Sejarah

Peran Indonesia dalam GNB dan Sejarah Terbentuknya GNB

peran Indonesia dalam GNB
Written by Fandy

Peran Indonesia dalam GNB – Apakah Grameds tahu, apa peran Indonesia dalam GNB? Apa sih GNB itu?

GNB atau Gerakan Non Blok merupakan suatu perkumpulan dunia yang di dalamnya berisi negara yang tidak memiliki aliansi atau tidak berpihak dengan kekuatan besar manapun.

Dengan kata lain, Gerakan Non Blok atau GNB adalah perkumpulan negara-negara yang bersikap netral.

Nah, Indonesia rupanya menjadi salah satu pelopor dari gerakan GNB ini lho! Lalu, apa sih peran Indonesia dalam GNB dan bagaimana sejarah GNB? Simak penjelasannya lebih lanjut ya!

Apa Itu GNB?

peran Indonesia dalam GNB

Sumber: Kompas.com

Gerakan Non Blok atau GNB atau Non Aligned Movement (NAM) adalah sebuah gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang memiliki anggota lebih dari 100 negara serta berusaha untuk menjalankan kebijakan luar negerinya dengan cara tidak memihak maupun tidak menganggap negaranya memiliki aliansi dengan Blok Barat maupun Blok Timur.

GNB didirikan pada 1 September 1961 yang dipelopori oleh beberapa tokoh, seperti Soekarno dari Indonesia, Gamal Abdul Nasser dari Mesir, Jawaharlal Nehru dari India, Kwame Nkrumah dari Ghana serta Joseph Broz Tito dari Yugoslavia.

Negara Blok Barat dengan jumlah lebih banyak yaitu delapan negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Prancis, Belgia, Belanda, Kanada, Luxemburg dan Norwegia. Sedangkan negara Blok Timur hanya terdiri dari empat negara, di antaranya ialah Cekoslovakia, Jerman Timur, Rumania serta Uni Soviet.

Untuk mempertahankan kedudukan tiap blok, Blok Barat pun membentuk North Atlantic Treaty Organization atau NATO, sedangkan Blok Timur membentuk Pakta Warsawa.

Tidak hanya itu saja, kedua blok pun terus mencari sekutu untuk menambah pertahanannya di Asia, Afrika hingga Amerika.

Meskipun saat ini kedua blok sudah tidak lagi berperang, akan tetapi perbedaan antara kedua kubu ini terus menjadi bahan permasalahan dalam kehidupan internasional.

Oleh karena itu, menanggapi keadaan yang sewaktu-waktu menjadi panas, negara yang baru mendapatkan kemerdekaan di kawasan Asia Afrik pun akhirnya melakukan diskusi melalui Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diadakan di daerah Bandung, Jawa Barat.

Menurut situs Kemlu RI, Konferensi Asia Afrika tersebut memiliki hubungan erta dengan GNB. pada pertemuan negara anggota KAA di Indonesia pada tahun 1955, kemudian lahirlah kesepakatan yang bernama Dasasila Bandung, dalam kesepakatan tersebut, berisi mengenai prinsip penyelenggaraan kerja sama internasional.

https://www.gramedia.com/products/sma-masmk-mak-klxii-sejarah-indonesia-jl3-k13-rev?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/sma-masmk-mak-klxii-sejarah-indonesia-jl3-k13-rev?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Setelah itu tepat pada 1 hingga 6 September tahun 1961, diadakan kembali Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT I yang diadakan di Boegorg, Yugoslavia. Konferensi tersebut, dihadiri oleh 25 negara termasuk Indonesia.

Melalui konferensi tersebut, lahirlah organisasi negara yang netral atau GNB. oleh karena itu, GNB akhirnya ditetapkan secara resmi berdiri pada tanggal 1 September 1961.

Beberapa negara yang terlibat dalam GNB serta ikut menghadiri KTT I di antaranya ialaha, Aljazair, Afghanistan, Arab Saudi, Sri Lanka, Burma, Kongo, Kamboja, Kuba, Ethiopia, Cyprus, Ghansa, India, Guinea, Indonesia, Lebanon, Irak, Maroko, Mali, Sudan, Somalia, Tunisia, RPA, Yugoslavia, Yaman dan Nepal.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi I tersebut, negara pendiri GNB bersepakata untuk mendirikan gerakan, bukan sebuah organisasi untuk menghindarkan diri dari segala implikasi birokratis dalam membangun upaya kerja di antara tiap negara GNB.

KTT I pun menegaskan bahwa GNB tidak akan diarahkan pada peran pasif dalam politik internasional. Akan tetapi, untuk memformulasikan posisi negara sendiri dengan cara independen yang dapat merefleksikan segala kepentingan negara anggota.

GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sejak awal mula terbentuknya GNB, Indonesia memiliki peran yang sentral, KAA pun menjadi bukti peran dan kontribusi Indonesia dalam mempelopori berdirinya Gerakan Non Blok tersebut.

Secara khusus, presiden Soekarno pun diakui sebagai tokoh penggagas sekaligus pendiri dari GNB. Indonesia menilai bahwa GNB memiliki peran yang cukup penting, sebab prinsip serta tujuan GNB ialah untuk melakukan refleksi dari perjuangan serta tujuan bangsa Indonesia, seperti yang telah tertuang dalam UUD 1945.

Sebelum resmi berdiri, ide mengenai GNB sebenarnya telah ada sejak lima tahun sebelumnya, yaitu pada Konferensi Asia Afrika dan pembicaraan mengenai GNB pun dilanjutkan pada KTT I. pada dasarnya, GNB memiliki lima prinsip, di antaranya ialah sebagai berikut.

  1. Saling menghormati integritas teritorial serta kedaulatan.
  2. Perjanjian non agresi.
  3. Tidak melakukan intervensi urusan dalam negeri dari negara lain.
  4. Kesetaraan serta keuntungan bersama.
  5. Menjaga perdamaian.

Tujuan dari Gerakan Non Blok

Tujuan utama dari Gerakan Non Blok atau GNB ialah untuk mendukung hak untuk dapat menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan serta integritas nasional dari negara-negara anggota.

Selain tujuan utama dari GNB tersebut, ada pula beberapa tujuan lain dari GNB, berikut penjelasannya.

  1. Pertentangan terhadap apartheid.
  2. Tidak memihak pada pakta militer multilateral.
  3. Berjuang untuk menentang segala bentuk serta manifestasi para imperialisme.
  4. Memperjuangkan serta menentang kolonialisme, neokolonialisme, pendudukan, rasisme serta dominasi dari asing.
  5. Pelucutan senjata.
  6. Tidak mencampuri urusan dalam negeri dari negara lain serta hidup berdampingan dengan damai.
  7. Menolak penggunaan maupun ancaman kekuatan dalam hubungan internasional.
  8. Membangun ekonomi sosial serta restrukturisasi sistem perekonomian secara internasional.
  9. Melakukan kerja sama internasional sesuai dengan persamaan hak.
  10. Mengembangkan solidaritas antar negara berkembang guna mencapai kemakmuran, kemerdekaan serta kebersamaan.
  11. Meredakan ketegangan dunia, karena munculnya perseteruan antara dua blok yaitu Blok Barat dan Blok Timur.

Itulah sebelas tujuan dari GNB, meskipun memiliki tujuan yang jelas, akan tetapi GNB sempat kehilangan kredibilitasnya di akhir tahun 1960 an, karena terpecahnya negara-negara anggota yang memutuskan untuk bergabung dengan blok lain.

Gerakan Non Blok sepenuhnya terpecah di akhir tahun 1979, ketika terjadi invasi Soviet pada negara Afghanistan.

Peran Indonesia dalam GNB

peran Indonesia dalam GNB

Sumber: Kompas.com

Sebagai negara pelopor pembentukan GNB, apa peran Indonesia dalam GNB? Indonesia dapat dikatakan memiliki peran yang cukup penting dalam proses terciptanya GNB serta aktivitas dari gerakan tersebut.

Mulai dari langkah Indonesia sebagai negara yang baru merdeka serta keinginan Indonesia untuk meredakan ketegangan dunia karena hadirnya perang dingin, hingga upaya Indonesia dalam melakukan pemeliharaan perdamaian internasional.

Selain sebagai salah satu negara pelopor serta pendiri dari GNB, Indonesia pun memiliki peran yang cukup besar dan penting dalam gerakan tersebut, di antara peran Indonesia dalam GNB ialah sebagai berikut.

1. Indonesia Sebagai Pelopor GNB

Presiden Soekarno pun memiliki peran sebagai tokoh dari pendiri GNB bersama dengan tokoh-tokoh dunia lainnya.

2. Menjadi Tuan Rumah dari KAA serta KTT

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa awal mula tercetusnya ide untuk membentuk GNB ialah berasal dari Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Jawa Barat.

Pada saat itu, ada beberapa negara yang memilih untuk memihak dua blok, serta menyatakan keinginan untuk bersikap netral terhadap kehadiran dua blok tersebut.

Selain KAA, Indonesia pun pernah menjadi tuan rumah untuk KTT GNB yang ke 10 yang diadakan di Jakarta pada tahun 1992 tepatnya pada 1-6 September.

3. Indonesia sebagai Negara Pemimpin GNB

Tidak hanya menjadi tuan rumah saja, Indonesia pun pernah menjadi pemimpin dari Gerakan Non Blok. ketika KTT GNB yang ke 10, Presiden Soekarno ditunjuk sebagai Ketua dari GNB.

4. Indonesia Memiliki Prinsip yang Sama Seperti GNB

Semenjak Indonesia merdeka, Indonesia menentang berbagai macam kejahatan internasional, terutama penjajahan.

Perdamaian tersebut dijunjung serta diaplikasikan dalam politik luar negeri bebas aktif di Indonesia. Politik tersebut ternyata sejalan dengan prinsip yang dibentuk oleh GNB.

5. Indonesia Menjadi Ketua Sekaligus Penyelenggara dari KTT GNB yang ke 10

KTT GNB yang ke 10 berlangsung pada 1-7 September tahun 1992 dan diadakan di Jakarta serta Bogor.

Selain itu, Indonesia pun menjadi perintis dibukanya kembali dialog antara utara serta selatan, yakni dialog yang dapat memperkuat hubungan di antara negara berkembang yaitu pihak selatan terhadap negara-negara maju yaitu pihak utara.

6. Indonesia Menjadi Jajaran Negara Pengundang Pertama dalam KTT GNB

Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah salah satu pendiri dari GNB serta memiliki peran yang cukup besar dalam mengundang sekaligus mengajak negara lainnya untuk bergabung dalam KTT.

7. Indonesia Berperan dalam Meredakan Konflik Internasional

Indonesia memiliki peran dalam meredakan ketegangan yang pernah terjadi di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.

8. Membantu Penyelesaian Masalah Utang Luar Negeri Negara Berkembang

Melalui kedudukan yang dimiliki oleh Indonesia dalam GNB, Indonesia berupaya dalam menyelesaikan masalah utang luar negeri yang dialami oleh negara berkembang dan miskin secara terpadu, berkesinambungan serta secara komprehensif.

9. Mendirikan Pusat Kerjasama Teknik Selatan GNB

Indonesia bekerja sama dengan Brunei Darussalam, bersama-sama mendirikan Pusat Kerjasama Teknik Selatan GNB yang ada di Jakarta guna memperkuat hubungan antar negara anggota GNB. program tersebut memiliki fokus untuk mengentaskan kemiskinan, memajukan usaha kecil serta menengah sekaligus menerapkan teknologi informasi serta komunikasi.

10. Aktif Mengupayakan Perdamaian Dunia

Indonesia secara aktif mengupayakan perdamaian dunia. Dalam KTT 10 GNB, lahirlah Jakarta Message atau Pesan Jakarta. Sejumlah pokok dari Pesan Jakarta di antara lain ialah mendukung Palestina, meminta diskriminasi rasial yang terjadi di Afrika Selatan diakhiri serta menolah adanya penggunaan senjata nuklir.

Selain memiliki peran dalam terbentuknya serta terlaksananya GNB, Indonesia juga memiliki peran lainnya dalam perdamaian dunia. Berikut penjelasannya.

Peran Indonesia dalam Perdamaian Dunia

Gerakan Non Blok atau GNB merupakan salah satu gerakan yang dibentuk dan dipelopori oleh Indonesia demi terbentuknya perdamaian dunia serta meredanya perang dingin dan ketegangan antara dua blok.

Selain GNB, bangsa Indonesia pun memiliki peran lain dalam mewujudkan perdamaian dunia. Berikut penjelasannya.

https://www.gramedia.com/products/z1-smamasmkmak-klxii-sejarah-indonesia-k13-rev2018?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/z1-smamasmkmak-klxii-sejarah-indonesia-k13-rev2018?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

1. Konferensi Asia Afrika (KAA)

Indonesia memiliki kontribusi pada KAA. Pada Konferensi Asia Afrika tersebut, Indonesia menjadi salah satu pionir terselenggaranya KAA.

Tujuan KAA diadakan ialah untuk mempersatukan negara-negara di kawasan Asia Afrika yang saat itu baru saja merdeka. Selain itu, KAA juga dapat meningkatkan kerja sama di antara negara serta menentang segala bentuk penjajahan.

Konferensi ini digagas oleh Menteri Luar Negeri RI saat itu, yaitu Ali Sastroamidjojo serta keempat tokoh lainnya, di antaranya ialah India, Bangladesh, Pakistan serta Myanmar yang kemudian disusul oleh 24 negara-negara di kawasan Asia Afrika lainnya.

Hasil dari KAA ialah Basic Paper on Racial Discrimination, Declaration on the Promotion of World Peace and Co operation, Basic Paper on Radio Activity.

2. Kontingen Garuda

Selain KAA yang kemudian akan menjadi cikal bakal dari GNB, Indonesia pun memiliki peran dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui kontingen Garuda.

Kontingen Garuda merupakan pasukan perdamaian dan anggotanya ialah militer Indonesia. Para Kontingen Garuda ini memiliki tugas yang ada di bawah pimpinan PBB.

Kontingen Garuda melaksanakan misi pertamanya di tahun 1957 dan hingga saat ini, Kontingen Garuda masih terus aktif dalam menjalankan beragam misi perdamaian.

Beberapa negara yang telah menjadi tujuan pada misi Kontingen Garuda di antaranya ialah negara-negara yang berada di Timur Tengah, contohnya Lebanon, Mesir, Irak dan Palestina.

Lalu, ada pula beberapa negara di ASEAN yang menjadi tujuan misi Kontingen Garuda, seperti Vietnam, Kamboja dan Filipina. Negara di Eropa Timur pun tidak ketinggalan menjadi tujuan dari misi kontingen, beberapa di antaranya ialah Bosnia dan Georgia.

3. Sengketa yang Terjadi di Laut China Selatan

Kawasan Laut China Selatan adalah kawasan strategis yang memiliki perbatasan dengan Brunei, Indonesia, Filiphina, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Republik Rakyat Tiongkok.

Ada beberapa bagian dari Laut China Selatan yang mengalami tumpang tindih yuridiksi di antara negara claimant, sehingga bagian tersebut pun membuat potensi konflik yang cukup tinggi.

Istilah dari claimant states sendiri mengacu pada negara yang mengklaim kepemilikan atas pula ataupun beberapa pulai.

Indonesia memiliki peran yang cukup besar dalam perdamaian di Laut China Selatan melalui Declaration of Conduct atau DOC.

Indonesia menginginkan negara yang memiliki keterlibatan untuk merumuskan Code of Conduct yang berisi mengenai kesepakatan bersama serta mengatur apa yang boleh maupun tidak boleh dilakukan di wilayah yang mengalami persengketaan.

4. Membentuk ASEAN

Indonesia serta Malaysia sempat mengalami konflik, akan tetapi pada akhirnya keduanya saling berdamai.

Kedua negara ini, bersama-sama dengan negara lain yang berada di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, dan Singapura merasa perlu menciptakan perdamaian di antara negara yang berada di kawasan Asia Tenggara.

Oleh karena itu, pada tahun 1967 ASEAN pun dibentuk. Tujuan dari terbentuknya ASEAN ialah untuk memperkuat hubungan sosial, politik, ekonomi serta keamanan di Asia Tenggara.

5. Deklarasi Djuanda

Deklarasi Djuanda ini dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan dari pimpinan Departemen Pertahanan Keamanan RI pada tahun 1956. Saat itu ia merasa bahwa hukum laut Indonesia tidak menguntungkan bagi kepentingan wilayah Indonesia.

Akhirnya, melalui Deklarasi Djuanda dinyatakan lah bahwa laut teritorial Indonesia memiliki jarak 12 mil laut diukur melalui garis dasar yang menghubungkan antara titik terluar dari pulau terluar.

Deklarasi Djuanda pun akhirnya dikukuhkan melalui UU No.4/PRP Tahun 1960 serta melahirkan konsep berupa wawasan nusantara.

Agar diakui oleh negara lainnya, maka deklarasi ini juga turut diperjuangkan dalam berbagai forum internasional melalui Konvensi Hukum Laut atau United Nations Convention On The Law of The Sea atau UNCLOS yang diadakan oleh PBB.

Setelah diperjuangkan agar diakui secara internasional, Deklarasi Djuanda baru diterima oleh dunia internasional pada tahun 1982 melalui Konvensi Hukum Laut PBB yang ketiga yang diadakan di Montego Bay, Jamaika.

Berdasarkan hasil konvensi tersebut, Indonesia akhirnya diakui sebagai negara yang memiliki asas Negara Kepulauan.

https://www.gramedia.com/products/sejarah-singkat-diponegoro?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/sejarah-singkat-diponegoro?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Itulah penjelasan mengenai peran Indonesia dalam GNB. Apabila Grameds ingin buku-buku terkait sejarah Indonesia dalam memperjuangkan perdamaian, kamu bisa mendapatkannya di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia menyediakan beragam buku bermanfaat dan original untuk Grameds.

Penulis: Khansa

Baca juga:

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.