Manajemen

Manajemen Risiko: Pengertian, Manfaat, Tujuan, Prinsip dan Langkah-langkahnya

pengertian manajemen risiko
Written by Novi V

Manajemen risiko berperang penting untuk menghindari risiko yang terjadi dalam sebuah perusahaan. Risiko diartikan sebagai akibat yang kurang menyenangkan dari suatu tindakan. Risiko menjadi kata yang tidak asing di telinga dan memiliki konotasi negatif. Contoh saja, jika kita mempunyai sebuah bisnis, namun karyawan-karyawan tidak jujur dan suka mencuri, maka ada risiko bisnis akan rugi (kejadian yang tidak menyenangkan).

Dalam sebuah perusahaan yang tentu terdapat aktivitas bisnis, sebuah risiko harus dikelola dengan sebaik mungkin, terlebih di tengah situasi pandemi seperti sekarang ini. Karena risiko bisa muncul kapan saja dan beragam. Dibutuhkan suatu metode atau cara untuk mengantisipasinya. Mari pelajari dengan saksama mengenai manajemen risiko berikut ini.

1. Pengertian Manajemen Risiko

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini terjadi karena kurangnya informasi mengenai yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Seperti diartikan oleh (Regan:2003) bahwa risiko ialah suatu kemungkinan yang menimbulkan atau mengesankan kerugian atau bahaya.

Didefinisikan oleh Wideman dan Mamduh (2009) bahwa risiko adalah ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan yang dikenal dengan istilah opportunity, sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (risk).

Emmaett J Vaughan dan Curtis Elliot (1978) menyebutkan, risiko diartikan sebagai kans kerugian (the chance of loss), kemungkinan kerugian (the possibility of loss), ketidakpastian (uncertainty), penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan (the dispersion of actual from expected result), probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan (the probability of any outcome different from the expected).

Risiko diklasifikasikan menjadi dua oleh Mamduh Hanafi (2009), yaitu: risiko murni dan risiko spekulatif. Pure risks atau biasa disebut risiko murni merupakan risiko di mana kemungkinan kerugian ada tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh: kebakaran, kecelakaan, kebanjiran, dan lain-lain. Sedangkan risiko spekulatif merupakan risiko di mana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan. Contoh: membeli saham, usaha bisnis, dan lain lain.

Di dunia ini, kita pasti menghadapi yang namanya ketidakpastian. Unsur ketidakpastian ini seringkali menimbulkan suatu kerugian. Ini merupakan sifat yang universal, hampir selalu ada pada semua aspek kehidupan manusia. Kerugian atas unsur ketidakpastian ini (risiko) dapat berwujud dalam berbagai hal aktivitas baik dalam aktivitas ekonomi, sosial, maupun aktivitas hukum.

Untuk itu, agar dapat menanggulangi segala risiko yang mungkin terjadi diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan kegiatan manajemen yang dilakukan pada tingkatan pimpinan pelaksana, yaitu kegiatan penemuan dan analisis sistematis kerugian yang mungkin dihadapi perusahaan akibat suatu risiko serta metode yang paling tepat untuk menangani kerugian yang dihubungkan dengan tingkat profitabilitas perusahaan.

Herman Darmawi (2006) menyatakan, manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Irham Fahmi (2010) mendefinisikan manajemen risiko sebagai suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi atau perusahaan menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.

Manajemen risiko ini juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi atau perusahaan. Dengan demikian, manajemen risiko diperlukan guna menghindari dan meminimalisir risiko yang akan muncul atau dihadapi perusahaan.

Pada pengaplikasiannya dalam perbankan, manajemen risiko juga digunakan untuk mengidentifikasi risiko pasar, operasional, serta kredit bank yang dapat kamu pelajari pada buku Manajemen Risiko 1 yang ada dibawah ini.

beli sekarang

Baca juga : Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli

2. Manfaat Manajemen Risiko bagi Perusahaan

Manfaat yang akan didapatkan oleh suatu perusahaan apabila melaksanakan risk management dengan baik antara lain:

a. Menjamin pencapaian tujuan

Manajemen dalam sebuah perusahaan menggunakan segala cara yang baik untuk mencapai tujuan perusahaannya. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, banyak hal bisa terjadi. Ada hal-hal yang bisa diantisipasi sebelumnya, dan ada kemungkinan masa depan yang penuh ketidakpastian. Ketidakpastian itulah yang menimbulkan risiko.

Tujuan akan lebih mudah jika rintangan yang mungkin terjadi itu telah diketahui sebelumnya. Ronny Kountur (2004) mengatakan, keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan bisa berhasil jika memiliki tujuan yang baik untuk dicapai.

Perusahaan yang memiliki manajemen risiko yang baik akan lebih mudah jalannya untuk mencapai tujuan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki manajemen risiko yang baik.

b. Meminimalkan kemungkinan bangkrut

Semua perusahaan memiliki kemungkinan bangkrut atau gulung tikar. Risiko bangkrut bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. Tidak ada yang bisa menjamin bahwa sebuah perusahaan tidak akan bangkrut.

Perusahaan yang menerapkan manajemen risiko (risk management) dengan baik akan sanggup menangani berbagai kemungkinan yang merugikan yang akan terjadi pada perusahaannya. Hal ini bisa meminimalkan kemungkinan kerugian dan eksistensi perusahaan bisa dipertahankan.

c. Meningkatkan keuntungan perusahaan

Manajemen risiko (risk management) yang baik dan teratur tentu dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Salah satu manfaat dari manajemen risiko adalah dapat memperkecil kerugian sehingga keuntungan yang akan diperoleh semakin besar.

Dengan penanganan risk management yang baik, segala kemungkinan kerugian yang bisa menimpa perusahaan bisa dibuat seminimal mungkin sehingga biaya menjadi lebih kecil dan keuntungan yang masuk ke perusahaan bisa lebih bertambah. Hal ini harus menjadi salah satu indikator suksesnya pelaksanaan manajemen risiko dalam suatu perusahaan.

d. Memberikan keamanan pekerjaan

Manajer harus memiliki kemampuan memahami, menganalisa, dan menangani risiko. Manajer yang dapat menangani risiko dengan baik dapat membantu menyelamatkan perusahaan.

Apabila perusahaan yang manajer tangani tersebut dapat terhindar dari kerugian, maka sudah pasti perusahaan akan mengalami kemajuan dan karir manajer pun akan ikut maju.

Ronny Kountur (2004) pernah mengatakan, banyak perusahaan yang tidak bersedia mempekerjakan manajer dari perusahaan yang sebelumnya pernah bangkrut atau tidak berprestasi sewaktu dipimpin oleh manajer tersebut. Keengganan untuk mempekerjakan manajer yang tidak berprestasi kadang-kadang bukan disebabkan manajer tersebut tidak berpengalaman, tetapi kemungkinan karena kurang pahamnya dalam menangani hal-hal tidak terduga atau risiko.

Dalam lebih memahami manfaat dari manajemen risiko serta mengintegrasikannya dengan sistem manajemen lainnya yang ada di dalam perusahaan, buku Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000:2018 : Panduan untuk Risk Leaders dan Risk Practitioners hadir untuk kamu.

beli sekarang

3. Tujuan Manajemen Risiko

prinsip manajemen risiko

Tujuan dari manajemen risiko ialah untuk menjamin bahwa suatu perusahaan atau organisasi dapat memahami, mengukur, serta memonitor berbagai macam risiko yang terjadi dan juga memastikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat mengendalikan berbagai macam risiko yang ada. Agar pelaksanaan bisa berjalan dengan lancar maka perlu adanya dukungan dalam menyusun kebijakan dan pedoman manajemen risiko sesuai dengan kondisi perusahaan.

Tujuan manajemen risiko secara umum digunakan untuk dasar agar bisa memprediksikan bahaya atau hal yang tidak menyenangkan yang akan dihadapi dengan perhitungan yang cermat serta pertimbangan yang matang dari berbagai informasi di awal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Secara khusus, tujuan dari manajemen risiko ialah:
a. Menyediakan informasi mengenai risiko kepada pihak regulator.
b. Meminimalkan kerugian dari berbagai risiko yang uncontrolled.
c. Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan yang berkesinambungan.
d. Biaya manajemen risiko (risk management) yang efisien dan efektif.
e. Memberikan rasa aman.
f. Agar pendapatan perusahaan stabil dan mampu memberikan kepuasan bagi pemilik dan pihak lain.

Untuk mencapai tujuannya, terdapat proses pengelolaan risiko yang dimulai dari identifikasi, pengukuran, hingga penanganan yang dibahas pada buku Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

beli sekarang

4. Prinsip Manajemen Risiko

Prinsip-prinsip dalam manajemen risiko yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Perumusan tujuan

Kejelasan visi dan misi perusahaan menjadi pedoman untuk menentukan langkah-langkah rasional dan strategi yang harus ditempuh, salah satunya yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan risiko perusahaan melalui langkah-langkah antisipasi risiko secara umum yang bertujuan untuk menghindari segala bentuk pemborosan.

b. Kesatuan arah

Dalam menjalankan suatu kegiatan dalam perusahaan, maka harus mempunyai tujuan yang sama dengan yang diarahkan oleh pimpinan. Dalam buku prinsip-prinsip manajemen dikatakan, seorang karyawan yang bekerja di salah satu bagian hanya menerima instruksi mengenai kegiatan tertentu dari seorang kepala bagian yang menjadi atasannya.

c. Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang

Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang dalam sebuah perusahaan perlu dilakukan sehingga setiap unit mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung jawab yang diembannya. Tujuan dari pendelegasian wewenang adalah untuk mencapai hasil akhir yang maksimal sesuai yang diinginkan dengan mendelegasikan sebagian tugasnya pada bawahan.

d. Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen atau proses pengintegrasian, sinkronisasi, serta penyederhanaan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adanya koordinasi diharapkan tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Tanpa koordinasi, maka sulit didapatkan tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

e. Pengawasan

Dengan adanya prinsip pengawasan, maka dapat diketahui tentang hasil yang telah dicapai. Pengawasan dapat berfungsi untuk mengukur seberapa jauh hasil yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan harus dilakukan guna menghindari penyalahgunaan wewenang.

5. Macam-macam Bentuk Risiko

a. Risiko sifat usaha

Berbagai jenis usaha mengandung risiko yang berbeda satu dengan yang lain. Usaha-usaha yang sifatnya perintis yang sebelumnya belum pernah dilakukan memiliki risiko tinggi. Hal ini disebabkan karena minimnya pengalaman.

b. Risiko geografis

Risiko geografis erat kaitannya dengan bencana alam yang sering terjadi pada lokasi usaha tertentu. Misalnya, bencana banjir, kebakaran pada usaha perkebunan, dan lain-lain.

c. Risiko politik

Risiko politik berpengaruh juga terhadap sebuah usaha. Kebijakan politik yang tidak jelas bisa menyebabkan kegagalan pada sebuah usaha. Oleh karena itu, analisis mengenai kestabilan politik suatu daerah atau negara cukup memberikan masukan tentang prediksi keberhasilan suatu usaha di masa mendatang.

d. Risiko ketidakpastian

Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi dan spekulasi akan mengandung risiko tinggi, karena segala sesuatunya tidak dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik.

e. Risiko persaingan

Risiko persaingan bisa berwujud persaingan antar sesama perusahaan dengan industri yang sama. Untuk memenangkan persaingan tentunya dituntut manajemen pemasaran yang secara saksama telah memperhitungkan analisis kekuatan dan kelemahan secara menyeluruh.

Hal ini dapat kita lihat pada salah satu contohnya yaitu perbankan, dimana seringkali terdapat risiko dan untuk mempelajarinya buku Strategi Manajemen Risiko Bank dibuat oleh Ikatan Bankir Indonesia.

beli sekarang

6. Langkah-langkah Manajemen Risiko

Langkah-langkah atau proses yang biasanya dilakukan dalam upaya menangani suatu risiko (risk management process) sangat tergantung pada konsep dasar yang dianut. Untuk membuat suatu perencanaan yang baik dalam menghindari risiko yang dihadapi perusahaan, maka beberapa Langkah yang harus ditempuh antara lain:

a. Identifikasi Risiko perusahaan

Identifikasi risiko bisa dilakukan dengan bantuan penggunaan checklist. Dalam sebuah perusahaan diperlukan metode yang sistematis untuk mengeksplorasi semua segi dari sebuah perusahaan. Metode yang bisa digunakan adalah:

1). Kuesioner analisis risiko (risk analysis questionnaire)

Manajer risiko perlu memastikan bahwa informasi yang diperlukan berkenaan dengan harta dan operasi perusahaan tidak ada yang terlupakan.

2). Metode laporan keuangan

Metode ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yaitu neraca, laporan laba dan rugi, serta catatan keuangan lainnya. Manajer risiko dapat mengidentifikasi semua risiko yang berkenaan dengan harta, utang, dan personalia perusahaan. Setiap perkiraan, dianalisis secara mendalam berkaitan dengan kemungkinan kerugian yang dapat terjadi dari setiap perkiraan itu.

3). Metode peta aliran

Metode ini akan menggambarkan seluruh rangkaian operasi usaha dimulai dari input sampai output. Checklist dari kerugian potensial digunakan untuk operasi yang terlihat dalam peta aliran sehingga menentukan kerugian yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan.

4). Metode inspeksi langsung di tempat

Metode ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan secara langsung di tempat dimana dilakukan aktivitas perusahaan. Pengamatan manajer risiko bisa membuahkan hasil mengenai bagaimana kenyataan-kenyataan di lapangan sehingga bermanfaat untuk penanggulangan risiko.

5). Mengadakan interaksi dengan pihak luar

Pihak luar bisa diartikan yaitu mengadakan hubungan dengan perseorangan ataupun perusahaan-perusahaan lain. Terutama pihak-pihak yang dapat membantu perusahaan dalam menanggulangi risiko seperti penasihat hukum, akuntan, konsultan manajemen, dan lain-lain. Mereka dapat membantu dalam mengembangkan identifikasi terhadap kerugian-kerugian potensial.

6). Catatan statistik dari kerugian masa lalu

Catatan ini bisa digunakan untuk evaluasi kinerja. Kinerja yang berpotensi akan menimbulkan kerugian perlu dipantau dan disempurnakan, seperti: kualitas produksi, kualitas pelayanan, dan lain-lain.

7). Analisis lingkungan

Langkah ini sangat diperlukan guna mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko seperti konsumen, pesaing, supplier, dan lain-lain. Dalam menganalisis masing-masing komponen, pertimbangan yang penting di antaranya: sifat hubungannya, keanekaannya serta kestabilannya. Seperti contoh: penjualan produk secara langsung atau tidak langsung, dari produsen langsung ke konsumen atau dari produsen melalui grosir, pedagang eceran baru ke konsumen, dan lain-lain.

b. Mengukur risiko

Mengukur usaha dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui relative tingkat pentingnya dan memperoleh informasi untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang tepat untuk menangani. Metode untuk mengukur risiko ini antara lain:

1) Metode sensitivitas

Metode sensitivitas merupakan suatu cara pengukuran dampak pada eksposur dari akibat pergerakan variabel suatu risiko. Pengukuran dengan metode sensitivitas ini banyak digunakan karena metode ini paling mudah teknis perhitungannya dan hamper semua analis dan manajer perusahaan pernah melakukan metode sensitivitas terhadap rencana keputusan. Adapun variabel risiko yang dianalisis menggunakan metode sensitivitas antara lain: risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas.

2) Metode volatilitas

Metode volatilitas merupakan metode yang menunjukkan besaran kemungkinan hasil di sekitar ekspektasi hasil. Volatilitas yang sering digunakan adalah jangkauan (range) dan standar deviasi. Perhitungan standar deviasi dapat menggunakan dua jenis data yaitu data historis dan data hasil peramalan.

3) Risiko sisi bawah (downside risk)

Risiko dapat memberi dampak positif maupun negative. Risiko ini hanya mengukur potensi dampak buruk bila risiko menjadi kenyataan. Perlu diingat, terdapat kondisi di mana perusahaan bisa menghadapi risiko yang hanya berdampak positif, tetapi tidak hanya berdampak negatif.

c. Pengendalian risiko

Pengendalian risiko (risk control) dapat dilakukan melalui pengendalian risiko dan pembiayaan risiko. Pengendalian risiko dapat dijalankan dengan menghindari ris

About the author

Novi V

Selain suka membuat tulisan bertemakan administrasi, saya juga senang menulis dengan tema manajemen. Hal ini karena kedua hal itu saling berkaitan satu sama lain.