudra Atlantik. Selain itu, ada juga contoh lainnya seperti rifting yang terjadi di antara benua Afrika dengan daratan Arab yang kemudian menciptakan laut merah.

2. Batas Konvergen

Lempeng Eurasia (1)blog.ub.ac.id

Ini adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan satu sama lain. Tumbukan ini bisa terjadi antara dua lempeng samudera, satu lempeng samudera dan satu lempeng kontinen, atau dua lempeng kontinen. Batas konvergen dibagi menjadi dua berdasarkan bentuknya, pertama Subduksi dan yang kedua Obduksi.

Batas subduksi merupakan batas lempeng yang berbentuk tumbukan lempeng. Artinya salah satu lempeng melesap ke dalam perut bumi sedangkan lempeng yang lainnya terangkat ke permukaan.

Lempeng Eurasia (1)eprints.ums.ac.id

gambar batas subduksi

Salah satu contoh dari batas konvergen tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia yang menjadi bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia – Australia. Batas kedua lempeng ini berupa zona subduksi yang berada di laut dengan bentuk palung yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, sampai ke Nusa Tenggara Timur.

Contoh lainnya adalah kepulauan Filipina yang merupakan hasil subduksi antara lempeng samudra Filipina dengan lempeng samudra Pasifik.

Sementara itu, batas obduksi merupakan batas lempeng yang diakibatkan oleh tumbukan antara lempeng benua dengan benua lainnya. Hasil tumbukan ini kemudian membentuk suatu rangkaian pegunungan. Seperti rangkaian pegunungan Himalaya yang muncul akibat tumbukan antara lempeng benua India dengan benua Eurasia.

Lempeng Eurasia (1)eprints.ums.ac.id

gambar batas obduksi

3. Batas Transform

Lempeng Eurasia (1)glekhoba.blogspot.com

Yang terakhir ada batas transform. Ini adalah batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu sama lainnya tanpa menyebabkan terjadinya penghancuran pada litosfer. Interaksi ini kemudian menghasilkan suatu sesar mendatar berjenis Strike Slip Fault.

Sebagian besar patahan transform terjadi di kerak samudera, tetapi ada juga sedikit yang terjadi di kerak kontinen seperti patahan San Andreas yang ada di Amerika Serikat. Patahan ini muncul karena adanya pergeseran lempeng samudra Pasifik dengan lempeng benua Amerika Utara.

Konsekuensi Pergerakan Lempeng

Lempeng Eurasia (1)Pixabay.com

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pergerakan lempeng-lempeng yang ada di kulit bumi dapat menimbulkan beberapa konsekuensi, diantaranya:

1. Erupsi gunung api

Erupsi gunung api dapat terjadi jika magma yang suhunya panas naik ke permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh melelehnya batuan menjadi magma karena kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau jika ada air yang masuk ke dalamnya. Biasanya erupsi gunung api terjadi pada batas lempeng konvergen dan lempeng divergen.

Pada batas divergen, astenosfer yang suhunya panas merangkak naik karena adanya penurunan tekanan yang kemudian mengisi celah yang muncul antara dua lempeng yang terpisah.

Sebagai hasilnya, bagian-bagian astenosfer akan meleleh dan membentuk magma basaltik dalam jumlah yang banyak kemudian keluar ke permukaan bumi.

Sementara pada batas lempeng konvergen, litosfer samudra yang padat akan masuk ke dalam astenosfer bersama dengan lumpur dan bebatuan. Nah, lempeng yang masuk ke dalam mantel akan berubah suhunya menjadi panas.

Panas inilah yang memindahkan air untuk naik ke astenosfer panas yang berada di bawah lempeng berlawanan. Setelah itu air melelehkan batuan astenosfer dan membentuk magma dalam jumlah yang banyak di zona subduksi. Magma yang telah terbentuk lalu naik ke litosfer. Di sini, beberapa magma yang keras bisa masuk ke litosfer, beberapa lagi tererupsi ke permukaan bumi melalui gunung api.

2. Gempa bumi

Gempa bumi umumnya terjadi di tiga batas lempeng tektonik dan cukup jarang terjadi di bagian dalam lempeng tektonik. Alasannya karena batas lempeng merupakan zona rekahan pada litosfer. Di zona ini, lempeng yang satu bisa tergelincir pada lempeng yang lain dan terjadi secara terus-menerus.

Seperti yang dijelaskan dalam buku dari (Seri Bencana Alam) Gempa Bumi yang disusun oleh Tim Editor Atlas & Geografi, Rekahan tadi bisa terkunci selama ratusan tahun, lalu ketika lempeng tergelincir beberapa centimeter atau beberapa meter pada lempeng lainnya, maka bagian permukaan akan ikut bergetar. Getaran inilah yang disebut dengan gempa bumi.

3. Pembentukan gunung

Ada banyak sekali rangkaian gunung yang terbentuk di zona subduksi. Biasanya hal ini terjadi karena volume magma yang besar naik ke kerak, lalu memicu terbentuknya pegunungan. Selain itu, erupsi gunung api juga bisa membentuk rangkaian gunung api.

4. Palung samudra

Palung, secara singkat, bisa didefinisikan sebagai bagian terdalam pada cekungan samudra. Palung bisa muncul dimanapun subduksi terjadi sebab palung selalu mengikuti batas pada lantai samudra yang berkembang di mana subduksi masuk ke dalam mantel bumi.

5. Perpindahan benua dan samudra

Perpindahan benua dapat terjadi di permukaan bumi karena benua sendiri merupakan bagian dari lempeng litosfer yang terus bergerak. Nah, ketika suatu benua berpindah, akan memunculkan cekungan samudra yang terbuka dan menutup selama waktu geologi.

6. Superkontinen

Sekitar 2 sampai 1.8 miliar juta tahun lalu, pergerakan lempeng tektonik telah menyatukan mikrokontinen dan membentuk superkontinen pertama yang dikenal dengan nama Pangea I. Pangea I ini kemudian retak sekitar 1.3 miliar tahun lalu. Setelah itu, pecahan-pecahan kerak benua yang ada kembali berkumpul dan membentuk superkontinen kedua yang dikenal sebagai Pangea II.

Pangea II kemudian pecah lagi dan pecahan kontinennya berkumpul kembali menjadi superkontinen ketiga atau Pingea III pada 300 juta tahun yang lalu.

Faktor Yang Memicu Pergerakan Lempeng Tektonik

Pergerakan lempeng-lempeng tektonik di permukaan bumi tentunya memerlukan energi yang besar. Energi ini biasanya diambil dari membran bumi–sebuah benjolan besar yang lokasinya berada di bawah lempeng tektonik.

Membran bumi memiliki ketebalan hingga 2.800 km dan terdiri dari bahan batuan berbentuk senyawa silikat. Bahan-bahan di dalam membran tersusun dengan cara yang rumit, beberapa diantaranya bahkan meleleh menjadi satu. Meski begitu, membran ini tidak bisa dikatakan memiliki bentuk cair.

Para ahli mengatakan bentuk membran bumi agak lunak. sangat lengket, mempunyai suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

Semakin rendah suhu membran bumi, semakin panas hasilnya. Nah, karena adanya perbedaan suhu antara membran bumi bagian atas dengan membran bumi bagian bawah, maka membran bumi terus bergerak secara konsisten. Pergerakan inilah yang kemudian menyebabkan lempeng tektonik ikut bergerak.

Pertanyaannya, mengapa ini bisa terjadi?

Alasannya karena selaput bumi yang ada di bagian bawah berusaha memindahkan materialnya yang sangat panas ke bagian atas sebab lapisan atas membran bumi lebih tebal dibanding lapisan bawah. Sementara itu, beberapa bagian lapisan membran atas ada yang tenggelam ke suhu yang lebih panas. Proses ini terus berjalan secara kontinyu tanpa pernah berhenti.

Nah, kalau kamu mau belajar lebih jauh lagi tentang lempeng-lempeng di permukaan bumi, buku Geologi Umum dari Imam Subekti bisa menjadi referensi utama yang cocok buat kamu. Soalnya buku ini memberikan uraian tentang ilmu pengetahuan geologi secara umum. Disusun secara kronologis mulai dari proses terbentuknya bumi, proses pembentukan kerak atau kulit bumi, sampai dengan evolusi kehidupan makhluk hidup yang ada dan pernah ada di bumi.

Imam Subekti Geologi Umum

Demikian pembahasan tentang lempeng eurasia. Semoga semua pembahasan di atas bisa menambah wawasan kamu. Jika ingin mencari berbagai macam buku tentang geologi, maka bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang oktaviana putra

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris