Sejarah

Memahami Sejarah dan Letak Kerajaan Mataram Kuno

Written by Fandy

Letak Kerajaan Mataram Kuno – Mungkin di sini ada di antara Grameds yang tidak begitu menyukai pelajaran sejarah. Biasanya, beberapa alasan mengapa siswa tidak suka mata pelajaran ini tidak jauh dari materi pelajarannya yang membosankan ditambah dengan cara guru menjelaskan yang kurang mengasyikan.

Wajar jika ada di antara kalian yang tidak begitu tertarik mempelajari sejarah. Namun, jangan sampai Grameds berpikir kalau mempelajari sejarah, khususnya sejarah Indonesia, itu tidak memiliki manfaat. Perlu kalian ketahui kalau banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan setelah mempelajari sejarah Indonesia.

Indonesia adalah negara yang kaya akan suku dan budaya. Hal ini juga tidak lepas dari sejarah bangsa yang dimulai dari banyaknya kerajaan dari berbagai macam corak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Kalian bisa menyimpulkan kalau mempelajari hal ini dapat membantu kalian memahami kultur dan budaya Indonesia secara keseluruhan.

Untuk itu, pada artikel kali ini, Grameds akan mencoba mempelajari salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Mataram Kuno. Kalian akan mempelajari berbagai macam hal seperti sejarah dan lokasi Kerajaan Mataram Kuno, runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno dan siapa saja pemimpin kerajaan ini.

Semoga saja, selain artikel ini bisa memberikan informasi yang Grameds butuhkan, artikel ini juga bisa membuka mata kalian mengenai pentingnya pelajaran mengenai sejarah serta membuktikan kalau banyak peristiwa sejarah Indonesia yang perlu kalian pelajari.

Sejarah dan Letak Kerajaan Mataram Kuno

pixabay

Kita akan mengawali dari informasi dasar terkait Kerajaan Mataram Kuno, sebelum mendalami hal-hal penting terkait kerajaan ini. Pada dasarnya, Kerajaan Mataram Kuno adalah kerajaan dengan corak Hindu dan corak Buddha yang berkembang mulai dari abad ke-8 sampai dengan abad ke-11.

Letak Kerajaan Mataram Kuno berada di Jawa Tengah sebelum akhirnya berpindah ke Jawa Timur. Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Raja Sanjaya, dan tahtanya dilanjutkan sejumlah dinasti Syailendra dan dinasti Isyana setelah meninggalnya sang pendiri kerajaan.

Kata “Mataram” sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta “Matr” yang memiliki arti sebagai “ibu”. Banyak sejarawan yang mendeskripsikannya Kerajaan Mataram Kuno sebagai bentuk personifikasi sosok ibu yang melambangkan kehidupan, alam dan lingkungan.

Selain terkenal dengan nama “Mataram Kuno”, kerajaan ini juga banyak disebut dengan istilah “Medang” oleh penduduk Jawa. Istilah Medang ini muncul dari berbagai prasasti yang ditemukan di berbagai lokasi di sekitar Jawa Tengah dan juga di Jawa Timur.

Setelah ditelaah, Kata Medang tersebut rupanya mengacu kepada sebuah keraton bernama keraton Medang yang terletak di wilayah Kerajaan Mataram. Etimologi atau asal-muasal nama “Medang” diperkirakan berasal dari nama pohon “medang”, pohon yang berasal dari wilayah tersebut yang dikenal keras dan kokoh.

Banyak pengamat sejarah mengatakan kalau perekonomian Kerajaan Mataram Kuno sangat bergantung pada pertanian, khususnya pertanian padi. Kerajaan Mataram Kuno juga mendapat keuntungan dari perdagangan maritim ke sejumlah kerajaan dari negara lain.

Selain itu, menurut sumber-sumber asing dan temuan arkeologi, Kerajaan Mataram Kuno diduga memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tidak sedikit dari mereka berkehidupan cukup makmur. Kerajaan ini ditelisik mengembangkan masyarakat yang memiliki kepribadian dan kebudayaan kompleks.

Ini menjadi alasan di balik tingkat kecanggihan yang dimiliki oleh Kerajaan Mataram Kuno dibandingkan kerajaan lainnya dan peradaban mereka yang halus. Memasuki akhir abad ke-8, kerajaan ini menyaksikan berkembangnya seni dan arsitektur klasik Jawa yang tercermin dalam pesatnya pembangunan candi.

Keberadaan candi-candi ini bertebaran di sejumlah lokasi yang menjadi “jantung” dari Kerajaan Mataram Kuno. Lalu, candi-candi yang dimaksud di sini bukanlah candi tanpa nama. Grameds mungkin sudah mengetahui nama-nama candi yang dibangun oleh kerajaan ini.

Beberapa candi paling terkenal yang dibangun di Mataram adalah Candi Kalasan, Candi Sewu, bahkan Candi Borobudur dan Candi Prambanan, semuanya cukup dekat dengan kota Yogyakarta. Semua candi tersebut diketahui dibangun pada era Kerajaan Mataram Kuno.

Pada puncaknya, Kerajaan Mataram Kuno telah menjadi kerajaan yang dominan. Mereka memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah dan cukup ditakuti tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi juga di Pulau Sumatera, Pulau Bali dan bahkan negara-negara lain seperti Thailand, India, Filipina, Kamboja.

Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno

pixabay

Kerajaan Mataram Kuno mengalami periode yang amat luar biasa pada masa kejayaan mereka. Meskipun sempat berpindah lokasi karena invasi dari luar pada abad ke-10, tetapi mereka tetap bisa melanjutkan hidup dengan damai meskipun harus pindah dari Jawa Tengah menuju Jawa Timur.

Meskipun demikian, pada akhirnya Kerajaan Mataram Kuno yang begitu digdaya di masanya, mengalami keruntuhannya. Alasan di balik runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno pada dasarnya disebabkan karena peperangan yang mereka lakukan melawan Kerajaan Sriwijaya.

Perlu Grameds ketahui bahwa di masa itu, terdapat kerajaan bercorak Budha yang juga dikenal atas kedigdayaan mereka dan terletak di Sumatera Selatan, tepatnya di sekitar Kota Palembang. Kerajaan yang dimaksud di sini tidak lain dan tidak bukan, Kerajaan Sriwijaya.

Pada akhir abad ke-10, diduga persaingan antara Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan  Mataram Kuno Jawa menjadi lebih panas dari sebelumnya. Beberapa ahli bahkan menduga kalau kedua kerajaan ini bermusuhan satu sama lain. Terdapat sejumlah alasan di balik permusuhan kedua kerajaan besar ini.

Salah satu alasan permusuhan itu diduga disebabkan oleh upaya Kerajaan Sriwijaya untuk merebut kembali tanah Syailendra di Jawa. Ada juga dugaan kalau Kerajaan Mataram Kuno menantang dominasi Kerajaan Sriwijaya untuk membuktikan kedigdayaan mereka.

Pada tahun 990, Dharmawangsa, Raja Kerajaan Mataram pada masa itu, melancarkan invasi angkatan laut terhadap Sriwijaya dalam upaya merebut Palembang. Bukti invasi Jawa ke Sriwijaya tercatat dalam catatan sejarah orang Tionghoa pada periode Song.

Di masa itu, seorang utusan dari Sriwijaya dikirim ke pengadilan Tiongkok di Guangzhou pada tahun 988. Setelah singgah selama kurang lebih dua tahun di Tiongkok, utusan tersebut mengetahui bahwa negaranya telah diserang oleh Jawa sehingga membuatnya tidak dapat kembali ke rumah.

Penyerangan Raja Dharmawangsa ke Kerajaan Sriwijaya membuat Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa mencari perlindungan dari Tiongkok. Saat itu, Sri Cudamani Warmadewa merupakan sosok penguasa yang cakap, cerdik, serta mempunyai keterampilan berdiplomasi.

Kecerdikan dan kemampuan yang dimiliki Sang Maharaja membuat dirinya bisa mendapatkan napas lebih jauh. Di tengah krisis yang disebabkan oleh invasi Kerajaan Mataram Kuno, Sri Cudamani Warmadewa mendapatkan dukungan politik Tiongkok dengan menenangkan Kaisar Tiongkok.

