organisasi bentukan jepang – Halo, Grameds! Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945) merupakan periode singkat namun sangat penting dalam lintasan sejarah bangsa.
Meski hanya berlangsung sekitar tiga setengah tahun, dampaknya sangat terasa terutama dalam mematangkan persiapan menuju kemerdekaan.
Salah satu warisan terpenting dari periode ini adalah berdirinya berbagai organisasi bentukan Jepang.
Artikel ini akan mengupas tuntas seluk-beluk organisasi bentukan Jepang, mulai dari latar belakang pendiriannya, tujuan terselubung Jepang, hingga peran tak terduga yang dimainkannya dalam kancah pergerakan nasional Indonesia. Yuk, Grameds, simak untuk penjelasan lengkapnya!
Daftar Isi
Mengapa Jepang Membentuk Berbagai Organisasi?
Setelah berhasil mengusir Belanda, Jepang masuk ke Indonesia dengan janji “Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya“. Mereka menampilkan diri sebagai “saudara tua” yang datang untuk membebaskan Asia dari penjajahan Barat. Namun, di balik janji itu, tujuan utama Jepang adalah:
1. Eksploitasi Sumber Daya
Memanfaatkan sumber daya alam (seperti minyak, karet, dan timah) dan manusia Indonesia untuk mendukung perang melawan Sekutu.
2. Mobilisasi Massa
Menggerakkan rakyat secara terorganisir untuk mendukung upaya perang, baik sebagai tenaga kerja maupun pasukan cadangan.
3. Kontrol dan Pengawasan
Mengendalikan setiap aspek kehidupan masyarakat, termasuk politik dan pemuda, untuk mencegah timbulnya pemberontakan.
4. Propaganda dan Indoktrinasi
Mencuci otak rakyat Indonesia agar loyal kepada Jepang dan memusuhi Sekutu. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, Jepang membubarkan semua organisasi pergerakan nasional era Belanda dan menggantikannya dengan organisasi buatannya sendiri. Kebijakan ini dikenal dengan istilah Jepangisasi.
Organisasi Sosial dan Politik yang dibentuk Jepang
Jepang membentuk organisasi secara bertingkat, dari tingkat pusat hingga ke unit-unit terkecil di masyarakat. Berikut adalah organisasi-organisasi yang dibentuk Jepang yang perlu kamu ketahui, Grameds.
1. Gerakan Tiga A (Jawa)
Ini adalah organisasi propaganda pertama yang dibentuk Jepang di Jawa pada April 1942. Slogannya yang terkenal adalah:
- Nippon Cahaya Asia (Pemimpin Asia)
- Nippon Pelindung Asia (Pelindung Asia)
- Nippon Pemimpin Asia
Dipimpin oleh Mr. Syamsuddin, organisasi ini tidak bertahan lama karena dianggap kurang efektif dalam memobilisasi massa. Kegagalan Gerakan Tiga A membuka jalan bagi organisasi yang lebih massif.
2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Dibentuk pada Maret 1943, Putera dipimpin oleh Empat Serangkai: Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur.
Tugas resmi Putera adalah memobilisasi tenaga dan pikiran rakyat untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Namun, pada kenyataannya para tokoh nasionalis justru memanfaatkan Putera sebagai podium untuk berpidato dan menyebarkan semangat nasionalisme secara terselubung.
Melalui organisasi ini, popularitas Soekarno dan kawan-kawan semakin meluas. Dari sudut pandang Jepang, Putera akhirnya juga dianggap kurang efektif karena lebih banyak menguntungkan perjuangan Indonesia.
3. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Menggantikan Putera pada Januari 1944, Jawa Hokokai adalah organisasi yang lebih struktural dan langsung dikendalikan oleh Jepang.
- Ciri Khas: Strukturnya sangat hierarkis, dari tingkat pusat (dipimpin oleh Gunseikan) hingga tingkat desa. Setiap laki-laki di atas 14 tahun diwajibkan menjadi anggota.
- Tugas Utama: Melakukan “kebaktian” yang nyata melalui pengumpulan padi, barang-barang bekas, dan wajib kerja (romusha). Organisasi ini jauh lebih represif dibandingkan Putera.
Organisasi Semi-Militer dan Militer yang Dibentuk Jepang
Inilah salah satu dampak terpenting dari organisasi bentukan Jepang. Tanpa disadari Jepang, organisasi ini justru menjadi “sekolah militer” bagi pemuda Indonesia.
1. Seinendan (Barisan Pemuda)
Dibentuk pada tahun 1943, Seinendan adalah organisasi untuk pemuda berusia 14-22 tahun.
- Tujuan Jepang
Melatih pemuda untuk membantu pertahanan udara, memadamkan kebakaran, dan tugas-tugas sipil lainnya.
- Dampak bagi Indonesia
Para pemuda mendapatkan pelatihan dasar kemiliteran dan kedisiplinan, yang kelak sangat berguna dalam perang kemerdekaan.
2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
Organisasi untuk pemuda berusia 23-35 tahun yang bertugas membantu polisi Jepang dalam menjaga keamanan dan ketertiban desa.
- Tugas: Ronda malam, pengawasan lalu lintas, dan tugas patroli.
- Dampak: Anggota Keibodan mendapatkan pengalaman dalam menjaga keamanan lingkungan, yang menjadi dasar bagi terbentuknya badan-badan keamanan rakyat.
3. Fujinkai (Organisasi Perempuan)
Organisasi untuk perempuan di atas 15 tahun. Tugasnya antara lain mengumpulkan dana dan barang-barang untuk perang, serta mensosialisasikan politik Jepang di kalangan perempuan.
4. Heiho (Pembantu Prajurit)
Ini adalah organisasi yang sangat penting. Heiho dibentuk untuk menjadi pembantu prajurit Jepang di medan perang.
- Status
Mereka bukan tentara resmi, tetapi tenaga pembantu yang bekerja di belakang garis pertempuran (logistik, konstruksi, dll).
- Pelatihan
Mereka mendapatkan pelatihan militer yang lebih intensif daripada Seinendan. Banyak anggota Heiho yang kemudian membelot dan membawa senjata mereka untuk bergabung dengan laskar pejuang Indonesia.
5. Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA)
Inilah organisasi militer bentukan Jepang yang paling berpengaruh. Dibentuk pada 3 Oktober 1943 atas usulan Gatot Mangkupraja, PETA dirancang untuk membantu tentara Jepang menghadapi serangan Sekutu.
- Pelatihan Intensif
Anggota PETA mendapat pelatihan militer yang sangat serius dan setara dengan tentara reguler. Mereka diajarkan taktik perang, penggunaan senjata, dan semangat bushido.
- Tokoh-Tokoh Penting
Banyak perwira PETA yang kelak menjadi tokoh inti Tentara Nasional Indonesia (TNI), seperti Jenderal Soedirman (sebagai Daidancho/Komandan Batalyon), Jenderal A.H. Nasution, dan Jenderal Gatot Subroto.
- Warisan Terbesar
PETA menjadi cikal bakal TNI. Pengalaman, hierarki, dan doktrin militer yang diperoleh di PETA menjadi fondasi bagi berdirinya angkatan perang Indonesia yang profesional.
Organisasi Berbasis Agama dan Masyarakat yang Dibentuk Jepang
Jepang juga tidak melupakan kekuatan umat beragama, khususnya Islam. Berikut adalah organisasi berbasis agama dan masyarakat yang dibentuk Jepang.
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
Dibentuk pada November 1943, Masyumi adalah organisasi yang mewadahi berbagai ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
- Tujuan Jepang
Memobilisasi dukungan dari kalangan Muslim terbesar di Indonesia dan mencegah pemberontakan.
- Peran
Masyumi berhasil mempertahankan otonomi relatif dan memanfaatkan organisasi ini untuk memperkuat jaringan ulama dan umat. Organisasi inilah yang kelak menjadi partai politik penting di era kemerdekaan.
Dampak Organisasi Bentukan Jepang
Berikut adalah dampak-dampak yang diakibatkan organisasi bentukan Jepang terhadap Nusantara.
Dampak Positif
Berikut adalah dampak-dampak positif yang disebabkan oleh organisasi bentukan Jepang yang seharusnya tidak dikehendaki oleh Jepang.
- Pelatihan Militer
Pemuda Indonesia mendapatkan pelatihan militer dan organisasi yang tidak mungkin mereka dapatkan di era Belanda.
- Penghapusan Stratifikasi Sosial
Jepang menghapuskan sistem feodal dan perbedaan status, yang mempersatukan rakyat dari berbagai latar belakang.
- Penggunaan Bahasa Indonesia
Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda dan mendorong penggunaan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dan organisasi, yang mempercepat penyebaran bahasa persatuan.
- Konsolidasi Nasionalisme
Melalui pidato-pidato di Putera dan organisasi lain, semangat nasionalisme justru semakin membara dan terorganisir.
- Jaringan dan Infrastruktur
Terbentuknya jaringan pemuda dan tokoh dari berbagai daerah yang memudahkan koordinasi menuju proklamasi.
Dampak Negatif
Berikut adalah dampak-dampak negatif organisasi bentuk Jepang yang perlu kamu ketahui.
- Romusha
Ini adalah sisi paling kelam dari pendudukan Jepang. Rakyat dipaksa menjadi pekerja romusha (buruh paksa) dengan kondisi yang sangat menyedihkan, menyebabkan jutaan korban jiwa akibat kelaparan, penyakit, dan kekerasan.
- Eksploitasi Ekonomi
Ekonomi Indonesia porak-poranda akibat dirampasnya hasil bumi untuk kepentingan perang Jepang, menyebabkan kelaparan dan hiperinflasi.
- Penindasan dan Kekerasan
Jepang menerapkan sistem pemerintahan yang sangat keras dan kejam. Banyak tahanan politik dan siapa pun yang dicurigai melawan disiksa dan dieksekusi.
Kesimpulan
Perlu diketahui, organisasi bentukan Jepang hadir sebagai alat kontrol dan eksploitasi, Grameds. Jepang ingin menciptakan robot-robot yang patuh, tetapi yang mereka hasilkan justru adalah para pemuda terlatih, terdidik, dan penuh semangat juang yang siap mempertahankan tanah airnya.
Mempelajari organisasi bentukan Jepang bukan hanya tentang menghafal nama dan tahun, tetapi juga tentang memahami bagaimana sebuah bangsa mampu mengubah alat penindasan menjadi senjata pembebasan.
Rekomendasi Buku Terkait
1. Mei Merah 1998: Kala Arwah Berkisah
Novel ini mengangkat kisah seorang anak perempuan yang terlahir dari ibu korban kekerasan seksual dalam Tragedi Mei 1998. Sejak kecil ia hidup dengan stigma dan luka sejarah yang diwariskan oleh peristiwa kelam bangsa tersebut. Dalam pencarian jati diri dan jejak ibunya, ia berhadapan dengan pertanyaan mendasar tentang martabat, keadilan, dan nilai hidup sebagai perempuan yang terus dipinggirkan.
Melalui gaya penceritaan yang puitis, novel ini menyoroti keberanian perempuan untuk bangkit dan menegaskan bahwa mereka adalah sumber kehidupan dan masa depan bangsa. Terinspirasi dari tragedi nyata yang menyertai kejatuhan Orde Baru, kisah ini menjadi seruan moral agar peristiwa kelam terhadap perempuan tidak pernah dilupakan dan tidak kembali terjadi.
2. Entrok
Cerita ini mengikuti kehidupan Marni, seorang perempuan desa yang hidup dengan keyakinan pada leluhur dan tradisi Jawa, serta putrinya, Rahayu, yang tumbuh sebagai generasi baru berpendidikan dan taat pada agama modern. Perbedaan cara pandang membuat keduanya saling menjauh dan memandang satu sama lain sebagai sosok yang salah: Marni dianggap pendosa, sementara Rahayu dianggap tak lagi berjiwa.
Di tengah konflik batin dan jurang budaya antara ibu dan anak, hadir ancaman dari kekuasaan yang menindas rakyat, mengubah kehidupan mereka menjadi penuh ketakutan dan derita. Pada akhirnya, Marni dan Rahayu menemukan bahwa meskipun berbeda, mereka dipersatukan oleh nasib sebagai korban ketidakadilan yang sama—mereka sama-sama berjuang melawan kuasa yang menindas kehidupan warga kecil.
3. Laut Bercerita
Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.
Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.
Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan makam anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.
4. Pulang
Paris, Mei 1968
Ketika gerakan mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo, seorang eksil politik Indonesia, bertemu Vivienne Deveraux, mahasiswa yang ikut demonstrasi melawan pemerintahan Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta; Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas.
Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris, Dimas bersama tiga kawannya-Nugroho, Tjai, dan Risjaf—terus-menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan peristiwa 30 September. Apalagi dia tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara.
Jakarta, Mei 1998.
Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa masuk Indonesia untuk merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliahnya. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan sekedar masa lalu ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan kawan-kawan ayahnya. Bersama Sedara Alam, putera Hananto, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa selama 32 tahun.
Pulang adalah sebuah drama keluarga, persahabatan, cinta, dan pengkhianatan berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.
5. Menyibak Tabir Orde Baru
Selama lebih dari tiga puluh tahun, Soeharto memegang kekuasaan tertinggi di Indonesia sebagai sosok presiden yang dianggap ideal oleh sebagian besar rakyat. Namun, periode Orde Baru menyimpan banyak aspek yang tidak sepenuhnya tampak di hadapan publik karena sejumlah kejanggalan dan upaya penyamaran rezim.
Dalam Menyibak Tabir Orde Baru: Memoar Politik Indonesia 1965–1998, Jusuf Wanandi—sebagai saksi sekaligus bagian dari lingkaran elite politik negeri—mengungkap berbagai peristiwa yang terjadi di balik layar. Mulai dari tragedi 1965, invasi ke Timor Timur, hingga hubungan rumit Soeharto dengan RRC, PKI, dan kelompok politik Islam, penulis memberikan gambaran langsung dari pengalaman pribadi dan pengamatannya.
Buku ini menawarkan wawasan mendalam mengenai bagaimana Indonesia berkembang hingga menjadi seperti sekarang. Melalui kisah yang penuh lapisan dan nuansa, pembaca diajak melihat tokoh Soeharto dan perjalanan menuju demokrasi dari berbagai sudut, tanpa kesimpulan hitam-putih. Dipenuhi anekdot dan refleksi personal, buku ini menjadi sumber penting yang mampu memantik diskusi serta pemahaman lebih kritis tentang sejarah modern Indonesia.
- Aspek Trigatra dan Pancagatra
- Buku Biologi Best Seller
- Latihan Soal SBMPTN Saintek dan Soshum
- Latihan Soal Asesmen Kompetensi Minimum SMA
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Buku Menambah Wawasan
- Bentuk Pemerintahan Indonesia
- Bhabinkamtibmas
- DPD
- Desa
- Instansi
- Kekuasaan Legislatif
- Lembaga Legislatif: Fungsi dan Pasalnya
- Negara Demokrasi
- Negara Hukum
- Museum Kebangkitan Nasional
- Oligarki
- Organisasi Bentukan Jepang
- Parlementer
- Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila
- Penyimpangan Pada Masa Orde Baru
- Polisi Khusus Cagar Budaya: Fungsi, Tugas, dan Gajinya!
- Princess Leonor
- PPATK
- Sentralisasi
- Strategi Pemberdayaan Masyarakat
- Tes CPNS






