Manajemen

Memahami Komunikasi Nonverbal: Pengertian Hingga Tips

Komunikasi Nonverbal
Written by Novi V

Komunikasi Nonverbal – Grameds pasti sering menjawab pertanyaan tanpa mengucapkan sepatah kata. Jika menjawab iya, kita hanya perlu mengangguk. Apabila merasa keberatan akan sesuatu, kita bisa menggelengkan kepala untuk menyatakan ketidaksetujuan.

Bahasa tubuh yang digunakan selama proses komunikasi ini dikenal dengan komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal sering disebut lebih penting daripada komunikasi verbal. Sebab, gerak tubuh mengandung banyak makna dan seringkali lebih jujur daripada ucapan.

Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal (Unsplash.com/Hello I’m Nik)

Pengertian Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah proses transmisi pesan dari pengirim (komunikator) kepada penerima (komunikan) tanpa menggunakan kata-kata dan simbol huruf. Komunikasi verbal juga dikenal sebagai “bahasa diam”. Pesan tersebut dapat dikomunikasikan melalui kontak mata, ekspresi wajah, bahasa dan gerak tubuh. Informasi dan pesan yang dikomunikasikan secara non-verbal tidak tertulis atau diucapkan.

Pada dasarnya, komunikasi nonverbal tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi verbal. Dalam komunikasi verbal lisan atau komunikasi yang dilakukan secara tatap muka, komunikasi nonverbal turut menyertai baik dalam pertemuan langsung maupun elektronik.

Banyak studi menemukan bahwa komunikasi nonverbal mendominasi berlangsungnya suatu komunikasi. Ahli komunikasi yang juga dokter bedah plastik Kenneth H. Cohn mengatakan bahwa hanya 8% komunikasi yang terkait dengan konten atau isi pesan, sisanya berkenaan dengan bahasa tubuh dan nada suara. Senada dengan Cohn, jurnal Effective Communication as a Tool for Achieving Organizational Goals mengungkapkan peran komunikasi nonverbal yaitu sebesar 65% hingga 75% dalam sebuah komunikasi. Ini berarti kedudukan komunikasi nonverbal sangat krusial.

Komunikasi Nonverbal

Belajar Membaca Bahasa Tubuh

Komponen dalam Komunikasi Nonverbal

Berikut merupakan beberapa komponen yang ada dalam komunikasi nonverbal.

1. Kinesics

Kinesics adalah bentuk dalam komunikasi nonverbal yang berkaitan dengan gerakan, baik bagian tubuh tertentu ataupun tubuh secara keseluruhan. Kinesics pada dasarnya adalah interpretasi bahasa tubuh seperti ekspresi wajah, gerak mata, penampilan personal dan lainnya. Bahasa tubuh tersebut merupakan penafsiran perasaan, sikap, dan suasana hati yang tidak disadari maupun disadari. Bidang studi utama dalam kinesics adalah postur dan sikap tubuh.

Transmisi dan interpretasi ini bisa sangat berbeda atau bertentangan dengan kata-kata yang diucapkan karena setiap gerakan tubuh menyampaikan makna tertentu. Misalnya, mengangkat alis menunjukkan ketidakpercayaan, menggosok hidung menunjukkan kebingungan dan mengangkat bahu menunjukkan ketidakpedulian. Bahasa tubuh yang dipadukan dengan komunikasi verbal membuat pesan menjadi lebih bermakna

2. Proxemics

Proxemics adalah studi mengenai bagaimana orang menggunakan ruang fisik untuk menyampaikan pesan. Jarak dan postur tubuh adalah reaksi yang tidak disengaja terhadap fluktuasi atau pergeseran sensorik, seperti perubahan halus dalam suara dan nada suara seseorang. Misalnya individu yang berinteraksi pada jarak dekat cenderung berbicara dengan volume suara yang kecil.

Ada empat kategori jarak yang biasa digunakan orang dalam komunikasi tatap muka. Jarak intim digunakan untuk komunikasi yang sangat rahasia. Jarak pribadi digunakan untuk berbicara dengan keluarga dan teman dekat. Jarak sosial digunakan untuk menangani sebagian besar transaksi bisnis. Jarak publik digunakan saat di sebuah ruang publik atau berbicara dengan kelompok. Berikut penggambaran dari empat kategori jarak yang ada:

  • Jarak intim untuk berpelukan, menyentuh, atau berbisik
    • Fase tertutup – kurang dari 6 inci (15 cm)
    • Fase jauh – 6 hingga 18 inci (15 hingga 46 cm)
  • Jarak pribadi untuk interaksi antara teman baik atau anggota keluarga
    • Fase tertutup – 1,5 hingga 2,5 kaki (46 hingga 76 cm)
    • Fase jauh – 2,5 hingga 4 kaki (76 hingga 120 cm)
  • Jarak sosial untuk interaksi antar kenalan
    • Fase dekat – 4 hingga 7 kaki (1,2 hingga 2,1 m)
    • Fase jauh – 7 hingga 12 kaki (2,1 hingga 3,7 m)
  • Jarak publik yang digunakan untuk berbicara di depan umum
    • Fase dekat – 12 hingga 25 kaki (3,7 hingga 7,6 m)
    • Fase jauh – 25 kaki (7,6 m) atau lebih.

3. Oculesics

Oculesics adalah studi tentang peran kontak mata dalam komunikasi nonverbal. Mata adalah aspek yang sangat signifikan dari sinyal nonverbal yang kita kirimkan kepada orang lain. Oculesics merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, yaitu transmisi dan penerimaan makna antara komunikator lewat ekspresi mata. Oculesics dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan sekitar komunikator, konteks pembicaraan, atribut fisik atau karakteristik komunikator, dan perilaku komunikator

4. Chronemics

Chronemics adalah studi tentang penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Cara kita memahami waktu, menyusun waktu dan bereaksi terhadap waktu adalah alat komunikasi yang kuat dan berpengaruh pada tahapan dalam proses komunikasi.

Di berbagai belahan dunia, persepsi akan waktu memainkan peran besar dalam proses komunikasi nonverbal. Persepsi waktu meliputi ketepatan waktu, kesediaan untuk menunggu, dan interaksi. Penggunaan waktu dapat mempengaruhi gaya hidup, agenda sehari-hari, kecepatan berbicara, gerakan dan berapa lama orang mau mendengarkan.

5. Haptics

Haptics mengacu pada studi tentang sentuhan yang terjadi dalam proses komunikasi nonverbal. Ada enam jenis sentuhan yang berbeda, yaitu positif, playful, kontrol, ritualistik, terkait tugas dan tidak disengaja.

Seseorang harus mengetahui efektivitas menggunakan sentuhan saat berkomunikasi dengan lawan bicara. Grameds juga perlu berhati-hati dan memahami bagaimana sentuhan dapat disalahpahami.

Saat kita menggunakan sentuhan saat berinteraksi dengan orang lain, kita perlu memahami toleransi sentuhan setiap orang. Hal ini karena haptics berkaitan erat dengan latar belakang personal, agama, suku, dan budaya seseorang. Sebagian orang cukup ekspresif dalam berkomunikasi dan menafsirkannya lewat sentuhan, sedangkan kelompok yang lain merasakan ketidaknyamanan dengan sentuhan.

6. Paralinguistics

Paralinguistics, adalah studi tentang variasi nada, kecepatan, volume, intonasi bicara dan jeda untuk menyampaikan makna. Paralinguistics dapat diekspresikan secara sadar atau tidak sadar. Kadang-kadang bidang studi paralinguistics terbatas pada suara yang dihasilkan secara vokal.

Paralinguistics mengacu pada kualitas suara, volume, nada, kecepatan, dan ketidaklancaran yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Ini membantu untuk menyampaikan informasi tentang sikap pembicara. Terkadang mungkin ada kontradiksi antara apa yang dikatakan seseorang dan apa yang ditunjukkan oleh tindakannya. Dalam kasus seperti itu, tindakan orang tersebut dapat dianggap sebagai gambaran yang lebih benar tentang perasaan dan gagasannya.

Salah satu contohnya adalah terjadi ketika pembicara sedang melakukan presentasi dan sedang mencari jawaban, dia akan berhenti sejenak. Namun, saat tidak ada respons yang diinginkan, dia akan berbicara lebih cepat dengan jeda minimal.

7. Penampilan fisik

Penampilan fisik adalah salah satu komponen komunikasi nonverbal yang selalu memberikan kontribusi terhadap bagaimana orang memandang individu. Rambut yang disisir rapi, pakaian formal, dan senyum yang ceria akan selalu memberikan makna lebih daripada kata-kata. Diyakini bahwa penampilan fisik menentukan keberhasilan komunikasi.

Komunikasi Nonverbal

Seni Membaca Bahasa Tubuh

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Nonverbal

Latar belakang yang mendasari hidup seseorang turut mempengaruhi bagaimana orang tersebut bersikap, berpikir, dan merespons suatu peristiwa. Studi tentang pengaruh latar belakang seseorang dengan kemampuan komunikasi nonverbal telah menjadi perhatian para ahli. Menurut Ursula Hess beberapa latar belakang ini menjadi faktor penting yang menentukan komunikasi nonverbal seseorang.

Logat daerah

Teori Dialek yang dikemukakan oleh Elfenbein dan Ambady berpendapat bahwa setiap dialek memiliki ekspresi emosi yang berbeda satu sama lain. Hal ini terjadi dalam logat beberapa daerah di Indonesia. Misalnya Suku Batak diasosiasikan dengan nada yang tinggi, sedangkan Suku Jawa dikaitkan dengan tempo bicara yang lambat.

Logat daerah atau dialek ini dinilai sangat berpengaruh pada komunikasi nonverbal. Studi lain juga menemukan bahwa manusia mengekspresikan dirinya lebih baik dengan kelompok orang yang memiliki latar belakang daerah yang sama. Ini membuktikan bahwa emosi tidak diekspresikan secara universal.

Norma dan aturan budaya

Norma dan aturan budaya berperan penting pada komunikasi nonverbal. Norma mungkin memiliki efek tidak langsung karena mengarahkan manusia bertindak pada aspek-aspek tertentu dari suatu situasi.

Misalnya studi Scherer tahun 1997 menemukan kepercayaan yang kuat akan ilmu sihir di Afrika. Ini menyebabkan peristiwa kematian dianggap tidak adil karena tidak dilihat sebagai takdir tapi akibat dari tindakan manusia. Kemarahan pun menjadi respons yang lebih sering diekspresikan atas berita kematian dibandingkan kesedihan.

Setiap budaya memiliki sistem nilai yang berbeda sehingga situasi yang sama dapat menimbulkan emosi yang berbeda dalam konteks budaya yang berbeda. Norma-norma sosial tidak hanya mengatur siapa yang menunjukkan emosi yang mana, tetapi juga bentuk spesifik dari ekspresi emosi tersebut.

Dampak yang ditimbulkan oleh norma-norma sosial secara langsung adalah aturan dan larangan akan ekspresi atau emosi tertentu dalam konteks tertentu. Norma-norma seperti ini umumnya dianggap sebagai kewajiban dan pelanggarannya biasanya dihukum secara sosial.

Gender

Konstruksi sosial akan gender telah mengakar selama bertahun-tahun dalam kehidupan kita. Ada peraturan-peraturan tak tertulis di masyarakat tentang bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki bertindak. Hal ini pun berdampak pada pola komunikasi nonverbal yang ditafsirkan oleh perempuan dan laki-laki.

Perempuan cenderung diasosiasikan dengan sikap lemah lembut, keibuan, sementara laki-laki dikaitkan dengan perilaku yang maskulin, gagah. Perempuan diizinkan untuk lebih emosional dan ekspresif, sementara perilaku tersebut dinilai tidak lazim dilakukan laki-laki.

Status

Perbedaan ekspresi dan pengenalan akan emosi juga ditemukan berkaitan dengan status atau kedudukan seseorang. Seseorang dengan status superior diharapkan berperilaku dengan pola-pola tertentu. Misalnya, ekspresi kemarahan tidak dikehendaki dilakukan oleh seseorang dengan kedudukan terpandang.

BACA JUGA:

  1. Rekomendasi Buku untuk Meningkatkan Skill Berkomunikasi dengan Baik 
  2. Pengertian Komunikasi Organisasi: Fungsi, Teori, Jenis, dan Manfaat 
  3. Best Seller Buku Komunikasi (Bisnis, Politik, Visual, Organisasi) 
  4. Unsur Komunikasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 

Cara Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal terkesan dilakukan secara spontan. Banyak gerak tubuh atau ekspresi wajah yang terbentuk tanpa kita sadari. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang bis akita lakukan untuk melatih kemampuan komunikasi nonverbal. Panduan yang diberikan oleh Profesor Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Wichita, Raymond Hull, berikut dapat membantu individu memahami komunikasi nonverbal dengan lebih baik.

1. The Two-Minute Rule

Menurut Hull, “the two-minute rule” atau peraturan dua menit merupakan bagian yang sangat penting dalam komunikasi nonverbal. Rumus ini diaplikasikan untuk pertemuan yang biasanya dilakukan pertama kali.

Ketika kita memasuki sebuah ruangan untuk bertemu lawan bicara, momen dua menit pertama sangat penting. Audiens yang hadir akan menentukan penilaian mereka terhadap kita seperti penampilan fisik kita, bagaimana kita memasuki ruangan, kontak mata kita, cara kita berdiri atau duduk, dan penggunaan gerak tubuh kita ketika kita berbicara. Kesan pertama ini sulit untuk dihapus.

Kita disarankan untuk menampilkan gerakan atau bahasa tubuh yang merepresentasikan kenyamanan. Apabila kita menunjukkan ekspresi cemas, maka audiens juga akan menyadari hal tersebut dan berbalik merasa cemas. Kita cenderung merefleksikan apa yang kita rasakan, dan perasaan itu akan terpantul pada mereka yang berkomunikasi dengan kita. Mengontrol diri kita adalah cara terpenting menerapkan peraturan dua menit ini.

2. Membatasi Jarak Sosial

Penting untuk diingat bahwa kita harus menjaga jarak yang tepat saat berkomunikasi dengan orang lain—tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak terlalu jauh. Jika kesulitan mengingat jarak sosial atau jarak aman saat bercengkrama Grameds hanya perlu mengingat perkiraan jarak yaitu 30 inci atau sekitar 75 centimeter.

Jarak yang terlalu dekat bisa mengganggu orang yang kita ajak berkomunikasi. Namun, jika jarak komunikasi terlalu jauh, baik komunikator dan komunikan akan kehilangan fokus pada komunikasi.

3. Apa yang Postur Tubuh Kita Katakan tentang Kita

Postur tubuh kita dapat mengungkapkan kepada orang lain hal-hal yang tidak ingin kita ungkapkan. Postur tubuh kita juga mengungkapkan apa yang kita rasakan.

Dengan kata lain, siapa diri kita ketika kita berkomunikasi dengan orang lain—bagaimana kita mendengarkan, bagaimana kita berpenampilan, bagaimana kita duduk, bagaimana kita berdiri ketika kita berkomunikasi—merupakan unsur dalam komunikasi. Jika kita mengabaikan salah satu dari itu, komunikasi kemungkinan akan terhambat.

Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Antarpribadi Dalam Masyarakat Majemuk

4. Memastikan Posisi Tangan dan Kaki Tepat

Lengan, tangan, kaki, dan kaki kita mengungkapkan banyak hal tentang bagaimana perasaan kita sehubungan dengan apa yang kita dengarkan ketika orang lain berbicara kepada kita. Misalnya, memainkan jari dan kuku tangan menandakan komunikan sudah tidak tertarik dengan komunikasi yang berlangsung. Kaki menyilang dan tidak menyilang, atau tumit atau jari kaki mengetuk, semuanya merupakan petunjuk negatif—menandakan kegugupan atau bahkan keinginan untuk menarik diri dari percakapan.

5. Berbicara dengan Mata

Tatapan mata adalah elemen penting untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam pikiran kita. Kontak mata merupakan bagian yang sangat penting dalam komunikasi nonverbal interpersonal. Apabila lawan bicara kita membuat sedikit sekali kontak mata maka kemungkinan ia sudah kehilangan minat terhadap komunikasi yang berlangsung.

Selain itu ada lagi beberapa hal yang perlu kita terapkan untuk memahami komunikasi nonverbal lawan bicara kita.

  • Amati dengan Seksama Apa yang Terjadi

Ketika komunikasi nonverbal melibatkan respons emosional (misalnya, air mata mengalir di pipi atau gestur meremas tangan) dengan jelas bahwa bahasa tubuh tersebut menyampaikan pesan tertentu. Dengan memahami gerak tubuh yang dibuat lawan bicara, kita bisa memberikan respons yang tepat.

  • Pertimbangkan Perbedaan antara Pernyataan Verbal dan Perilaku Nonverbal

Jika ada perbedaan antara apa yang dikatakan seseorang dan apa yang ditunjukkan oleh bahasa tubuhnya, maka situasinya harus dipelajari dengan cermat. Diyakini bahwa tindakan lebih akurat daripada kata-kata.

  • Carilah Seluk-Beluk dalam Perilaku Nonverbal

Melalui pengamatan yang cermat, seseorang dapat membedakan antara tindakan palsu dan tindakan asli. Misalnya, senyum sarkastik dapat dibedakan dengan senyum tulus. Hal ini bisa dipelajari lewat materi atau bahasan mengenai bahasa tubuh manusia.

Nah, itu tadi penjelasan mengenai komunikasi nonverbal. Jika Grameds tertarik untuk mendalami komunikasi nonverbal, Grameds bisa mengecek buku-buku mengenai bahasa tubuh di bawah ini yang bisa diakses melalui www.gramedia.com.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Novi V

Selain suka membuat tulisan bertemakan administrasi, saya juga senang menulis dengan tema manajemen. Hal ini karena kedua hal itu saling berkaitan satu sama lain.