in

Review Buku Self Driving Karya Rhenald Kasali

Self Driving – Hai, Grameds! Apakah kamu sering mendengar kalau orang Indonesia banyak memiliki mental tempe? Iya, mental tempe yang dimaksud adalah bagi mereka yang mudah menyerah. Mental tempe terkesan negatif yang sering diartikan pada kaum-kaum lemah, istilahnya “kalah sebelum berperang”.

Begitu pun dengan buku ini, “Self Driver”, sebuah buku motivasi yang ditulis oleh seseorang yang mengabdikan hidupnya untuk memimpin transformasi mindset. Karena jika kamu memiliki mental, itu semua sebenarnya bisa diubah. Namun, di dalam buku ini istilah yang digunakan bukan mental tempe. Tapi mengubah mental passenger (penumpang) menjadi mental driver (mengemudi).

Apa yang dimaksud dengan mengubah mental penumpang menjadi mental pengemudi? Semua akan dijelaskan di dalam buku ini. Karena ada banyak hal-hal yang biasanya kita abaikan dan jika dicermati dengan penuh perhatian hal itu akan menjadi positif dan tentunya akan mengarah ke arah yang lebih baik.

Yang pasti, buku “Self Driving” ini akan mengajak pembaca untuk mengubah pola pikir dan memaksimalkan potensi yang kita miliki untuk menjadi hal yang lebih besar lagi –yang barangkali bisa hingga mencapai sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita bayangkan.

Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger?

Dari sejumlah orang yang menekuni profesi tertentu, kurang dari 2% yang benar-benar serius dan mengembangkan dirinya. Yang lain terperangkap dalam mentalitas penumpang yang memilih untuk menunggu.” – Rhenald Kasali

Self Driving karya Rhenald Kasali adalah sebuah buku perubahan, sebuah buku dengan genre self improvement yang di dalamnya banyak mengandung pelajaran yang bisa terapkan untuk diri sendiri. Buku ini menjelaskan cara mengubah mental passenger (penumpang) menjadi mental driver (pengemudi).

Sejak manusia dilahirkan ke bumi ia diberi sebuah kendaraan yang kita sebut sebagai “self”, dan hanya dengan self driving manusia bisa mengembangkan seluruh potensinya untuk mencapai sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Namun, manusia juga dibekali dengan mental passenger atau penumpang yang ditanam sejak kecil sehingga jika mental passenger dibiarkan maka manusia hanya akan mengeluh dan terbelenggu tanpa tahu potensi diri yang lebih besar.

“Self Driving” karya Rhenald Kasali ini akan mengajak pembaca untuk menyadari tentang pentingnya mengubah mental passenger menjadi mental driver atau dengan kata lain penulis buku ini mengajak kita untuk bisa mengendalikan diri sendiri.

Nah, salah satu hal terpenting dalam mengubah mental passenger menjadi mental driver dimulai dari perubahan mindset, sikap, dan karakter. Sayangnya, pendidikan di Indonesia lebih mementingkan sisi kognitif daripada sikap dan karakter sehingga manusia hanya menjadi pengikut, bukan sebagai penggerak.

Orang dengan mental passenger cenderung lebih pasif dan tidak memiliki inisiatif. Sementara orang dengan mental driver lebih aktif, dan diilustrasikan sebagai seorang penggerak, mereka memiliki visi yang besar dan tahu bagaimana cara mewujudkannya, meskipun jalan yang akan ditempuh tidak akan selalu mulus.

The Architecture of Love | Di balik Pena

Rhenald Kasali menekankan pada pola pendidikan di Indonesia sendiri, buku ini secara tersirat berangkat dari keprihatinannya mengenai pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan tingkat universitas.

Sebagai seseorang yang bergelut di bidang pendidikan, Rhenald Kasali melihat banyak fenomena terkait pendidikan yang cenderung mempersiapkan mahasiswanya sebagai seorang passenger ketimbang menjadi seorang driver.

Karena tanpa disadari, dunia kampus justru membentuk manusia dengan mental passenger, yaitu mereka sebagai orang-orang pintar namun dengan output sebagai manusia penumpang alias hanya pintar kertas saja.

Mengambil dua perumpamaan untuk menunjukkan bagaimana seorang lulusan universitas menghadapi dunia luar setelah lulus, pertanyaannya setelah lulus apakah mereka akan menjadi driver atau menjadi passenger? Buku ini menggambarkan manusia-manusia dengan karakter driver yang cenderung lebih gesit, cekatan, inisiatif, kreatif, dan bertanggung jawab.

Pada bab awal, Rhenald Kasali mengajak pembaca untuk berpikir tentang mandataris kehidupan, tentang kenapa kita memilih sekolah, kenapa kita sadar terjebak menjadi seseorang dengan mental penumpang, dan beberapa pertanyaan lain yang akan membuat pembaca kembali merenungkan posisi dan tujuan hidup kita.

Buku “Self Driving” terdiri dari 13 bagian dan secara sederhana membahas mengenai beberapa hal berikut: alasan mengapa seorang passenger perlu berubah menjadi seorang good driver, langkah awal yang harus dilakukan seorang passenger agar menjadi seorang driver, karakter yang harus dimiliki oleh seseorang dengan mental driver, dan latihan-latihan yang dapat dilakukan untuk menjadi seorang dengan mental driver.

 

Hal Penting yang Harus Dimiliki oleh Seorang Driver

1. Disiplin Diri

Buku ini mengajak kita untuk melatih dan membangun diri sendiri agar lebih disiplin. Karena hal pertama untuk menjadi seorang driver adalah memiliki tingkat disiplin yang tinggi dengan menjadikannya sebagai gaya hidup dan aturan-aturan yang berlaku untuk diri sendiri.

2. Berani Mengambil Risiko

Menjadi seorang driver tentunya harus berani melangkah dan berinisiatif dengan catatan sudah mengerti bahwa selalu ada risiko di setiap keputusan yang kita ambil. Seseorang yang ingin bertransformasi menjadi seorang driver harus melatih diri dalam menghadapi risiko, karena selalu ada hal-hal baik yang bisa dijadikan pembelajaran dan mengukur kemampuan diri dengan berani mengambil risiko.

3. Menjadi Manusia Unggul (Play to Win)

Banyak cara untuk menjadi seorang pemenang dan menjadi manusia unggul untuk kehidupan kita sendiri. Seseorang dengan mental passenger yang ingin menjadi driver harus menilai diri sendiri positif, siap menerima kekalahan, mengalahkan rasa takut, membangun standar yang tinggi, dan melatih kesabaran.

4. The Power of Simplicity

Untuk menjadi seorang driver, perlu sekiranya melatih agar bisa menjadi manusia yang gesit, sederhana, tidak boros, namun juga tidak bodoh, serta tidak mengandalkan jalan pintas. Banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya perbanyak belajar dan mendalami menyederhanakan sesuatu yang terlihat besar sehingga kita bisa bersahabat dengan hal-hal yang sulit.

5. Berpikir Positif

Berpikir positif menjadi kunci untuk mengubah mental passenger menjadi mental driver. Seorang driver harus memiliki visi dan misi yang panjang, mencurahkan pendapatnya lewat aksi nyata dan memiliki banyak inovasi-inovasi baru. Hal tersebut merupakan latihan dasar yang disarankan dalam buku ini.

6. Berpikir Kritis

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memiliki daya pikir yang kritis. Seperti membaca sebuah perdebatan yang sedang ramai di media sosial, banyak membaca buku, serta banyak menonton film dan iklan yang kemudian dikritisi.

Selain itu, untuk memiliki pikiran yang kritis diperlukan juga sikap terbuka, jujur, berani, memiliki rasa cinta terhadap sesama, menyadari kelemahan sendiri, dan tentunya terbuka untuk menerima kritik dari orang lain.

7. Growth Mindset

Cara ampuh untuk bisa mengembangkan mindset kita adalah dengan eksplorasi pada hal-hal baru, meminta kritik dan masukan dari orang-orang kritis, membiasakan menghadapi hal-hal sulit yang tidak ingin dikerjakan oleh orang lain, serta bergurulah pada mereka yang telah sukses.

Review Buku Self Driving

Pros & Cons

Pros
  • Buku ini membahas tentang pentingnya mengubah mental passenger menjadi mental driver.
  • Banyak hal-hal positif yang ditawarkan buku ini dengan bahasa yang ringan dan cocok dijadikan sebagai pedoman self help terutama dalam bidang kepemimpinan diri sendiri.
Cons
  • Terlalu banyak Box, yaitu cuplikan-cuplikan tulisan Rhenald yang lain atau cerita-cerita yang ada kaitannya dengan buku namun beda latar.

 

Jadi, kamu mau menjadi seorang driver atau passenger? Selalu ada pilihan-pilihan dalam sebuah kehidupan. Istilah passenger diambil karena penumpang biasanya berada dalam kotak yang nyaman dan nyaris enggan beralih dari zona nyaman tersebut, sehingga ia hanya mau mengikuti arah pengemudi itu kemana.

Sementara istilah driver diambil karena seorang pengemudi biasanya dialah yang memiliki kendali dan kuasa penuh untuk melaju dengan cepat, lambat, atau bahkan berhenti. Pengemudi biasanya lebih banyak mengambil risiko dan harus bertanggung jawab dengan kehidupannya.

Buku ini membahas tentang pentingnya untuk mengubah mental passenger tadi menjadi mental driver. Buku ini banyak dijadikan referensi yang bermimpi menjadi seorang pemimpin bijaksana. Karena, sesuai dengan judulnya, buku ini berisi tentang pilihan apakah kamu ingin menjadi seorang penggerak atau hanya mengikuti arus saja?

Dari satu bab ke bab yang lain hingga akhir, pembaca akan disuguhkan perbedaan antara driver dan passenger, Rhenald juga memaparkan tentang bad driver (pengemudi yang baik) dan good passenger (penumpang yang baik). Karena, otak dan daya pikir manusia dapat berubah, jadi tidak perlu khawatir sebab seorang bad passenger bisa saja merubah menjadi good driver.

Buku ini banyak merangkum hal-hal positif yang ditawarkan dengan bahasa yang ringan dan cocok dijadikan sebagai pedoman self help terutama dalam bidang kepemimpinan diri sendiri. “Self Driving” menjadi bacaan wajib bagi para pemimpin yang menginginkan perubahan, para orang tua, guru, dan dosen yang menginginkan perubahan untuk murid, dan siapapun yang ingin menjadi seorang penggerak, bukan hanya sekadar menjadi korban perubahan.

Nah, sobat grameds, jadi kamu memilih untuk menjadi passenger atau menjadi driver, nih? Yuk dapatkan segera buku ini di gramedia.com untuk bisa meniti masa depan yang lebih baik!

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Melani Wulandari

Sumber:

  • https://www.goodreads.com/book/show/23311682-self-driving?ac=1&from_search=true&qid=iTe08DSwGd&rank=1
  • https://pimtar.id/books/self-driving/3345a5620bd84a11590044454?page=1

Rekomendasi Buku Terkait

Teknik Self Counseling: Mengubah Stres Menjadi Bahagia Teori & Praktik

 

Kompleksitas masalah yang menghampiri apabila tidak berbanding lurus dengan kecakapan dalam menyelesaikan masalah yang muncul, maka akan mengakibatkan berbagai hambatan dalam optimalisasi potensi.

Individu yang kurang memiliki kecakapan hidup dalam menyelesaikan masalahnya secara sehat dan positif akan mengalami salah suai (maladjustment) dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Pada akhirnya, terjadilah yang disebut stres.

Rendahnya keterampilan mengelola stres (coping stress) yang terjadi dapat disebabkan oleh kompleksitas permasalahan yang dihadapi seorang individu. Hal ini tercermin dalam cara menghadapi stres dalam perilaku sehari hari, seperti mudah lelah, tidak fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan, tidak ada gairah hidup, menarik diri dari lingkungan, dan lain-lain. Jika hal ini dibiarkan, maka akan sangat dimungkinkan individu melakukan hal yang merusak dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Understand-Inc People 2.0: Cara Menjadi Ambivert dengan Menavigasi 4 Tipe Kepribadian

 

Buku ini akan membantu Anda mengenali diri sendiri dan menghidupkan kembali komunikasi yang penuh makna di era digital yang sangat tidak terduga. Bukan hanya memilih sisi extrovert atau introvert, buku ini membantu menavigasikan diri Anda agar menjadi pribadi yang seimbang (ambivert).

Understand-Inc People 2.0: Cara Menjadi Ambivert dengan Menavigasi 4 Tipe Kepribadian akan membantu Anda bertransformasi menjadi pribadi yang mudah beradaptasi dalam segala situasi, baik di dunia karier, percintaan, bahkan kehidupan yang lebih besar.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy