Sastra

Hakikat Bahasa: Sifat, Fungsi, dan Keistimewaan Bahasa Sebagai Alat Komunikasi Manusia

Written by Rahma Fiska

Hakikat BahasaGrameds pasti sudah tahu jika keberadaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari ini merupakan hal paling penting karena berperan sebagai alat komunikasi dan alat interaksi dengan manusia lain. Meskipun di dunia ini, jumlah bahasa sangatlah banyak dan beragam, bahkan di suatu wilayah tertentu saja dapat memuat adanya ratusan hingga ribuan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat banyak.

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka akan berkembang pula disiplin ilmu yang mengkaji bahasa secara internal maupun eksternal. Kajian ilmu yang mengkaji bahasa secara internal disebut dengan linguistik yang membahas tentang struktur dari bahasa itu sendiri, baik dari segi struktur fonologis, struktur morfologi, hingga struktur sintaksisnya. Apabila secara eksternal, kajian ilmu yang mengkaji mengenai bahasa disebut dengan sosiolinguistik, membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemakaian bahasa oleh penuturnya (manusia) dalam suatu kelompok sosial di masyarakat.

Lalu, apa sih hakikat atau pengertian dari bahasa itu? Bagaimana keberadaan bahasa di dalam suatu masyarakat dapat berjalan hingga akhirnya menjadi sebuah alat komunikasi yang dimengerti oleh para anggota masyarakatnya?

Nah, supaya Grameds tidak bingung akan hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://www.pexels.com/

Hakikat Bahasa

Pada dasarnya, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen dengan pola yang tetap dan dapat memiliki beberapa kaidah di dalamnya. Atas adanya pernyataan tentang bahasa adalah sebuah sistem yang memiliki pola tertentu, maka jelas dalam suatu bahasa akan terdapat adanya subsistem di dalamnya. Subsistem ini mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Menurut Keraf (2001) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kembali pada konsep individu yang hidup di tengah masyarakat sebagai makhluk sosial, maka tentu saja membutuhkan adanya kemampuan komunikasi bahasa dengan sesama individu supaya sifat sosial tersebut dapat terlaksana. Kemudian, menurut Chaer (2009), berpendapat bahwa bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu. Beberapa pakar linguistik lainnya juga menyatakan bahwa bahasa “berjalan” sebagai suatu sistem lambang yang bersifat arbitrer.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan mengenai hakikat bahasa, yakni sebuah alat komunikasi verbal yang digunakan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mempunyai sistem dengan pola tertentu. 

Beli Buku di Gramedia

Sifat-Sifat Bahasa

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa bahasa itu bersifat arbitrer. Padahal sebenarnya, ada suatu bahasa itu mempunyai sifat-sifat lain selain sifat arbitrer tersebut. Sifat-sifat itulah yang membangun bahasa menjadi sebuah sistem yang berpola. Nah, berikut adalah penjelasan dari sifat-sifat bahasa yang ada.

1. Bahasa Sebagai Sistem

Grameds pasti sudah memahami bahwa ‘sistem’ itu berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Begitu pula dengan bahasa, yang memiliki sistem tertentu di dalamnya. Komponen-komponen yang terdapat di dalam suatu sistem bahasa harus tersusun secara teratur supaya dapat dimengerti oleh penutur dan lawan penuturnya.

Dalam Bahasa Indonesia, komponen-komponen tersebut berupa Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), dan Keterangan (K). Untuk mempelajari mengenai komponen-komponen yang mengatur suatu bahasa dapat ditemukan dalam disiplin ilmu morfologi.

2. Bahasa Merupakan Lambang

Seperti yang sudah dituliskan bahwa bahasa itu merupakan sistem, maka dalam sifat ini adalah berupa lambang-lambang yang berbentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang tersebut berwujud bunyi yang biasanya disebut sebagai bunyi bahasa. Setiap lambang dari bahasa dapat melambangkan sesuatu yang nantinya disebut dengan makna atau konsep.

Misalnya, kamu membaca sebuah kata [kambing], pasti kamu membayangkan sebuah makna atau konsep mengenai ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki suara mengembik dan sering dijadikan sebagai makanan sate’.

Semua lambang bunyi yang memiliki atau menyatakan suatu makna atau konsep maka dapat disebut sebagai lambang ujaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam Bahasa Indonesia ini, satuan bunyi seperti [kabel], [cermin], dan [kapas] itu adalah wujud nyata dari lambang ujaran karena memiliki makna. Sementara itu, satuan bunyi seperti [akud], [ea], dan [ajem] bukanlah lambang ujaran sebab tidak memiliki makna yang pasti.

3. Bahasa Bersifat Arbitrer

Bahasa bersifat arbitrer artinya ‘mana suka’, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak wajib, bisa berubah sewaktu-waktu, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi tersebut dapat “mengonsepi” makna tertentu.

Misalnya, lambang bunyi [kerbau] biasanya digunakan untuk konsep atau makna ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki tanduk dan biasa digunakan untuk membajak sawah], ternyata tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Andaikata, kamu hendak menyebutnya sebagai [kebo], [buffalo], atau [banteng] itu sah-sah saja. Hal tersebut dapat dilihat pada banyaknya lambang bunyi yang memiliki padanan kata untuk suatu makna atau konsep yang sama.

4. Bahasa Bersifat Konvensional

Dalam hal ini, setiap penutur suatu bahasa (manusia) harus mematuhi adanya hubungan antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya. Apabila sang penutur suatu bahasa tidak memahami hubungan tersebut, maka besar kemungkinan komunikasi yang tengah dijalinnya akan terhambat.

Contohnya, untuk menyebut ‘kaca bening yang menampilkan bayangan’ kamu dapat menggunakan lambang bunyi [cermin]. Apabila terdapat seseorang yang seenaknya mengganti lambang bunyi menjadi [mincer], [nimrec], atau [recnim], tentu saja akan menghambat komunikasi dengan individu lain.

Beli Buku di Gramedia

5. Bahasa Bersifat Produktif

Apakah Grameds menyadari bahwa bahasa itu sangat produktif yang dapat berkembang dalam jumlah yang tidak terbatas. Yap, sejalan dengan sifat bahasa yang dinamis, satuan-satuan ujaran bahasa itu memiliki jumlah yang hampir tidak terbatas. Contohnya, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia saja ternyata memuat kurang lebih sekitar 23.000 buah kata, yang mana kata-kata tersebut dapat pula dibuat menjadi banyak kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.

6. Bahasa Bersifat Dinamis

Dalam hal ini, maksudnya adalah bahasa itu tidak akan terlepas dari adanya kemungkinan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu. Apalagi bahasa itu berkembang mengikuti perkembangan budaya zaman, yang mana dua hal tersebut tentu tidak akan berhenti dan ajeg begitu saja, melainkan akan berkembang secara terus-menerus. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi pada semua tataran bahasa, mulai dari fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, hingga leksikon.

Tataran bahasa yang paling jelas kedinamisannya adalah pada leksikon. Pada setiap waktu tertentu, akan ada kosakata baru yang muncul, kemudian kosakata lama akan tenggelam tidak digunakan lagi, atau bahkan sebaliknya. Contohnya adalah kata “perigi”, “kempa”, dan “centang-perenang” nyatanya pada zaman sekarang ini sudah tidak dipakai oleh penutur bahasa. Sementara kata-kata seperti “riset”, “konklusi”, dan “pandemi” yang dulu tidak terlalu dikenal, saat ini sudah biasa dipergunakan.

7. Bahasa Itu Beragam

Dalam hal ini, meskipun bahasa itu mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi apabila disampaikan oleh penutur yang heterogen yang memiliki latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa dapat menjadi beragam. Beragam ini dapat dilihat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan leksikon.

Misalnya, Bahasa Jawa pada dasarnya mempunyai kaidah atau pola yang sama, tetapi apabila dituturkan oleh masyarakat di Surabaya dan di Pekalongan, tentu saja akan “terlihat” berbeda.

8. Bahasa Bersifat Manusiawi

Dalam hal bahasa yang bersifat manusiawi ini berarti bahwa bahasa adalah sebagai alat komunikasi verbal yang hanya dimiliki dan dituturkan oleh manusia saja, sementara hewan dan tumbuhan tidak dapat melakukannya. Meskipun hewan dapat berkomunikasi, tetapi tidak serta-merta menggunakan bahasa manusia ini, melainkan menggunakan bunyi atau gerak isyarat terhadap sesama hewan.

Beli Buku di Gramedia

Fungsi-Fungsi Bahasa

Dalam disiplin ilmu sosiolinguistik, fungsi-fungsi bahasa ini mengacu pada sudut pandang penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraannya.

Dilihat dalam sudut pandang penuturnya, maka bahasa dapat berfungsi sebagai personal atau pribadi. Maksudnya adalah si penutur dapat menyatakan sikap bergantung pada ujaran apa yang hendak dituturkan. Si penutur tidak hanya mengungkapkan emosinya lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi tersebut ketika menyampaikan ujarannya. Dalam hal ini, pihak lawan bicara atau pendengar dapat menduga apakah si penutur tengah berada dalam emosi sedih, marah, atau bahagia berdasarkan ujarannya.

Dilihat dalam sudut pandang pendengar atau lawan bicara, maka bahasa dapat berfungsi direktif, yakni mengatur tingkah laku pendengarnya. Maksudnya, bahasa itu dapat membuat si pendengar bersedia melakukan sesuatu atau kegiatan yang sesuai dengan kemauan si pembicara. Hal tersebut dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.

Dilihat dalam sudut pandang kontak antara penutur dengan pendengar, maka bahasa berfungsi fatik atau interactional. Maksudnya, fungsi ini menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas sosial antara penutur dengan pendengar. Ungkapan-ungkapan yang biasa digunakan dalam hal ini adalah seperti ketika tengah berjumpa, pamit, membicarakan cuaca, atau menanyakan keadaan anggota keluarga lain.

Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa bersifat referensial atau informatif. Yakni, bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang tengah terjadi di sekeliling penutur atau yang ada di dalam budaya pada umumnya.

Dilihat dari segi kode yang yang digunakan, maka bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa tersebut digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Memang agak aneh ya Grameds, tetapi nyatanya bahasa dapat digunakan untuk membicarakan berbagai bidang masalah yang ada di kehidupan manusia, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hukum, hingga pertanian.

Dilihat dari segi amanat, maka bahasa berfungsi imaginatif. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, baik yang secara sebenarnya maupun hanya khayalan atau rekaan saja. Fungsi imaginatif ini biasanya berupa karya sastra, misalnya puisi, cerita, dongeng, lelucon, pantun, dan lain-lain.

Beli Buku di Gramedia

Keistimewaan Bahasa Manusia

Dalam sifat-sifat bahasa, disebutkan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi, yang mana hanya digunakan oleh manusia saja, sementara hewan tidak. Setidaknya ada tiga ahli linguistik yang membahas akan hal ini, yakni Hockett, Mc Neill, dan Chomsky. Berikut adalah beberapa kelebihan atau keistimewaan bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan alat komunikasi di dunia hewan.

  • Bahasa itu menggunakan jalur vokal auditif. Dalam hal ini, meskipun banyak hewan yang menggunakan sistem komunikasi berupa suara, seperti jangkrik, katak, atau hewan. Namun, dalam penggunaan bahasa sebagai sistem komunikasi, hewan-hewan tersebut tidak memiliki lima belas ciri lain yang tidak seperti manusia.
  • Bahasa dapat tersiar ke segala arah, tetapi penerimaannya terarah. Maksudnya, bunyi bahasa yang diucapkan oleh si penutur dapat didengarkan oleh semua arah karena pada dasarnya bunyi itu merambat melalui suara, tetapi hanya penerima saja yang dapat mengetahui secara tepat bunyi bahasa tersebut secara konteks yang jelas.
  • Lambang bunyi yang berupa bunyi itu cepat hilang setelah diucapkan. Hal ini berbeda dengan tanda atau lambang lainnya yang mana memiliki bekas, misalnya bekas kaki tapak hewan atau patung kepahlawanan. Maka dari itu, sejak zaman dahulu hingga sekarang ini, manusia banyak yang “merekamnya” dalam bentuk tulisan atau audio.
  • Partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi. Artinya, seorang penutur dapat menjadi seorang pengirim lambang dan sebaliknya. Berbeda dengan hewan, khususnya hewan jangkrik yang mana hanya jangkrik jantan saja yang dapat mengeluarkan bunyi, sementara jangkrik betina hanya dapat mendengar dan mengerti akan bunyi tersebut.
  • Lambang bahasa dapat menjadi umpan balik yang lengkap. Artinya, penutur dapat mendengar sendiri lambang bahasa yang dituturkan. Berbeda dengan komunikasi di dunia hewan, khususnya hewan lebah yang menggunakan tarian lebah untuk berkomunikasi, tetapi si pengirim informasi tidak dapat melihat bagian-bagian penting dari tariannya.
  • Komunikasi bahasa mempunyai spesialisasi. Maksudnya, manusia dapat berbicara tanpa harus mengeluarkan gerakan fisik yang mendukung proses komunikasi tersebut. Bahkan, manusia juga dapat berbicara sambil mengerjakan suatu kegiatan yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik pembicaraan.
  • Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bahasa adalah bermakna atau merujuk pada hal-hal tertentu. Misalnya, apabila terdapat kalimat Kirino menendang bola, maka kalimat tersebut berarti ada seorang manusia bernama Kirino yang tengah melakukan perbuatan berupa menendang sebuah objek bulat yang disebut dengan bola.
  • Hubungan antara lambang bahasa dengan maknanya bukan ditentukan oleh adanya suatu ikatan antara keduanya, tetapi ditentukan oleh suatu persetujuan di antara para penutur suatu bahasa (masyarakat). Hal ini berhubungan dengan sifat bahasa yakni arbitrer atau mana suka.
  • Bahasa sebagai alat komunikasi yang dapat dipisahkan menjadi unit satuan-satuan tertentu, yakni fonem, morfem, kata, kalimat, dan sebagainya. Berbeda dengan alat komunikasi pada makhluk lain (tumbuhan dan hewan) yang mana tidak dapat dipisah-pisahkan.

Beli Buku di Gramedia

  • Rujukan atau konteks yang tengah dibicarakan dalam bahasa itu tidak harus selalu ada pada tempat dan waktu terkini. Manusia sebagai penutur juga dapat menggunakan bahasa untuk membicarakan sesuatu yang telah lalu, yang akan datang, yang tengah terjadi, atau berada di tempat yang jauh sekalipun.
  • Bahasa bersifat terbuka. Maksudnya adalah lambang-lambang ujaran baru dapat dibuat sesuai dengan keperluan manusia. Berbeda dengan alat komunikasi pada dunia hewan, khususnya simpanse. Hewan simpanse berkomunikasi dengan teriakan yang bersifat tertutup, sebab apa yang diteriakkan oleh simpanse itu sudah tertentu dan tidak dapat ditambah lagi variasinya.
  • Kepandaian dan kemahiran untuk menguasai aturan-aturan dan kebiasaan berbahasa manusia hanya diperoleh melalui proses belajar, bukan melalui gen yang dibawa sejak lahir. Berbeda dengan alat komunikasi hewan yang kebanyakan adalah bawaan dari lahir.
  • Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan hal yang benar, yang salah, atau hal yang tidak bermakna secara logika. Dengan kata lain, bahasa sebagai alat komunikasi manusia ini juga dapat digunakan untuk berbohong, sementara hewan dan tumbuhan jelas tidak bisa.
  • Bahasa memiliki dua subsistem, yakni subsistem bunyi dan subsistem makna, yang memungkinkan bahasa tersebut memiliki ekonomis fungsi. Hal ini terjadi karena adanya bermacam-macam unit bunyi.
  • Bahasa dapat digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Sementara alat komunikasi dari hewan tidak dapat digunakan untuk membicarakan komunikasi dari hewan itu sendiri.

Beli Buku di Gramedia

Nah, itulah ulasan mengenai hakikat bahasa beserta keistimewaan dari sebuah bahasa sebagai alat komunikasi manusia dalam upayanya menjadi makhluk sosial di kehidupan bermasyarakat.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

 

Sumber:

Chaer, Abdul. (2010). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Baca Juga!

About the author

Rahma Fiska

Saya fiska sangat senang dengan dunia menulis. Saya juga sudah menghasilkan beberapa tulisan, salah satunya pada website gramedia.com. Saya senang menulis tentang sastra