in

Emot Batu: Arti dan Kisah di Baliknya

Pexels/Alena Darmel

Emot Batu – Apakah Grameds mengetahui arti emot batu yang belakangan ini kerap digunakan, baik ketika membagikan foto di sosial media maupun percakapan pribadi melalui chat? Meski tampak seperti ukiran batu biasa, tetapi ternyata batu ini memiliki kisah uniknya tersendiri. Mari kita kupas lebih lanjut misteri dibalik emot batu, yuk simak artikel berikut ini!

 

Arti Emot Batu

Dikutip dari laman resmi emoji guide, emot kepala batu digambarkan sebagai sebuah patung Moai raksasa sosok manusia yang terdapat di Pulau Paskah. Wajah datar dari emot kepala batu ini bisa diartikan sebagai ekspresi konyol, tabah, sebal, muka datar, dan lain sebagainya. Emot batu ini juga menjadi referensi dari patung bernama Moyai yang terletak di daerah dekat stasiun Shibuya, Tokyo.

Moai adalah emoji yang sudah disetujui sebagai standar Unicode 6.0 sejak tahun 2010 silam. Munculnya emot kepala batu yang kerap kali diimbuhkan oleh para penghuni dunia maya tersebut viral saat ada unggahan suatu video lelucon yang dinilai kurang lucu di media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, hingga Twitter.

Ada juga netizen yang menganggap bahwa emot batu tersebut merupakan ekspresi seorang yang tampan dan pemberani merujuk pada salah satu episode dari serial kartun “SpongeBob Squarepants” di mana Squidward dikatakan tampan saat memiliki wajah yang mirip dengan patung Moai. Meski begitu, tak ada aturan khusus yang mengikat perihal penggunaan maupun pemaknaan dari emot batu ini. Setiap orang dipersilakan menggunakan emoji ini untuk mengekspresikan hal apa saja.

Apabila ditinjau dari segi warna dan bentuknya, emot batu memiliki perbedaan di masing-masing platform. Bahkan, perbedaannya juga terdapat dari posisi wajahnya menghadap.

Emot kepala batu yang menghadap ke arah kanan dapat ditemukan di WhatsApp serta Messenger. Sementara itu, emot batu yang menghadap ke arah kiri dapat ditemukan di platform Samsung, Facebook, Google, Mozilla, serta Apple. Lain lagi dengan emot yang menghadap ke arah depan dapat ditemukan di Twitter.

Untuk penamaannya sendiri, di masing-masing platform juga berbeda. Nama yang disandang oleh emot batu ini diantaranya ialah Human Rock Carving, Moai, Moyai Statue, dan Easter Island.

Baca juga: 23 Arti Emoticon dari Cowok Saat Chatting, Simak Artinya Disini!

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Patung Moai, Batu di Balik Emot Populer

Pulau Paskah  yang merupakan bagian dari negara Cile, tepatnya di bagian selatan Samudra Pasifik adalah salah satu pulau termisterius di seluruh dunia. Pulau ini bahkan masuk ke dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

Mungkin Grameds sudah pernah mendengar jika di pesisir pulau Paskah ini terdapat ratusan patung raksasa yang telah berusia sekitar 400 tahun yang disebut dengan Moai. Moai adalah patung manusia yang jenisnya monolitis atau dipahat hanya dari satu buah batu. Meski begitu, ada pula Moai yang terdiri dari dua buah batu pahat yang menjadi penyusun antara bagian tubuh dengan kepalanya.

Sekarang ini, terdapat kurang lebih 887 Moai yang tersebar di pulau Paskah atau Rapa Nui, sebagaimana penduduk lokal menamai pulau tersebut. Ada 13 Moai yang berdiri di alas tempat ritual terbesar yang dinamakan Ahu Tongariki. Dengan patung-patung tersebut yang ukuranya terlalu besar serta tubuh tanpa kaki, dirasa akan sulit membayangkan cara patung monolitik raksasa yang bahkan beratnya mencapai 88 ton serta dibangun sekitar 900 tahun silam dapat berpindah ke pulau terpencil ini.

Untuk mencari fakta unik di dunia lainnya, Grameds bisa menyimak buku berikut ini!

1200 Fakta Unik Destinasi Wisata Dunia

Baca Juga: Daftar Negara Tersantai di Dunia untuk Wisata dan Healing

Cara Pembuatan Patung Moai

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

Hampir seluruh patung tersebut dibuat di tambang batu vulkanik Rano Raraku sebelum akhirnya diletakkan di alas batu bernama ahus yang terdapat di berbagai titik di garis pantai pulau. Penelitian yang telah dilakukan menemukan bahwa patung-patung yang belum selesai ditambang serta patung-patung terbengkalai yang tergeletak di sisi jalan pulau yang masih harus dipindahkan memiliki ukuran dasar yang lebih lebar apabila dibandingkan dengan patung yang sudah berdiri tegap di atas ahus.

Hal yang mengejutkan ialah tubuh patung-patung tersebut condong ke depan sekitar 17 derajat yang menyebabkan pusat massa berada pas di atas tepi bawah depan, sehingga berbentuk membulat. Penyesuaian tersebut membuat patung dapat berguling dari sisi ke sisi untuk diangkut ke tempat tujuan mereka.

Orang-orang Rapanui sebenarnya membuat struktur untuk dapat melakukan hal yang sama. Ketika patung tersebut mengarah condong ke depan, maka akan jatuh serta bergerak melintasi bagian depan dan melangkah maju. Saat “berjalan”, Moai dibantu menggunakan tali oleh sekelompok orang Rapanui di tiap-tiap sisi patung memimpin tangga, sedangkan sekelompok kecil yang ada di belakang bertugas untuk memantapkan gerakan.

Saat patung sudah berada di ahus, pemahat akan membuat mata serta membentuk kembali alasnya untuk disesuaikan dengan pusat massa yang memungkinkan patung dapat berdiri tegak dengan sendirinya. Mayoritas Moai dibuat di sebuah kawah gunung berapi yang telah punah bernama Rano Raraku yang dulunya berfungsi sebagai tempat tambang patung utama.

Menurut peneliti, Rapanui lebih memilih untuk membuat patung tersebut berjalan dibandingkan dengan menyeret maupun menggelindingkan di atas kayu gelondongan ialah dilihat dari segi kepraktisan. Patung-patung tersebut sangat berat dan akan menghancurkan kayu gelondongan, sedangkan untuk menyeret patung sebesar itu memerlukan tenaga kerja yang sangat banyak. Di pulau terpencil, tandus, serta memiliki sedikit sumber daya, membuat patung-patung itu berjalan merupakan metode yang efisien.

Mayoritas patung tersebut dibuat dari bahan dasar batu karang vulkanik yang dapat dengan mudah ditemukan di daerah Rano Raraku. Di Rano Raraku juga ada sekitar 400 patung Moai yang hancur maupun tidak terselesaikan. Patung-patung tersebut terlihat ditinggalkan begitu saja secara tiba-tiba oleh para pembuatnya. Sampai saat ini belum diketahui dengan jelas penyebab patung-patung berwajah datar tersebut ditinggalkan dengan kondisi yang demikian.

Ada sebuah dugaan bahwa Pulau Paskah mulanya merupakan pusat dari peradaban yang diyakini sebagai peradaban modern dan sudah sangat tinggi, tetapi tiba-tiba hancur karena terjadi bencana alam yang melanda pulau tersebut. Ada pula yang menciptakan teori bahwa Moai dibangun oleh masyarakat kelas bawah dengan tujuan untuk menghormati masyarakat kelas atas.

Penduduk kelas bawah tersebut lalu memberontak dan menyebabkan sebuah perang besar antara kedua golongan yang berakibat hancurnya peradaban di Pulau Paskah. Pendapat tersebut dikuatkan dengan adanya penemuan dari beberapa peneliti yang baru-baru ini menemukan sisa-sisa senjata seperti mata panah serta pisau yang terdapat di gua-gua tersembunyi di Pulau Paskah.

 

Arti dan Fungsi Patung Moai

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

Sampai saat ini, arti serta fungsi patung Moai masih menjadi misteri bahkan bagi para arkeolog. Bahkan, belum ada yang mengetahui arti dari kata Moai. Pada beberapa patung Moai ditemukan huruf-huruf hieroglif yang mungkin berisi penjelasan perihal patung tersebut maupun pembuatnya. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada arkeolog yang berhasil menerjemahkannya.

Bagi orang Rapa Nui, ahu dan patung Moai adalah sumber kekuatan serta energi sipiritual yang keramat dan memiliki sebuah larangan tersirat. Area yang berada di bawah ahu juga dijadikan sebagai kuburan bagi masyarakat Rapa Nui, berada langsung di pantai, serta sangat rentan terhadap erosi pantai sehingga banyak patung yang runtuh ke laut.

Ahu dan Moai adalah sebuah monumen sakral bagi orang Rapa Nui sekaligus merupakan sebuah pusat identitas serta pusat ekonomi pariwisata. Pada tahun 2022, terjadi kebakaran di pantai yang membuat patung-patung tersebut rentan runtuh ke laut. Rusak serta hilangnya ekspresi budaya Rapa Nui yang unik ini juga memberikan dampak pada kehidupan serta mata pencaharian dari warga setempat.

 

Legenda Patung Moai

Banyak sekali misteri dari Pulau Paskah terutama disebabkan karena keterasingannya. Hal tersebut menjadikan budaya serta sejarah dari Rapa Nui belum terurai dengan sepenuhnya yang membuat banyak sekali muncul mitos serta legenda dari Pulau Paskah. Kisah mitos dan legenda tersebut disampaikan secara lisan oleh penduduk asli, kemudian dikumpulkan oleh pengunjung kuno. Akan tetapi, mitos-mitos yang umumnya berisi penjelasan dari peristiwa masa sudah dibumbui oleh imajinasi baik dari pencerita maupun pendengarnya. Berikut, beberapa mitos dan legenda yang beredar mengenai patung Moai.

Bila Grameds tertarik dan ingin mempelajari sejarah dunia lainnya, simaklah buku berikut ini!

Sejarah Dunia Lengkap

Baca juga: 11 Rekomendasi Buku Sejarah Dunia Terbaik

1. Hotu Matu’a dan Tujuh Penjelajah

Ini merupakan salah saru legenda utama Rapanui dan berisi penjelasan mengenai pemukiman Pulau Paskah. Legenda menjelaskan bahwa Ariki (raja) Hotu Matu’a tinggal di sebuah tempat yang indah bernama Hiva. Pada suatu malam, di dalam mimpinya ia memperoleh pesan bahwa tanah kekuasaannya akan tenggelam, sehingga ia perlu mencari tempat untuk memindahkan rakyatnya. Berkat saran dari peramal yang bijak, Hotu Matu’a mengirim tujuh penjelajah untuk pergi menuju matahari pagi dan mencari tanah yang bisa digunakan untuk hidup dan menanam makanan pokok mereka, yakni ubi.

Setelah beberapa hari, ketujuh penjelajah tersebut tiba di sebuah pulau kecil yang tidak berpenghuni dan terlihat cukup subur, sehingga pas untuk ditinggali. Dalam kisah tersebut, dikatakan bahwa selain ubi, para penjelajah juga membawa Moai dan sebuah kalung mutiara. Barang-barang tersebut ditinggalkan saat mereka kembali ke Hiva dan menyisakan satu penjelajah saja di pulau tersebut.

Beberapa minggu kemudian, Hotu Matu’a sampai di pulau tersebut bersama dengan dua kapal besar yang berisi rombongan dari istri, saudara perempuan, dan 100 orang lainnya. Sejak saat itu, pulau tersebut dinamakan sebagai Te pito o te henua yang berarti “pusat dunia”.

Legenda tersebut menjadi alasan dari beberapa peneliti yang mengatakan bahwa saat Hotu Matu’a sampai di Pulau Paskah, tempat tersebut sudah dihuni dibuktikan dengan ditemukannya ubi serta beberapa patung Moai. Ada yang meyakini bahwa ketujuh penjelajah tersebut merupakan simbol dari tujuh generasi atau suku yang tinggal di tempat tersebut, dan hanya ada satu yang berhasil bertahan dan bercampur dengan penduduk Hotu Matu’a. Ketujuh penjelajah tersebut direpresentasikan oleh tujuh Moai yang berada di Ahu Akivi .

 

2. Telinga Panjang dan Telinga Pendek

Mitos Rapa Nui lainnya menjelaskan bahwa setelah kedatangan orang Polinesia terjadi sebuah imigrasi kontroversial karena karakteristik ras pendatang berbeda dengan karakteristik dari penduduk asli. Pendatang baru memiliki karakteristik yang lebih gagah serta kokoh dan dikenal sebagai Hanau E’epe atau “ras lebar”, yang merupakan kebalikan dari Hanau Momoko atau “ras kurus”.

Beberapa versi menyebutkan bahwa Hanau E’epe memiliki bentuk daun telinga yang sangat lebar dan dihubungkan dengan suku Inca, tak seperti Hanau Momoko yang tak memiliki sifat tersebut, karena mereka merupakan keturunan Polinesia.

Meskipun demikian, peneliti lain memiliki pendapat bahwa perbedaan antara kedua kelompok tersebut pada dasarnya hanyalah terletak pada fisiknya saja. Maka dari itu, Hanau E’epe digolongkan sebagai kelas pekerja sedangkan Hanau Momoco merupakan kelas yang dominan. Bagi mereka, daun telinga yang diregangkan sebagai ciri khas Moai, tidak lain merupakan praktik umum yang bahkan banyak ditemukan di seluruh dunia.

 

3. Make-Make, Dewa Pencipta

Menurut legenda, setelah menciptakan Bumi, Make-Make merasa kesepian karena ia mengira ada sesuatu yang menghilang. Kemudian, ia melihat bayangannya di air, pada waktu itu hadir seekor burung yang hinggap di bahunya untuk beristirahat. Make-Make merasa kagum dengan pantulan gambar yang menyatu tersebut. Lantas, ia memutuskan untuk menciptakan sebuah mahluk yang dijadikan sebagai putra sulungnya.

Kendati demikian, Make-Make masih belum merasa puas dan ingin membuat makhluk sepertinya yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan berbicara. Upaya pertamanya ialah menyuburkan beberapa tanah, tetapi tidak berhasil. Lalu, ia menyuburkan air dan laut yang dipenuhi dengan ikan. Pada akhirnya, dia mencoba membuahi tanah liat merah dan dari situlah manusia tercipta. Akan tetapi, manusia dari tanah liat tersebut kesepian. Make-Make kemudian membuat manusia itu tertidur dan menciptakan seorang wanita yang berasal dari tulang rusuknya.

 

4. Moai Kava Kava

Legenda menjelaskan bahwa pada suatu hari, Ariki Tu’u Koihu yang merupakan putra tertua dari Hotu Matu’a, tengah berjalan pada tengah malam di Puna Pau saat ia menemukan dua roh, atau yang dinamakan aku, aku sedang tertidur di depannya. Setelah melihat dengan lebih dekat, ia menyadari bahwa roh tersebut memiliki tubuh kerangka. Kemudian, ia memutuskan untuk pergi dan meninggalkan kedua roh tersebut. Meski demikian, saat mencoba lari, Tu’u Koihu malah membangunkan mereka dan membuatnya menjadi dikejar. Akibat rasa takut yang berlebih, Tu’u Koihu mencari pertolongan dan memberi tahu seseorang mengenai hal yang dilihatnya.

Tu’u Koihu menyangkal bahwa ia pernah memerhatikan mereka, tetapi roh-roh tersebut tidak percaya dan memutuskan untuk terus mengawasinya selama dua hari dua malam. Melihat bahwa Tu’u Koihu tak memberi tahu siapa pun, lantas roh-roh tersebut memilih pergi. Begitu bebas dari roh, Tu’u Koihu kembali ke Tore Ta’hana dan mengukir di sepotong Kayu Toromiro mengenai dua sosok menyeramkan tidak berwujud yang pernah ia lihat. Ini merupakan  sarana komunikasi yang ditemukan oleh Tu’u Koihu untuk memberi tahu kepada dunia mengenai hal yang ia lihat.

Menurut tradisi, asal mula tercipranya Kava Kava Moais (“patung dengan tulang rusuk”) yang umumnya terbuat dari kayu dan digantung pada bagian dalam pintu depan, berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat.

Itu dia beberapa legenda dan mitos terkait dengan moai. Bila Grameds tertarik untuk belajar lebih lanjut mengenai apa saja yang ada di dunia ini, simaklah buku berikut ini!

Wah, Unik Sekali! 100 Fakta Unik di Dunia

Kesimpulan

Emoji ini menunjukkan sebuah Moai yang merupakan patung batu raksasa sosok manusia di Pulau Paskah. Hal ini digunakan untuk ekspresi tabah, datar atau konyol. Moai sendiri merupakan patung manusia berjenis monolitis. Artinya dipahat dari satu buah batu saja. Meski begitu, ada juga Moai yang terdiri dari dua buah batu pahat yang menyusun bagian tubuh dan kepalanya.

Nah, itu dia Grameds penjelasan lengkap mengenai emot batu dan patung dibaliknya. Sekarang sudah tak bingung lagi, kan?

 

Frequently Asked Question

1. Apa Nama Emot Batu?

Nama dari emot batu ini adalah Moai, merupakan simbol dari patung kuno yang berada di pulau Paskah.

2. Apa Fungsi dari Emot Batu?

Fungsi dari penggunaan emot batu ialah untuk menunjukan ekspresi tabah, datar, maupun sekadar menunjukkan ekspresi konyol.

3. Bagaimana Cara Mencari Emot Batu di Handphone?

Untuk mencari emoji ini, Grameds dapat menggunakan kata kunci berikut: moai, moyai, patung, wajah.

 

Sumber Rujukan

  • https://id.emojiguide.com/objek/moai/
  • https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6440224/asal-usul-emoji-kepala-batu-patung-teman-yang-dicuri
  • https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/18/100000765/sering-digunakan-apa-arti-emoji-kepala-batu-?page=all
  • https://www.kompas.tv/article/341253/jangan-asal-pakai-emoji-kepala-batu-ternyata-artinya-begini

 

Penulis

Nanda Akbar Gumilang



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien