Pkn

Ketahui 8 Profil Anggota Panitia Kecil BPUPKI dan Tugas Masing-Masing

Anggota Panitia Kecil

Anggota Panitia Kecil – Ketika mendengar kata BPUPKI kebanyakan orang sudah mengetahui akan badan tersebut yang ada pada penjajahan Jepang. Bahkan, pelajaran tentang BPUPKI sudah ada sejak kita masih menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD).

BPUPKI itu sendiri membentuk panitia sembilan dan juga “Panitia Kecil” atau panitia yang beranggotakan 8 orang. Bagi sebagian orang mungkin saja sudah tidak asing lagi dengan panitia sembilan, tetapi lain halnya dengan “Panitia Kecil”. Lalu, apakah kamu sudah tahu siapa saja anggota panitia kecil? Grameds, bisa temukan jawabannya dalam artikel ini.

Bukan hanya anggota panitia kecil saja, tetapi artikel ini akan sedikit menjabarkan tentang profil dari anggota Panitia Kecil. Jadi, simak artikel ini sampai habis, ya.

Tentang BPUPKI

Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau lebih dikenal dengan singkatan BPUPKI merupakan sebagai sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang. Pemerintahan militer Jepang ini sendiri diwakili oleh komando AD ke-16 dan ke-25 yang menyetujui pembentukan BPUPKI pada 1 Maret 1945.

BPUPKI beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat juga wakil ketua Ichibangase Yosio (yaitu orang Jepang), serta Raden Pandji Soeroso.

Dikarenakan sudah mendapatkan kedua komando tersebut kemudian yang termasuk wewenang dari BPUPKI hanya daerah Jawa termasuk pulau Madura dan pulau Sumatera. Sementara itu, untuk wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur tidak dibentuk BPUPKI. Padahal wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur ini sudah dikuasai oleh komando Angkatan Laut (AL) Jepang.

Pendirian badan ini atau BPUPKI sendiri telah diumumkan oleh Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945, tetapi badan ini baru benar-benar diresmikan pada 29 April 1945 atau bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini sendiri dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia dengan tujuan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia.

Tentang “Panitia Kecil”

Anggota Panitia Kecil

Sumber: Kompas.com

Pada dasarnya, “Panitia Kecil” ini dibentuk oleh BPUPKI setelah sidang pertama telah berakhir. Adapun dalam masa aktifnya, BPUPKI hanya melakukan 2 kali sidang saja. BPUPKI yang diketuai oleh Dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, setelah selesai sidang pertama mulai membentuk “Panitia Kecil” yang berjumlah 8 orang.

“Panitia Kecil” ini sendiri disebut sebagai panitia delapan dan bertugas untuk menerima berbagai usulan serta mengumpulkan dari para anggota yang kemudian akan menghadiri sidang kedua. Tugas panitia 8 sendiri diantaranya adalah menampung, mengidentifikasi usul dari anggota BPUPKI, serta mengadakan pertemuan dan membahas asal-usul yang berkaitan langsung dengan persiapan kemerdekaan. “Panitia Kecil” ini sendiri diketuai oleh Ir. Soekarno serta tujuh anggota lainnya.

Tugas “Panitia Kecil”

Adapun usulan yang ditampung oleh “Panitia Kecil” atau panitia delapan sangat beragam. “Panitia Kecil” juga bertugas mengumpulkan usul yang masuk seperti:

  1. Usul saat meminta Indonesia merdeka secara secepat-cepatnya
  2. Usul mengenai dasar-dasar negara.
  3. Usul mengenai bentuk serta kepala negara.
  4. Usul mengenai unifikasi serta federasi.
  5. Usul mengenai warga negara Indonesia.
  6. Usul mengenai daerah, soal agama serta negara.
  7. Usul mengenai kenegaraan.

Profil Anggota “Panitia Kecil” BPUPKI

Berikut di bawah ini profil “Panitia Kecil” BPUPKI, yang dilansir juga dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia di Abad 20, kemudian diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit NARASI” dan juga sebagian diambil dari berbagai sumber:

Soekarno (Ketua)

Soekarno lahir di Surabaya, 1 Juni 1901, dengan pasangan Raden Soekemi

Anggota Panitia Kecil

Sumber: gramedia.com

guru sekolah rakyat serta Ida Ayu Nyoman Rai, seorang keturunan bangsawan Bali. Ia kemudian menempuh pendidikan dasar di Tulungagung, Europeesche Lagere School, Mojokerto, serta Hogere Burger School, Surabaya.

Soekarno juga meraih gelar insinyur teknik sipil dari Sekolah Teknik Tinggi Bandung (kini disebut juga sebagai ITB). Sejak masih muda, Soekarno sudah merasa tertarik pada politik, sebuah dunia di mana ia kemudian dapat menyalurkan bakatnya berpidato dan berhasil menjadi Presiden Republik Indonesia.

Debut politik pertama Soekarno adalah saat ia ikut mendirikan Algemene Studie Club di Bandung pada 1926, sebuah klub diskusi yang kemudian berubah menjadi gerakan politik radikal. Tiga bulan setelahnya lulus kuliah, ia juga menulis rangkaian artikel dengan judul Nasionalisme, Islam, serta Marxisme pada sebuah terbitan milik perkumpulan Indonesia Muda yang menarik perhatian para kaum terpelajar kala itu.

Ia juga menekankan pentingnya persatuan nasional, serta satu front bersama kaum nasionalis, Islami, serta Marxis, dalam suatu perlawanan tanpa kompromi (atau non-kooperatif) terhadap Belanda.

Pada usia 26 tahun, tepatnya pada 4 Juli 1927, Soekarno kemudian mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia, yang dalam satu tahun kemudian berubah nama menjadi Partai Nasional Indonesia. Tahun 1928, ia juga mengilhami Sumpah Pemuda.

Karena aktivitas politiknya, Soekarno serta beberapa anggota PNI ditangkap Belanda pada tahun 1929, kemudian diadili. Pengadilan justru menjadi podium bagi Soekarno untuk menyuarakan pandangan politiknya.

Moh Hatta (Wakil Ketua)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: Kompas.com

Mohammad Hatta lahir di Aur Tajungkang Mandianin, Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 12 Agustus 1902 saat mentari pagi menyingsing. Meskipun, latar belakang pendidikan agamanya kental, tetapi pendidikan modern sendiri tidak ditinggalkannya. Sembari bersekolah di HIS Bukittinggi, ia juga mengaji secara teratur di bawah ajaran Syeikh Muhammad Djamil Djambek, salah seorang pembaharu Islam di Minangkabau.

Ketika ia menempuh pendidikan di MULO, ia juga memperoleh bimbingan agama dari Haji Abdullah Ahmad, yang juga seorang pelopor pembaharu Islam di daerah tersebut. Kemudian ia juga menempuh pendidikan sekolah dagang menengah, Prins Hendrik School, di Jakarta. Mohammad Hatta juga menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond (Persatuan Pemuda Sumatera) di Padang, dan sebagai bendahara pengurus pusat JBS di Jakarta.

Lewat buku-buku yang ia baca, Hatta kemudian mampu memilih haluan politiknya menghadapi kolonialisme. Metode non-kooperatif mulai ia kibarkan pada tahun 1918 ketika menjabat Ketua Perhimpunan Indonesia, sebuah organisasi pelajar serta mahasiswa Indonesia di Belanda.

Achmad Soebardjo (Anggota)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: gramedia.com

Achmad Soebardjo ini dilahirkan di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, pada tanggal 23 Maret 1896. Ayahnya bernama Teuku Muhammad Yusuf, dan masih keturunan bangsawan Aceh dari Pidie. Kakek Achmad Soebardjo dari pihak ayah adalah Ulee Balang serta ulama di wilayah Lueng Putu. Sementara itu, Teuku Yusuf ialah pegawai pemerintahan dengan jabatan Mantri Polisi di wilayah Teluk Jambe, Kerawang. Ibunya bernama Wardinah.

