Sastra

Tipografi Puisi: Pengertian, Unsur, Hingga Cara Memilih agar Sesuai dengan Puisimu!

Written by Yufi Cantika

Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berupa ungkapan isi hati penulis dalam bentuk kata yang imajinatif, padat, dan penuh makna. Penulisan puisi memang cenderung sulit karena terdapat banyak hal yang perlu diperhatikan. Nah, apabila Grameds gemar membuat puisi, tentunya kamu perlu memerhatikan hal-hal yang akan dibahas, mulai dari unsur fisik dan batin, hingga cara memilih tipografi yang tepat untuk puisi yang akan kamu buat. Yuk, simak pembahasan di bawah ini!

 

Apa itu Tipografi Puisi?

Tipografi puisi adalah seni dan praktik pengaturan visual teks puisi yang melibatkan pemilihan jenis huruf, ukuran, penempatan, dan tata letak teks untuk menciptakan efek artistik dan mengekspresikan makna dalam karya puisi. Dalam tipografi puisi, penyair menggunakan elemen-elemen tipografi untuk memperkuat atau menekankan makna, ritme, dan emosi yang ingin disampaikan kepada pembaca. Hal ini dapat mencakup penggunaan jenis huruf yang berbeda, perubahan ukuran teks, penataan teks secara spasial, atau penggunaan elemen tipografi lainnya untuk menciptakan efek visual yang mendalam dan menarik dalam puisi. Tipografi puisi dapat memainkan peran penting dalam memperkaya interpretasi dan pengalaman pembaca terhadap karya puisi.

 

Unsur-Unsur Fisik dalam Tipografi Puisi

Unsur fisik puisi adalah elemen-elemen eksternal yang membentuk struktur dan ekspresi dalam karya sastra tersebut. Para penyair memanfaatkan elemen ini untuk mengungkapkan makna dan pesan yang ingin disampaikan dalam puisi mereka. Berikut adalah enam unsur fisik dalam puisi:

1. Diksi

Diksi merujuk pada pilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menyampaikan pesan mereka dengan gaya dan keindahan yang unik. Para penyair memiliki kebebasan penuh dalam memilih kata-kata yang akan mengisi karya mereka.

2. Rima

Rima adalah pola atau kesesuaian bunyi antara akhiran kata di baris-baris yang berdekatan. Rima dapat memberikan kekuatan dan kesan yang khas pada sebuah puisi, memperkuat ritme, memberikan struktur, dan meningkatkan daya tarik estetika.

3. Tipografi

Tipografi memainkan peran kunci dalam menciptakan estetika visual, meningkatkan keterbacaan, dan mengomunikasikan  pesan dengan jelas, meliputi pengaturan visual teks, seperti bentuk baris, spasi, dan tata letak kata-kata, yang memberikan identitas visual pada puisi.

4. Imaji

Imaji dalam unsur fisik puisi mengacu pada penggunaan bahasa dan elemen visual untuk menciptakan gambaran mental atau pengalaman sensorik yang kuat bagi pembaca. Imaji dalam puisi adalah cara penyair menggambarkan atau mewakili ide, perasaan, atau pengalaman dengan cara yang membangkitkan indra pembaca, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, atau perasaan sentuhan.

5. Kata Konkret

Kata konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau pencitraan. Kata-kata yang konkret membuat pembaca lebih mudah memahami makna puisi karena merujuk pada penggunaan kata-kata yang secara langsung terhadap pada objek atau fenomena yang dapat dirasakan oleh panca indera. Kata konkret memberikan gambaran yang jelas dan spesifik tentang objek atau pengalaman yang disampaikan dalam puisi.

6. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif mencakup penggunaan gaya bahasa yang tidak literal atau kiasan untuk menyampaikan makna atau menciptakan efek estetika yang lebih dalam. Bahasa figuratif membantu penyair menyampaikan ide atau emosi dengan cara yang lebih kreatif, seringkali melalui perbandingan atau gambaran yang tidak langsung sehingga membuat puisi menjadi lebih prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Grameds juga dapat mempelajari majas dan puisi melalui buku “Buku Pintar Majas, Pantun, dan Puisi Terbaru & Terlengkap”.

Majas, Pantun, dan Puisi

button rahmad jpgBuku Pintar Majas Pantun Dan Puisi Terbaru & Terlengkap ini hadir untuk membantu para pembaca mengenali berbagai macam jenis majas, pantun, serta puisi lama dan juga baru yang tersaji secara ringkas sehingga mudah dipahami oleh para pembaca. Buku ini sangat cocok untuk pegangan bagi para siswa, mahasiswa maupun masyarakat umum. Buku ini bisa menambah wawasan tentang kesusastraan Indonesia.

 

Dengan adanya unsur-unsur fisik tersebut, puisi menjadi lebih menarik dan mengundang dendam di pembaca. Selain unsur-unsur fisik, puisi juga memiliki unsur-unsur batin yang akan dibahas lebih lanjut di bawah ini.

 

Unsur-Unsur Batin dalam Tipografi Puisi

(Sumber foto: www.pexels.com)

Unsur batin dalam puisi adalah unsur-unsur yang membangun perwujudan puisi dan makna yang dikandungnya, meliputi:

1. Tema/Makna (Sense)

Tema adalah unsur utama dari dalam puisi, yang menjelaskan makna yang disampaikan penyair dengan bahasa. Tema menjadi sebuah pokok pikiran dasar untuk mengembangkan dan membuat puisi.

2. Rasa (Feeling)

Rasa adalah sikap penyair terhadap satu masalah yang diungkap dalam puisi. Umumnya, ungkapan rasa sangat berkaitan dengan latar belakang penyair, misalnya mengenai pendidikan, kelas sosial, agama, jenis kelamin hingga pengalaman sosialnya.

3. Nada (Tone)

Nada adalah sikap seorang penyair terhadap audiensnya dan juga sangat berkaitan dengan makna dan rasa. Penyair bisa menyampaikan puisi dengan berbagai nada, seperti menggurui, mendikte, memandang rendah dan lainnya. Nada juga berkaitan dengan tema dan rasa. Penyair bisa menyampaikan tema dengan nada yang dia inginkan.

4. Amanat/Tujuan/Maksud (Intention)

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca atau pendengar. Amanat bisa berupa anjuran, himbauan, ajakan atau pelajaran hidup yang bisa diambil dari sebuah puisi.

 

Unsur-unsur batin dalam puisi mengandung arti atau makna yang hanya bisa dilihat atau dirasakan melalui penghayatan. Sebab, unsur batin menjadi sesuatu yang tersirat, jadi pembaca harus terlibat secara mendalam, baik fisik, mental maupun pikiran dalam mengetahui hakikat dari sebuah puisi.

Cara Memilih Tipografi yang Tepat Untuk Puisi

Untuk memilih tipografi yang tepat untuk puisi, pertimbangkan beberapa hal berikut:

  • Kesesuaian dengan Mood Puisi

Pilih tipografi yang sesuai dengan mood atau nuansa puisi yang ingin disampaikan. Misalnya, tipografi yang elegan untuk puisi romantis atau tipografi yang eksentrik untuk puisi yang lebih eksperimental.

  • Kesesuaian dengan Tema

Pastikan tipografi yang dipilih sesuai dengan tema puisi. Misalnya, tipografi yang berkesan tradisional untuk puisi klasik atau tipografi modern untuk puisi kontemporer.

  • Kreativitas dalam Penyajian

Gunakan tipografi untuk menambahkan dimensi visual pada puisi. Eksperimen dengan ukuran huruf, penempatan teks, dan gaya huruf untuk menciptakan tata letak yang unik dan menarik.

  • Kesesuaian dengan Gaya Penulisan

Sesuaikan tipografi dengan gaya penulisan puisi. Misalnya, tipografi konvensional untuk puisi formal atau tipografi zig-zag untuk puisi eksperimental.

  • Kesesuaian dengan Tujuan

Tentukan tujuan dari penggunaan tipografi dalam puisi. Apakah ingin menekankan kata-kata tertentu, menciptakan ritme visual, atau mengekspresikan emosi melalui tata letak huruf.

 

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, Grameds dapat memilih tipografi yang tepat untuk memperkuat pesan dan ekspresi dalam puisi secara visual.

Peran dan Manfaat Puisi dalam Kehidupan

(Sumber foto: www.pexels.com)

1. Mengembangkan Kemampuan Berbahasa

Menulis puisi dapat membantu mengembangkan kemampuan bahasa, seperti menguasai diksi, imaji, kata konkret, bahasa figuratif, dan rima. Selain itu, dengan puisi, Grameds dapat menghormati keindahan bahasa dan kata-kata. Melalui penggunaan kata-kata dengan penuh perhatian dan kecermatan, puisi mengajak pembaca untuk merasakan kekuatan dan kedalaman bahasa.

2. Media Untuk Mengekspresikan Perasaan/Ide/Gagasan

Puisi merupakan sarana untuk menyampaikan emosi, pengalaman pribadi, ide, maupun gagasan secara mendalam. Dalam menulis puisi, seseorang dapat mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pengalaman yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa. Grameds juga bisa membaca puisi dalam buku “Sadness & Other Things” dimana sang penyair, Afifah Rossy Wardhani, mencoba menyampaikan perasaan dan gagasannya terhadap perubahan dalam hidup.

Sadness & Other Things

button rahmad jpgMelalui karya-karyanya, Afifah Rossy Wardhani selalu mengingatkan kita bahwa perubahan dalam hidup adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Seiring dengan hadirnya perubahan, hidup kita menjadi penuh ketidakpastian. Kita tidak dapat memprediksi semuanya dengan baik, dan tidak semuanya dapat diukur secara akurat. Menghadapi ketidakpastian bisa membuat kita mudah cemas. Mudah bagi kita untuk merasa gelisah dan marah. Apalagi jika sudah sering membuat berbagai rencana, namun banyak rencana yang berakhir amburadul dan berantakan, rasanya kita jadi enggan dan takut untuk melangkah lagi. Melalui puisi-puisinya, Afifah Rossy Wardhani menyakinkan kita masih bisa selalu berusaha sebaik mungkin untuk membuat hati atau jiwa kita lebih kuat dalam hidup.

 

  • Penghormatan Tradisi dan Budaya

Puisi sering kali mempertahankan dan menghormati tradisi dan budaya tertentu melalui penggunaan bahasa, motif, dan tema khas. Dengan menulis puisi, seseorang dapat menyumbangkan suara mereka ke dalam warisan budaya dan sastra. Selain itu, melalui buku “Puisi Jawa: Struktur Dan Estetika (Edisi Revisi)”, Grameds dapat memahami estetika dari Kesusastraan Jawa dengan baik, sehingga kamu dapat mengapresiasi budaya yang ada.

Puisi Jawa

button rahmad jpgSetiap daerah di Indonesia memiliki sastra puisi tersendiri, termasuk dalam Kesusastraan Jawa. Berbicara mengenai kesusastraan Jawa dalam bentuk basa pinathok atau lebih awam dikenal dengan puisi ini memiliki tiga jenis kelompok yang hidup dalam masyarakat saat ini. Pengelompokan ini didasarkan pada sejarah perkembangannya. Kelompok pertama, puisi Jawa kuna, seperti saloka, kakawin, dsb. Kedua, puisi Jawa tengahan, seperti tembang tengahan atau kidung, dsb. Dan ketiga, puisi Jawa modern/baru, seperti tembang macapat, geguritan, dsb. 

Buku ini secara singkat memaparkan secara teoritis pola-pola puisi Jawa, dari puisi Jawa kuno hingga puisi modern, meliputi kakawin, kidung, macapat, sekar ageng, sekar tengahan, singir, wangsalan, parikan, guritan, dan geguritan. Pemaparan secara sistematis meliputi aspek-aspek peruangan, kebahasaan, bunyi, dan pengujaran, di samping masalah kesejarahan berikut kedudukan setiap puisi dalam sastra dan budaya Jawa. Oleh karena itu, meskipun padat, buku ini penting untuk memahami aneka bentuk puisi Jawa secara mendasar, sehingga harus dibaca oleh mahasiswa dan pemerhati sastra Jawa.

 

  • Sarana Refleksi dan Kontemplasi

Proses menulis puisi memungkinkan seseorang untuk merenungkan kehidupan, makna eksistensial, dan hubungan dengan dunia sekitarnya. Ini dapat menjadi cara untuk memahami diri sendiri dan menggali makna dalam pengalaman hidup.

 

Kesimpulan

Dengan demikian, tipografi puisi merupakan aspek penting yang menghadirkan dimensi visual dan estetika yang unik dalam karya sastra ini. Dengan menggunakan berbagai elemen tipografi seperti jenis huruf, ukuran teks, penataan spasial, dan efek visual lainnya, penyair dapat menciptakan pengalaman membaca yang mendalam dan menarik bagi pembaca. Tipografi tidak hanya memperkaya tampilan visual puisi, tetapi juga dapat memperdalam makna dan ekspresi emosional dalam karya-karya tersebut. Dengan memanfaatkan kekuatan tipografi, puisi menjadi lebih dari sekadar rangkaian kata-kata, tetapi menjadi sebuah karya seni yang melibatkan indra dan imajinasi pembaca secara menyeluruh. Oleh karena itu, peran tipografi dalam puisi tidak dapat diabaikan karena memiliki kemampuan untuk meningkatkan pengalaman estetika dan interpretasi sastra bagi pembaca. Grameds bisa mencari tahu lebih lanjut mengenai tipografi puisi dan karya sastra lainnya dengan buku-buku di gramedia.com.

Puisi Mbeling

button rahmad jpg

Inilah buku pertama yang memuat puisi-puisi mbeling karya Remy Sylado, pencetus gerakan puisi mbeling, dari 1971 sampai 2003. Dipilih sendiri oleh sang penyair, 143 puisi dalam buku ini akan membuat kita tersenyum, tertawa terbahak-bahak, atau merenung. Namun jangan salah sangka, di dalam kelakarnya Remy sebenarnya sedang bersikap serius. Dia menelanjangi sikap feodal dan munafik masyarakat kita, terutama di kalangan pemimpin bangsa.

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika