Kesenian Sosial Budaya

Tari Perang atau Tari Falabea Papua: Sejarah, Properti dan Gerakannya

Tari Perang
Written by Umam

Tari Perang atau bisa juga disebut sebagai tari Falabea merupakan tari tradisional khas dari Papua. Tari Perang bagi masyarakat Papua merupakan tarian yang sifatnya sakral dan hanya dapat dipentaskan dalam peringatan tertentu saja. Menurut definisinya, tari Perang Papua adalah jenis tarian yang ditampilkan secara berkelompok oleh sedikitnya 7 laki-laki.

Seperti halnya tarian tradisional khas Indonesia lainnya, tari Falabea juga memiliki tempat khusus di hati masyarakat Papua. Oleh karena itulah, tari tradisional ini masih lestari hingga sekarat.

Tari Perang memiliki keunikan dan ciri khas yang membuatnya masih dapat eksis di tengah variasi seni tari modern maupun kontemporer lainnya. Apa saja ciri khas atau keunikan dari tari Perang dan bagaimana sejarahnya? Simak lebih lanjut dalam artikel ini ya!

Sejarah Tari Perang

Tari Perang

romadecade.org

Tari Perang atau tari Falabea adalah tari tradisional yang berasal dari Papua. Pulau Papua dikenal dengan nama Bumi Cendrawasih yang memiliki kekayaan alam serta budaya yang menarik untuk dipelajari, salah satunya adalah tari Falabea.

Tari Falabea pada umumnya akan dimainkan oleh penari laki-laki secara berkelompok dengan jumlah minimal tujuh orang. Dalam pelaksanaannya, tari Perang akan dipentaskan di sebuah tanah lapang guna memudahkan para penari untuk bergerak.

Tari Perang termasuk dalam pertunjukan seni yang disakralkan bagi masyarakat Papua, sehingga tidak bisa sembarangan dipentaskan. Pada umumnya, tari Perang akan dimainkan sebagai wujud ramah tamah ketika menyambut tamu asing yang berkunjung.

Gerakan pada tari Perang, menyiratkan makna tentang rasa syukur pada Sang Pencipta.

Keberadaan dari tari Perang, tentu saja tidak lepas dari sejarah yang melatarbelakanginya. Pada zaman dahulu, masyarakat Papua memang cukup sering terlibat dalam peperangan antar suku.

Oleh sebab itu, para prajurit yang pergi berperang membutuhkan pemantik untuk mengobarkan semangatnya agar dapat berperang dengan gagah berani. Sejak saat itulah, tari Perang mulai dipentaskan dan kemudian berkembang hingga saat ini.

Pada mulanya, tari Perang dimaknai sebagai suatu upaya untuk membangkitkan semangat dari para prajurit yang akan pergi berperang. Oleh sebab itu, ada beberapa gerakan yang tercipta untuk menggambarkan kepahlawanan, kegagahan serta keberanian.

Setelah beberapa lama, tari Perang saat ini lebih sering dipentaskan sebagai b

entuk penghormatan pada leluhur yang telah gugur karena berjuang. Selain itu, pertunjukan tari Perang juga memiliki makna untuk mengenalkan salah satu budaya dari Indonesia oleh para wisatawan.

Terutama bagi para wisatawan yang memiliki ketertarikan dalam belajar kebudayaan di Indonesia. Melalui pertunjukan-pertunjukan seni dan festival, maka tari Perang khas Papua ini masih lestari hingga sekarang.

Tari Perang

Properti Tari Perang Papua

Tari Perang

grinesia.com

Keistimewaan dari tari Perang juga dapat diperhatikan dari penggunaan properti yang mendukung dalam penampilan tari ini. Seperti pada tari tradisional umumnya, para penari Perang tentu memiliki tema serta pakaian tersendiri ketika mementaskan tarian Perang.

Berikut beberapa properti yang biasa digunakan dalam tari Perang atau tari Falabea Papua.

1. Kostum

Kostum yang dikenakan dalam pementasan tari Perang cukup khas, karena kostum terbuat dari daun dan kemudian disusun hingga menyerupai sebuah rok. Selain sebagai kostum dalam tari Perang, rok rumbai tersebut biasanya juga digunakan ketika sedang menghadiri upacara adat.

Namun, ada sedikit perbedaan antara rok rumbai yang dikenakan oleh laki-laki serta perempuan. Bagi laki-laki, mengenakan rok rumbai, maka tidak perlu mengenakan baju kurung seperti perempuan. Setiap penari akan menggunakan aksesoris kepala khas Papua yang cukup menonjol.

Lalu, ditambahkan dengan manik-manik dan gelang yang terbuat dari anyaman bulu. Untuk aksesoris atau hiasan kaki, para penari akan mengenakan gelang yang dibentuk dari bulu.

Selain pemilihan kostum, para penari juga akan mengenakan riasan yang cukup khas. Riasan yang digunakan oleh para penari tidak hanya digunakan pada bagian wajah saja, tetapi juga pada dada, lengan hingga punggung.

Bagian kaki para penari pun juga ikut dilukis dengan motif khas Papua dengan cat putih. Dengan begitu, lukisan pada badan para penari akan terlihat secara jelas ketika penari tampil.

Bagi penari yang berperan sebagai kepala suku, maka ia akan mengenakan aksesoris yang berbentuk seperti taring babi dan ditempelkan pada bagian hidung. Tujuannya adalah untuk membedakan mana kepala suku dan mana prajurit.

2. Alat musik

Iringan alat musik membuat tari Perang menjadi lebih meriah, sehingga dapat membangkitkan semangat dari para prajurit. Alat musik yang digunakan dalam tari Perang adalah tifa.

Pemain tifa akan memainkan tifa dengan cara dipukul dengan tempo-tempo tertentu, sehingga akan menghasilkan alunan musik yang sesuai dengan gerakan para penari. Tifa merupakan alat musik khas dari Papua.

Apabila diamati dengan lebih detail, tifa memiliki bentuk seperti kendang. Bahan dari tifa adalah kayu yang kemudian dilubangi bagian tengahnya, sedangkan, penutup tifa terbuat dari kulit rusa.

Pada bagian sampingnya, tifa umumnya memiliki ukiran khas dari Papua. Alat musik satu ini terdiri dari beberapa macam yaitu tidak jekir, tifa potong, tifa bas dan tifa dasar.

Selain itu, alunan musik dari tifa juga akan dipadukan dengan triton. Triton merupakan jenis alat musik tiup yang terbuat dari cangkang kerang. Cara memainkan triton adalah dengan meniup sisi runcingnya.

Sebelumnya, alat musik triton ini lebih difungsikan sebagai alat pemanggil untuk masyarakat Papua. Akan tetapi, kemudian beralih fungsi dan digunakan sebagai alat musik daerah untuk mengiringi tari Perang dan tari tradisional khas Papua yang lainnya.

Tidak hanya tifa dan triton saja, iringan musik juga didapatkan dari harmonisasi teriakan para penari Perang. Dengan begitu, semangat perjuangan akan terpancar serta mampu membuat penonton ikut merasa bersemangat.

Sorakan dari para penari juga menggambarkan semangat dari para pejuang, terutama ketika sedang berada dalam medan perang.

Tari Perang

Pola Lantai dan Gerakan Tari Perang

Tari Perang

romadecade.org

Agar lebih jelas dalam memahami tari Perang khas Papua ini, Grameds juga perlu memahami pola lantai serta gerakan yang digunakan dalam tari Perang. Berikut penjelasannya.

Pola Lantai

Dalam upaya menampilkan gerakan ketika mementaskan tari Perang, para penari tentu saja akan membentuk suatu formasi. Posisi dari semua penari dalam suatu tarian dikenal sebagai pola lantai.

Formasi garis para penari dalam kelompok pada suatu pertunjukan tentu saja akan berbeda-beda, termasuk pada tari Perang khas Papua yang memiliki pola lantai bervariasi.

Gerakan dalam tari Perang memang cukup energik. Pada umumnya, pola lantai yang dihasilkan oleh gerakan tersebut adalah garis lurus. Akan tetapi, pada beberapa momen, para penari juga akan menggunakan koreografi yang lain. Oleh sebab itu, pola lantai tari Perang yang muncul pun tidak akan selalu lurus. Variasi gerakan tersebut, akan membuat penampilan para penari Falabea terlihat lebih menarik.

Gerakan Tari Perang

Salah satu fungsi dari tari Perang adalah untuk mengobarkan semangat juang dari para prajurit yang akan pergi berperang. Oleh karena itu, gerakan tari Perang pada umumnya energik serta aktif. Karena gerakan yang dibuat, akan menunjukan semangat dari perjuangan para prajurit dalam peperangan.

Para penari akan berlari dengan kompak, seolah-olah sedang menyerang musuh dengan menggunakan tombak dan panah. Adapun untuk membuat penonton terhibur, akan ada skenario peran yang diterapkan dalam pertunjukan tari Perang.

Sekelompok penari memiliki peran sebagai musuh dalam tari Perang, sementara kelompok lainnya berperan sebagai pasukan perang. Di antara para penari tersebut, ada pula seorang penari yang berperan sebagai ketua suku.

Seorang penari yang berperan sebagai kepala suku, memiliki kewajiban untuk memberi arahan dalam memulai tari Perang, sehingga gerakan setiap penari akan terlihat kompak dan serasi.

Setelah tari Perang dimulai, para penari kemudian akan bergerak dengan berbagai macam gaya. Dimulai dari menyilangkan kaki hingga mengayunkan tangan ke arah depan.

Setiap penari akan memainkan anak panah yang dipegang pada tangan kanan, sementara tangan kanannya akan memegang sebuah busur. Terkadang, para penari juga akan memainkan tombak, seolah-olah sedang melawan musuh dalam sebuah perang.

Keunikan dan Fungsi Tari Perang

Tari Perang

jurnaldesa.id

Tari Perang memiliki beberapa keunikan yang menjadi ciri khas dari tari tradisional khas Papua ini. Dengan keunikan tersebut, tari Perang bisa tetap eksis hingga sekarang. Selain karena keunikannya, tari Perang juga masih lestari hingga saat ini karena memiliki beberapa fungsi. Apa saja keunikan dan fungsi dari tari Perang khas Papua ini? Berikut penjelasannya.

1. Keunikan Tari Perang

Sebenarnya, gerakan dari tari Perang cukup sederhana, tetapi ada beberapa hal yang membuat tari Perang ini cukup uni. Contohnya seperti kostum yang digunakan oleh para penari. Para penari Falabea biasa mengenakan kostum yang cukup mencolok, sehingga membuat penonton tertarik untuk terus memperhatikan pementasan tari Perang.

Mulai dari bagian kepala, rok hingga motif yang digambarkan pada bagian tubuh para penari. Jadi, wajar saja para wisatawan lokal maupun mancanegara menanti untuk melihat tari Perang ini.

Cerminan kepahlawanan pada tari Perang juga mampu mempesona para wisatawan. Keunikan lain dari tari Perang adalah pada gerakannya. Para penari akan menari dengan kompak dan mengayunkan busur panah.

Tari Perang, dapat disaksikan ketika Festival Lembah Baliem dihelat. Biasanya, festival satu ini diadakan pada bulan Agustus. Festival ini tidak hanya berskala kecil, tetapi berskala internasional dan telah diselenggarakan sejak tahun 1989.

2. Fungsi Tari Perang

Pertunjukan dari tari Perang, pada umumnya akan dilakukan ketika menjelang malam hari dan disaksikan oleh sejumlah penonton. Fungsi dari tari Perang lebih mengarah sebagai tari sambutan untuk para wisatawan yang datang berkunjung ke Papua.

Bagi masyarakat Papua, tari Perang bukan hanya sekadar tarian saja, tetapi memiliki fungsi sebagai wujud syukur pada Tuhan yang telah memberikan banyak kenikmatan pada masyarakat Papua.

Selain hal tersebut, tari Papua juga memiliki fungsi sebagai wujud penghormatan dari masyarakat Papua kepada nenek moyang yang telah berjuang di medan perang.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa masyarakat Papua sering berperang antar suku, sehingga untuk menumbuhkan rasa semangat, maka masyarakat Papua pun menampilkan tari Perang ini.

Karena fungsi untuk membangun semangat inilah, maka gerakan pada tari Perang dibuat lebih bervariasi dan ditarikan dengan lebih energik, sesuai dengan makna dari perang itu sendiri.

Tari Falabea atau tari Perang adalah tari tradisional dengan tema perang. Namun, tahukah Grameds bahwa Indonesia memiliki banyak tari tradisional yang termasuk dalam tari perang dan tidak hanya tari Falabea saja. Simak penjelasannya lebih lanjut ya!

Macam-Macam Tari Perang

Tari Perang

kompas.com

Selain tari Perang atau tari Falabea, ada beberapa tari perang dari Indonesia. Tidak hanya dari Papua, tetapi ada pula yang berasal dari Jawa Tengah, NTT hingga Maluku. Berikut beberapa jenis tari perang dari Indonesia.

1. Tari Ajay dari Kalimantan Timur

Jenis tari perang yang pertama adalah tari Ajay dari Kalimantan Timur. Tari tradisional ini menggambarkan keberanian, peperangan dan sikap pantang menyerah. Biasanya, tari ini dipentaskan oleh Suku Dayak Kenyah. Properti yang biasa digunakan dalam tari Ajay adalah perisai dan mandau. Sementara itu, kata ajay berasal dari bahasa Kalimantan Timur yang artinya adalah kesatria perang.

2. Tari Soreang dari Jawa Tengah

Jawa Tengah juga memiliki tari tradisional perang yaitu tari Soreang yang berkembang di daerah Magelang, Jawa Tengah. Tari Soreang ini bercerita tentang bagaimana Arya Penangsang merebut Kerajaan Pajang.

Dalam pertunjukannya, tari Soreang akan ditampilkan oleh 10 hingga 12 penari laki-laki yang dibagi ke dalam dua kelompok. Setiap kelompok akan mengenakan kostum dengan warna berbeda-beda untuk menandakan bahwa setiap penari bersaing satu sama lain.

Tari Soreang pada umumnya, menggunakan properti yang berupa kuda bambu dan tombak. Pada perkembangannya, tari Soreang, saat ini ditampilkan pada acara pernikahan.

3. Tari Tobe dari Papua

Selain tari Perang atau tari Falabea, ada pula tari perang lain dari Papua yaitu tari Tobe. Tari Tobe merupakan tari perang khas dari Suku Asmat. Pada zaman dahulu, tari Tobe sering digunakan sebagai penyemangat para prajurit yang pergi berperang.

Akan tetapi, karena saat ini sudah tidak ada lagi perang, maka tari Tobe ditampilkan sebagai tari pertunjukan untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu yang datang ke Papua.

Tari Tobe biasa dipentaskan oleh sekelompok penari laki-laki yang bertelanjang dada serta menggunakan rok yang terbuat dari akar serta daun. Sebagai pelengkapnya, para penari juga akan mengenakan ikat kepala khas dari Papua.

Properti yang biasa digunakan pada tari Tobe adalah tombak dan subur. Selain itu, tari Tobe juga menggunakan iringan musik dari alat musik tifa.

4. Tari Tua Reta Lo’u dari NTT

Tari perang satu ini berasal dari Desa Doka, Kabupaten Sikka. Gerakan yang digunakan pada tari Tua Reta Lo’u menggambarkan tentang teknik perang yang biasa digunakan oleh suku Sikka Krowe. Suku ini adalah leluhur dari masyarakat Desa Doka.

Pada tari tradisional ini, para penari mengenakan beberapa properti seperti bambu, tameng dan pedang. Tari ini biasanya dilakukan secara berkelompok oleh penari laki-laki dan perempuan.

Tari Perang

Itulah penjelasan tentang tari Perang khas Papua atau biasa dikenal dengan nama tari Falabea. Selain tari Perang, ada pula beberapa jenis tari perang lain dari Indonesia.

Bagi Grameds yang tertarik untuk belajar seni tari, seperti tari Perang maka Grameds bisa mempelajarinya dengan membaca buku. Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku seni tari untuk Grameds. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Jangan ragu untuk membeli buku di Gramedia, karena dijamin berkualitas dan original!

Penulis: Khansa

BACA JUGA:

  1. 25 Nama Tarian Daerah dan Asalnya
  2. Yuk Kenalan dengan Tari yang Berasal dari Bali dan Kisahnya 
  3. Tari Saman: Pengertian, Sejarah, Makna Gerakan
  4. Mengenal Sejarah Asal Tari Piring dan Makna Setiap Gerakannya
  5. 7 Tari Tradisional Masyarakat Papua dan Papua Barat
  6. Sejarah, Makna, Properti & Asal Tari Seudati 
  7. Makna dan Asal-Usul 5 Tarian Klasik dari Jawa Tengah

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.