Penyerangan Raja Dharmawangsa melawan Sriwijaya pada tahun 990-an ternyata tidak banyak berpengaruh terhadap kedaulatan dan kedigdayaan Kerajaan Sriwijaya. Dan pada akhirnya, Kerajaan Sriwijaya berhasil mengusir invasi dan mendapatkan kembali kendali atas kerajaannya sekitar tahun 1003.

Justru, Kerajaan Sriwijaya-lah yang malah bisa melancarkan serangan ke Kerajaan Mataram Kuno. Lalu, penyerangan Kerajaan Sriwijaya menuju Kerajaan Mataram Kuno tidak seperti yang Grameds bayangkan. Ini dikarenakan penyerangan ini diawali dari kudeta anggota Kerajaan Mataram Kuno.

Haji Wurawari, salah seorang pemimpin di wilayah Kerajaan Mataram Kuno, memberontak terhadap atasannya. Dia melancarkan invasi dari Lwaram, menyerang dan menghancurkan Istana di Mataram. Peristiwa ini berakhir dengan tewasnya Raja Dharmawangsa dan sebagian besar keluarga kerajaan.

Dengan kematian Raja Dharmawangsa dan jatuhnya ibu kota, di bawah tekanan militer dari Hani Wurawari, Kerajaan Mataram Kuno yang dikenal atas kedigdayaannya dan kemakmuran dari masa lampau, akhirnya runtuh dan jatuh ke dalam kekacauan.

Ditambah lagi ketiadaan penguasa tertinggi Mataram, para panglima perang di banyak provinsi daerah dan pemukiman di Jawa Tengah dan Jawa Timur memberontak, ingin melepaskan diri dari pemerintah Mataram pusat dan membentuk pemerintahan sendiri melayani dinasti lokal.

Daftar Pemimpin Kerajaan Mataram Kuno

grid.id

Bagaimana, Grameds? Setelah membaca penjelasan yang cukup mendetail mengenai Kerajaan Mataram Kuno, terdapat banyak sekali pelajaran yang bisa kalian petik dari kisah kedigdayaan kerajaan tersebut, baik itu dari segi moral, segi historis dan segi budaya.

Dari Kerajaan Mataram Kuno, kalian bisa melihat bagaimana kehidupan masyarakat di masa tersebut. Meskipun mengandalkan bertani dan bercocok tanam, tetapi mereka bisa tetap hidup dan makmur dari kegiatan tersebut. Ini menjadi bukti kuat di balik julukan Indonesia sebagai negara agraris.

Banyaknya candi-candi di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur juga menjadi peninggalan penting Kerajaan Mataram Kuno untuk masyarakat Indonesia dan juga menjadi bukti nyata penyebaran Agama Buddha dan Agama Hindu di Indonesia pada masa itu.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang bisa Grameds temukan pada eksistensi Kerajaan Mataram Kuno. Pada sesi terakhir ini, kita akan mencoba membahas para pemimpin Kerajaan Mataram Kuno dari masa ke masa sebelum akhirnya runtuh karena kudeta.

Diketahui setidaknya 20 pemimpin Kerajaan Mataram Kuno dari masa ke masa. Membahas satu per satu pencapaian dan kehidupan para pemimpin ini akan memakan waktu yang tidak sedikit. Jadi, kalian akan membaca nama pemimpin tersebut, periode kepemimpinan dan bukti bahwa sosok ini pernah menduduki tahta tertinggi Kerajaan Mataram Kuno.

 

Nama Raja/Pemimpin Periode Kepemimpinan Catatan Kepemimpinan
Sanjaya 716 M – 746 M Tercatat dalam Prasasti Canggal (732), Prasasti Mantyasih (907) dan Prasasti Taji Gunung (910)
Dyah Pancapana 746 M – 784 M Tercatat dalam Prasasti Kalasan (778), Prasasti Kelurak (782), Prasasti Abhayagiri (792), Prasasti Mantyasih (907), dan Prasasti Wanua Tengah (908)
Rakai Panaraban 784 M – 803 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Manara 803 M – 827 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Gula 827 M – 829 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Rakai Garuŋ 829 M – 847 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Saladu 847 M – 855 M Tercatat dalam Prasasti Shivagrha (856), Prasasti Mantyasih (907), dan Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Lokapala 855 M – 885 M Tercatat dalam Prasasti Shivagrha (856), Prasasti Salingsingan (880), Prasasti Wuatan Tija (880), Prasasti Ngabean (882), Prasasti Mantyasih (907), dan Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Tagwas 885 M – 885 M Tercatat dalam Prasasti Er Hangat (888) dan Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Dewendra 885 M – 887 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Bhadra 887 M – 887 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Jbang 894 M – 898 M Tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah (908)
Dyah Balitung 898 M – 908 M Tercatat dalam Prasasti Ayam Teas (900), Prasasti Taji (901), Prasasti Watukura (902), Prasasti Telang (904), Prasasti Kubu (905), Prasasti Poh (905), Prasasti Rukam (907), Prasasti Mantyasih (907), Prasasti Wanua Tengah (908) dan Prasasti Kaladi (909)
Dyah Daksottama 908 M – 919 M Tercatat dalam Prasasti Panggumulan (902), Prasasti Rumwiga (905), Prasasti Palepangan (906), Prasasti Tulangan (910) dan Prasasti Tihang (914)
Dyah Tulodhong 919 M – 924 M Tercatat dalam Prasasti Sukabumi (804) dan Prasasti Lintakan (919)
Dyah Wawa 924 M – 929 M Tercatat dalam Prasasti Sukabumi (927), Prasasti Sangguran (928) dan Prasasti Wulakan (928)
Dyah Sindok 929 M – 947 M Tercatat dalam Prasasti Lintakan (919), Prasasti Turyyan (929), Prasasti Linggasutan (929), Prasasti Gulung (929), Prasasti Jru Jru (930), Prasasti Anjukladang (937) dan Prasasti Wurandungan (944)
Isyanatungga 947 M – 985 M Tercatat dalam Prasasti Gedangan (950) dam Prasasti Pucangan (1041)
Makutawangsa 985 M – 990 M Tercatat dalam Prasasti Pucangan (1041)
Dharmawangsa 990 M – 1016 M Tercatat dalam Prasasti Pucangan (1041)

Mungkin ada di antara Grameds yang terkejut melihat betapa banyaknya prasasti yang digunakan untuk mencatat nama-nama Raja dari Kerajaan Mataram Kuno, mengingat nama-nama prasasti ini belum tentu disebutkan pada mata pelajaran sejarah di sekolah.

Namun, perlu Grameds ingat di sini bahwa tidak semua Raja dari Kerajaan Mataram Kuno memiliki prestasi yang mumpuni selama masa kejayaan mereka. Beberapa di antaranya hanya bekerja sebagai penerus tahta dan bahkan ada juga raja yang tidak menjabat dalam waktu lama.

Inilah alasan mengapa kalian tidak mempelajari semua nama raja tidak hanya dari Kerajaan Mataram Kuno saja, melainkan juga kerajaan-kerajaan lain. Biasanya, raja-raja yang disebutkan di buku pelajaran sejarah memiliki andil penting, baik itu pada kemajuan kerajaan maupun kemunduran atau bahkan keruntuhan kerajaan tersebut.

Kembali ke topik Kerajaan Mataram Kuno, pembahasan mengenai nama-nama raja yang menduduki tahta kerajaan menjadi penutup artikel ini. Grameds sudah mendapatkan berbagai macam informasi mengenai Kerajaan Mataram Kuno mulai dari lokasi, sejarah sampai alasan runtuhnya kerajaan.

Semoga saja artikel ini bisa menjadi artikel yang memberikan kalian wawasan bermanfaat baik untuk di masa sekarang maupun masa mendatang. Semoga Grameds bisa menemukan informasi yang kalian butuhkan terkait Kerajaan Mataram Kuno.

Selain itu, harapannya adalah Grameds bisa semakin terbuka matanya dan menyadari betapa pentingnya mempelajari sejarah, khususnya sejarah Indonesia. Terdapat banyak sekali informasi menarik dan informatif yang bisa kalian dapatkan jika mempelajari sejarah dengan seksama.

Buku-buku rekomendasi di atas ini adalah persembahan kami, Gramedia #SahabatTanpaBatas. Kalian bisa beli dan temukan tidak hanya buku-buku ini, melainkan juga buku-buku lain sesuai dengan minat di situs gramedia.com. Semoga keberadaan buku-buku ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kalian #LebihDenganMembaca.

Penulis: M. Adrianto S. 

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.