Ia juga keturunan Jawa-Bugis, serta merupakan anak dari Camat di Telukagung, Cirebon. Ayahnya pada mulanya juga memberinya nama Teuku Abdul Manaf, sementara ibunya memberinya nama Achmad Soebardjo. Nama Djojoadisoerjo juga ditambahkannya sendiri setelah dewasa, saat ia ditahan di penjara Ponorogo karena “Peristiwa 3 Juli 1946”.

Soebardjo juga bersekolah di Hogere Burger School, Jakarta (saat ini ia setara dengan Sekolah Menengah Atas) pada tahun 1917. Kemudian, ia juga melanjutkan pendidikannya di Universitas Leiden, Belanda serta memperoleh ijazah Meester in de Rechten (saat ini ia setara dengan Sarjana Hukum) di bidang undang-undang pada tahun 1933.

Pada tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, serta Wikana, Shodanco Singgih, serta pemuda lain, membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya sendiri agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Peristiwa ini sendiri dinamakan dengan Peristiwa Rengasdengklok. Di sini, mereka juga kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apapun resikonya.

Agus Salim (Anggota)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: Kompas.com

Agus Salim lahir dengan nama Mashudul Haq, pada bulan Oktober 1884 di Kota Gadang, Bukittinggi. Ia juga termasuk segelintir anak bumiputera yang dapat menikmati pendidikan Belanda. Anak bekas jaksa dari Sumatera Barat itu juga sebagai lulusan terbaik di sekolah menengah Belanda (Hogere Burger School – HBS).

Bakatnya juga sangat luar biasa dalam menguasai bahasa asing. Bahkan, ia juga mampu berbicara dalam sembilan Bahasa, mulai dari Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Arab, Bahasa Turki, Bahasa Jepang, serta Bahasa Indonesia dan Bahasa Minang.

Setamat HBS, sebenarnya Agus Salim ingin menjadi seorang dokter. Namun, akhirnya dia harus mengurungkan cita-citanya karena tak ada biaya untuk kuliah di Belanda. Konon, sesungguhnya ia dapat bisa saja belajar ke Belanda berkat bantuan dari RA. Kartini.

Moh Yamin (Anggota)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: nasional.kompas.com

Moh Yamin, sebagai pria kelahiran Sawahlunto, Sumatera Barat, tanggal 23 Agustus 1903 ini juga memang cukup lincah bermain di atas panggung politik. Ia juga sebagai salah satu founding fathers yang kemudian membentuk Indonesia. Saat Jepang menggantikan Belanda, Yamin juga duduk sebagai salah satu seorang anggota BPUPKI.

Di BPUPKI, ia juga menggodok konsep-konsep Asas serta Dasar Negara Republik Indonesia dan Isinya juga tak jauh beda dari bunyi Pancasila yang kita kenal sekarang, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, Peri Kemanusiaan, dan Kesejahteraan Rakyat.

Dalam sidang BPUPKI, 29 Mei 1945 itu Yamin juga menegaskan bahwa negara baru yang akan dibentuk adalah negara Kebangsaan Indonesia, Intinya ialah negara baru itu harus berdasarkan kepada nasionalisme baru, bukan nasionalisme Sriwijaya serta Majapahit, tradisi kerajaan Sriwijaya atau Majapahit yang diganti dengan Republik Indonesia.

KH Abdul Wahid Hasyim (Anggota)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: id.wikipedia.org

K.H. Abdul Wahid Hasyim, sebagai seorang pemimpin Nahdlatul Ulama (NU) yang turut menghiasi perjalanan politik bangsa Indonesia. Ia juga masuk dalam Sub Komite BPUPKI yang kemudian dibentuk untuk mencari jalan keluar terbaik bagi para masa depan bangsa. BPUPKI itu sendiri merupakan badan bentukan Jepang juga bertugas mempersiapkan bentuk dan dasar negara. Sub Komite BPUPKI pada akhirnya berhasil merumuskan dasar negara.

Hasil kesepakatan ini dikenal juga dengan nama “Piagam Jakarta” yang lantas dicantumkan dalam preambule UUD 1945 dan disahkan pada 22 Juni 1945. Dalam salah satu sila Pancasila hasil rumusan Wahid Hasyim, dkk. antara lain tercantum kata-kata “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya”. Ternyata rumusan ini kemudian diperdebatkan dalam sidang BPUPKI berikutnya

Abdul Kahar Muzakir (Anggota)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: id.wikipedia.org

Prof. KH. Abdul Kahar Muzakir, lahir di Gading, Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta, pada 16 April 1907 dan meninggal dunia di Yogyakarta, pada 2 Desember 1973 pada umur 66 tahun. Ia juga seorang Rektor Magnificus yang dipilih Universitas Islam Indonesia untuk pertama kali dengan nama Sekolah Tinggi Islam (STI) dalam 2 periode 1945—1948 dan 1948—1960.

Ia juga seorang anggota BPUPKI dan tokoh Islam yang pernah menjadi anggota Dokuritsu Junbi Chōsakai (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Ia menduduki jabatan sebagai Rektor UII sampai tahun 1960. Kemudian pada tanggal 8 November 2019, Abdul Kahar Muzakir juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo dalam sebuah upacara di Istana Negara, serta menerima penghargaan keluarga yang diwakili oleh ahli waris Siti Jauharoh, anak dari Abdul Kahar Muzakir.

Abikoesno Tjokrosoejoso (Anggota)

Anggota Panitia Kecil

Sumber: kepustakaan-presiden.perpunas.go.id

Abikoesno Tjokrosoejoso, lahir di Kota Karanganyar, Kebumen pada tahun 1897 serta meninggal dunia pada tahun 1968. Ia adalah salah satu Bapak Pendiri Kemerdekaan Indonesia serta penandatangan konstitusi. Ia juga merupakan anggota Panitia Sembilan yang merancang pembukaan UUD 1945 (dan dikenal juga sebagai Piagam Jakarta).

Setelah kemerdekaan, ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan dalam suatu Kabinet Presidensial pertama Soekarno dan juga menjadi penasihat Biro Pekerjaan Umum. Kakak Tjokrosoejoso ialah Oemar Said Tjokroaminoto, pemimpin pertama Sarekat Islam. Setelah kematian saudaranya, pada 17 Desember 1934, Abikoesno juga mewarisi jabatan sebagai pemimpin Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).

Bersama dengan Mohammad Husni Thamrin, dan Amir Sjarifuddin, Tjokrosoejoso kemudian membentuk Gabungan Politik Indonesia, sebuah front persatuan yang terdiri dari semua partai politik, kelompok, serta organisasi sosial yang menganjurkan kemerdekaan negara itu.

Buku-Buku Terkait

Sma/Ma Buku Interaktif Sejarah Indonesia Kelas 10 Semester 2

https://www.gramedia.com/products/smama-buku-interaktif-sejarah-indonesia-kelas-10-semester-2?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Sejarah dan Nasionalisme Indonesia Cita-cita persatuan Indonesia bukanlah omong kosong, melainkan benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa Indonesia sendiri. (Muhammad Yamin)

Sejarah mengkaji kehidupan manusia pada masa lalu. Dari kisah masa lalu tersebut pembelajar sejarah dapat mengambil hikmah dan pelajaran untuk diterapkan dalam kehidupannya pada masa kini. Oleh karena itu, sejarah dapat menjadi refleksi bagi kehidupan pada masa kini dan masa depan.

Sejarah dapat dijadikan alat bagi suatu bangsa untuk menanamkan semangat kebangsaan bagi generasi penerusnya. Melalui sejarah, generasi penerus bangsa dapat menelisik asal-usul dan perkembangan bangsanya sehingga tertanam kebanggaan akan tanah airnya.

Pertanyaannya adalah, buku apa yang cocok untuk tujuan di atas? Buku Interaktif Sejarah Indonesia inilah jawabannya. Tidak seperti buku lainnya yang hanya memuat konten konvensional, buku ini menyajikan konten-konten digital yang dapat Anda akses. Di sinilah letak interaktifnya buku ini. Melalui pembelajaran interaktif ini, Anda akan diajak menyusuri jalan berliku perjalanan bangsa yang Anda cintai Ini. Dari sinilah Anda dapat menanamkan nasionalisme dan menggalang persatuan indonesia.

SMA/MA SMK/MAK Kelas XI Sejarah Indonesia Wajib Semester 1 Revisi 2016

https://www.gramedia.com/products/smamasmkmak-klxi-sejarah-indonesia-wajib-smt1-rev2016?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Bagaimana Anda dapat mengembangkan nasionalisme melalui pembelajaran sejarah? Buku PR Sejarah Indonesia Kelas XI Semester! ini akan membantu Anda mengambil makna dari pembelajaran sejarah.

Buku ini akan melatih Anda mengembangkan wawasan kesejarahan. Melalui buku ini Anda diajak bersikap kritis dan teliti dalam menyikapi peristiwa masa lalu. Buku ini juga mengajak Anda mengambil nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah dan meneladan semangat nasionalisme tokoh-tokoh sejarah.

Dengan demikian, melalui pembelajaran Sejarah Indonesia, semangat nasionalisme Anda akan berkembang.

Detik-Detik USBN Sejarah Indonesia SMA/MA Tahun 2017/2018

https://www.gramedia.com/products/detik-detik-usbn-sejarah-indonesia-smama-tahun-20182019?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Pertanyaannya seperti apa soal USBN? Berdasarkan informasi dari sumber terpercaya, 20% sampai 25% butir soal USBN disiapkan oleh pemerintah, sementara itu sejumlah 75% sampai 80% butir soal disiapkan oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) SMA/MA atau yang sederajat. Meskipun soal-soal USBN dibuat oleh pemerintah pusat dan MGMP, kisi-kisi USBN bersifat nasional. Jadi, baik soal yang dibuat pemerintah maupun MGMP, acuannya tetap satu, yaitu kisi-kisi nasional yang disusun dan ditetapkan oleh BSNP.

Menarik, kan? Yang tidak kalah menarik dari USBN adalah bentuk soalnya. Jika soal UN semua berupa pilihan ganda, tidak demikian dengan USBN. Pada USBN nanti, selain menjawab soal pilihan ganda, Anda harus menjawab soal uraian. Menjawab soal uraian jelas lebih sulit daripada menjawab soal pilihan ganda karena soal uraian tidak menyediakan alternatif jawaban.

Jika pada soal pilihan ganda Anda dapat menerka jawaban yang tersedia, pada soal uraian Anda tidak bisa menerka-nerka. Anda tidak akan dapat menjawab soal uraian jika tidak memahami materi soal. Oleh karena itu, mulai sekarang Anda harus banyak berLatih mengerjakan soal uraian untuk mata pelajaran yang diujikan dalam USBN.

Buku Detik-Detik ini dilengkapi soal-soal uraian sebagai sarana berlatih menghadapi USBN. Inilah istimewanya Detik-Detik. Anda bisa menggunakan buku ini sebagai sarana berlatih mempersiapkan diri menghadapi UN dan USBN. Anda sungguh beruntung.

Demikian pembahasan tentang anggota panitia kecil beserta profil singkatnya. Jika grameds ingin mencari buku sejarah Indonesia bisa mencari bukunya di Gramedia.com. Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat ya!

Penulis: Sofyan

Baca juga:

About the author

Mochamad Aris Yusuf

Menulis merupakan skill saya yang pada mulanya ditemukan kesenangan dalam mencari informasi. tema tulisan yang saya sukai adalah bahasa Indonesia, pendidikan dan teori yang masuk dalam komunikasi Islam.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Aris Yusuf