Kesenian Sosial Budaya

Mengenal Ragam Contoh Tari Berpasangan Beserta Penjelasannya

Contoh Tari Berpasangan
Written by Umam

Contoh Tari Berpasangan – Dalam karya seni tari serta pementasannya, sering kali Grameds akan menemui tari yang dipentaskan oleh seorang penari atau disebut sebagai penari tunggal serta ada pula yang berkelompok atau dapat disebut dengan perwujudan dari pengertian tari berpasangan.

Sederhananya, tari berpasangan adalah tari yang dilakukan tidak seorang diri dan dimainkan oleh dua orang secara berpasangan. Meskipun begitu, tari berkelompok atau masal yang ditarikan oleh banyak orang juga dapat dikatakan sebagai tari berpasangan.

Gerakan di antara kedua penari dalam tari berpasangan harus saling melengkapi, saling berinteraksi dan mengisi, sehingga ada respons maupun kesepakatan dalam gerakan yang baik. Dalam seni tari tradisional Indonesia, ada beberapa kelompok dari tari berpasangan yaitu putra putri, putri halus, putri lincah, putra halus dan putra gagah. Agar lebih memahami tari berpasangan lebih jauh, berikut contoh tari berpasangan.

Contoh Tari Berpasangan

1. Tari Serampangan Dua Belas

Contoh Tari Berpasangan

kompas.com

Tari Serampang Dua Belas adalah tari tradisional yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini merupakan tari klasik dari Melayu yang diciptakan oleh Guru Sauti. Tarian ini menggambarkan mengenai kisah percintaan dari dua anak manusia yang dimulai dari proses perkenalan hingga akhirnya ke jenjang pernikahan.

Tari berpasangan ini memiliki pesan moral berupa, apabila sudah memiliki pasangan yang cocok, maka hendaknya tidak menunda-nunda dan segera ke pelaminan.

Sebelum dikenal dengan nama tari Serampang Dua Belas, tarian ini sebelumnya bernama Pulau Sari sesuai dengan lagu yang menjadi pengiring lagu ini yaitu lagu Pulau Sari. Akan tetapi, nama Pulau Sari ini dirasa tidak cocok, dikarenakan tarian yang memiliki nama Pulau biasanya memiliki tempo cepat atau rumba.

Sementara itu, nama Dua Belas berarti tarian yang memiliki gerakan tercepat diantara lagu yang berjudul Serampang. Alasan lain dari perubahan nama menjadi Serampang Dua Belas karena merujuk pada ragam gerak yang digunakan sebanyak 12 gerak.

Tari Serampang Dua Belas adalah tari klasik yang cukup melegenda serta mempengaruhi tari tradisional dari daerah yang lainnya.

Tarian ini telah populer sejak tahun 1930-an dan muncul untuk menggeser pengaruh barat serta menumbuhkan sikap nasionalisme masyarakat melalui budaya.

Sejak awal diciptakan, tari Serampang Dua Belas dapat menjadi pemersatu bangsa sekaligus media hiburan serta pergaulan sosial. Di sisi lain, tari Serampang Dua Belas juga memicu kontroversi dikarenakan mengambil rentak musik dari Branyo Portugis.

Tarian ini berakar pada tari Ronggeng Melayu dengan tiga lagu pembuka yaitu Serampang Laut, Gunung Sayang dan Pulau Sari. Lagu pengiring tari Serampang Dua Belas ini sempat diolah kembali oleh OK Adram dengan mengambil beberapa unsur seni tari serta musik di kawasan nusantara.

Hasil karya tersebut kemudian menjadi tari Serampang Dua Belas dan kemudian berkembang di wilayah Kesultanan Deli Serdang Berdagai, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Pada masa tersebut, tarian ini hanya dapat dibawakan oleh penari laki-laki saja, dikarenakan ada aturan adat yang tidak mengizinkan penari perempuan tampil di depan umum.

Kemudian, guru Sauti pun mengubah tari ini agar dapat diterima oleh seluruh etnis di segala lapisan sosial di Indonesia dan tari Serampang Dua Belas akhirnya diminati oleh masyarakat luas saat itu karena memiliki gerakan yang tidak terlalu sulit.

2. Tari Zapin

Contoh Tari Berpasangan

kompas.com

Tari Zapin adalah contoh kedua dari tari berpasangan. Tarian ini merupakan tari tradisional yang berasal dari Provinsi Riau dan memiliki sifat edukatif serta menghibur.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zapin adalah tari khas dari Melayu yang diiringi oleh lagu yang berasal dari negeri Yaman. Menurut buku Ensiklopedia seni dan budaya Nusantara karya Gendhis Paradisa, tari Zapin dahulu digunakan sebagai media dakwah agama Islam dengan syair lagu Zapin yang dinyanyikan.

Sebagai tari berpasangan, tari Zapin ditarikan secara berkelompok dengan musik pengiring yang terdiri dari dua alat musik utama yaitu gendang kecil yang disebut sebagai marwas serta gambus.

Kata zapin berasal dari bahasa Arab yaitu zafin yang artinya adalah pergerakan kaki yang cepat dengan mengikuti rentak pukulan. Oleh karena itulah, tari ini dianggap sebagai bentuk akulturasi dari budaya Arab dan budaya Melayu di masa lampau.

Menurut laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tari Zapin adalah tari berpasangan yang dipentaskan pada berbagai macam acara hiburan rakyat.

Pada mulanya, tari Zapin dari suku Melayu dibawa dari Arab dan Yaman dan bermula dari sebuah tari khusus pada kalangan istana di Kesultanan Yaman Timur Tengah di masa lampau.

Di masa perdagangan lintas benua yaitu pada sekitar abad ke 16, para saudara Arab membawa tari ini dan memperkenalkannya pada masyarakat yang berada di sekitar Selat Malaka.

Tarian tersebut lalu mengalami proses akulturasi budaya lokal dengan menyisipkan nilai dan norma suku Melayu pada setiap gerakannya. Setelah mengalami proses akulturasi, setiap gerakan tari Zapin mengandung nilai filosofis yang berkaitan dengan pola hidup dari masyarakat Melayu Riau.

Pada awal kemunculannya, tari Zapin hanya dapat ditarikan oleh laki-laki saja. Lalu pada tahun 1960-an hingga sekarang tarian ini sudah biasa ditarikan oleh perempuan dan bahkan dapat ditarikan campuran.

3. Tari Bedhaya

Contoh Tari Berpasangan

kompas.com

Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian yang disakralkan dari Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo. Tarian ini adalah tarian kebesaran yang hanya dapat dipertunjukan ketika penobatan atau ketika peringatan kenaikan tahta raja saja.

Nama Bedhaya Ketawang berasal dari kata bedhaya yang artinya adalah penari perempuan di istana serta ketawang yang artinya adalah langit atau mendung pada langit. Sementara itu, kata ketawang melambangkan suatu yang suci, tinggi serta tempat tinggal para dewa.

Tari tradisional berpasangan yang satu ini sarat makna serta memiliki hubungan yang erat dengan upacara adat, religi, percintaan raja dengan Kanjeng Ratu Kidul dan sakral. Cerita yang dihadirkan pada tari Bedhaya Ketawang merupakan cerita rakyat Jawa yang sumbernya dari kisah cinta Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Tari ini memiliki komposisi dengan jumlah penari sebanyak tujuh hingga sembilan penari perempuan berkostum sama dengan tema cerita yang telah dikreasikan tanpa adanya dialog.

Para penari dilambangkan seperti letak dari bintang kalajengking dan berjumlah sembilan. Para penari akan berbusana layaknya seorang pengantin Jawa dengan dhodot serta samparan dengan penamaan penari serta pemaknaannya sebagai berikut ini:

  • Batak: Pikiran dan jiwa
  • Gulu: Badan
  • Buncit: Organ seksual
  • Apit mburi: Lengan kiri
  • Apir ngarep: Lengan kanan
  • Apit meaning: Tungkai kiri
  • Endhel ajeg: Keinginan hati atau hawa nafsu
  • Endhel weton: Tungkai kanan
  • Dhada: Badan

Tari ini bukan hanya tari tradisional belaka, karena sempat menjadi salah satu aktivitas religius bagi kaum ningrat di Jawa. Hal ini berkaitan dengan latar belakang tari Bedhaya yang penyusunannya dipengaruhi oleh pola pikir Jawa Kuno dengan sifatnya yang siwaistis dan kenyataannya terwujud dalam sembilan penari pada tari Bedhaya. Selain itu, tari ini juga memiliki hubungan dengan keberadaan dari sembilan wujud shakti pada ajaran Hindu.

4. Tari Payung

Contoh Tari Berpasangan

Kompas Regional

Tari Payung atau tari Payuang adalah tari tradisional khas dari Minangkabau. Tari berpasangan ini berasal dari Sumatera Barat dan sempat populer pada tahun 1960-an. Sesuai dengan namanya, tari ini dipentaskan dengan menggunakan payung sebagai properti utama dan ditarikan oleh penari dengan jumlah genap.

Tari tradisional yang satu ini adalah seni tari pertunjukan yang memiliki tujuan sebagai media hiburan saja. Oleh karena itu, tari Payung biasa dipentaskan sebagai pembuka acara pada pameran, festival maupun acara penting yang lain.

Sejauh ini, belum ada catatan yang jelas mengenai sejarah valid tentang tari Payung. Akan tetapi dalam perkembangannya, tari Payung memiliki kaitan dengan erat dengan seni drama dan sering dipentaskan pada masa kolonial.

Selain menampilan jalan cerita menarik, drama pada tari Payung juga dilengkapi dengan lawakan pada tarian. Tari Payung digunakan sebagai selingan dan pelengkap dari drama dan peralihan cerita pada pementasan.

Ketika awal kemunculannya, tari Payung sebenarnya tidak memiliki peraturan yang baku tentang koreografinya. Akan tetapi pada periode tahun 1904 hingga 1920, Rasyid Manggis melakukan penataan koreografi pada tari ini.

Perjuangan dari Rasyid Manggis kemudian dilanjutkan oleh Siti Agam yang akhirnya mengembangkan tari Payung menjadi seni koreografi dengan mengangkat tema pergaulan pra muda muda-mudi.

Cerita yang ada di dalam tari Payung biasanya disesuaikan dengan kehidupan anak remaja kota yang pergi berlibur ke Sungai Tanang di Bukittinggi.

5. Tari Wireng

Contoh Tari Berpasangan

kompas.com

Contoh tari berpasangan selanjutnya adalah tari tradisional yang berasal dari Jawa Tengah atau tepatnya dari Kasunanan Surakarta atau kota Solo. tari Beksan Wireng merupakan tari berpasangan yang memiliki latar belakang sejarah yang ada pada pupuh Sinom 15-20 pada buku kebudayaan Jawa Serat Centhini.

Tari ini berasal dari kata beksan yang artinya adalah tari serta kata wiring yang berasal dari gabungan kata wira atau perwira dan aeng yang artinya prajurit unggul sehingga, tari Beksan Wireng dapat diartikan sebagai tarian perwira dan prajurit unggul.

Seperti yang dijelaskan, bahwa tari Wireng ini ada pada pupuh Sinom yang menceritakan menganak enam tari Wireng yang diciptakan di zaman Jenggala Kediri. Tari ini diciptakan oleh Lembu Amiluhur atau dikenal sebagai Raja Pertama Jenggala dengan gelar Jayanegara.

Jayanegara menciptakan tari Beksan Wireng untuk mengajarkan kepada putranya tentang ketangkasan ketika berperang. Putra Jayanegara kemudian naik takhta dan menggantikan ayahnya, ia kemudian memiliki gelar Prabu Suryawisesa.

Penciptaan dari tari Beksan Wireng juga berkaitan erat dengan berdirinya Kadipaten Mangkunegaran usai lepas dari suksesi Mataram.

6. Tari Karonsih

Contoh Tari Berpasangan

kompasiana.com

Tari Karonsih merupakan tari berpasangan yang menceritakan tentang rasa cinta sekaligus rindu yang dirasakan oleh Dewi Sekartaji yang ditinggal pergi oleh sang suami yaitu Panji Asmara Bangun.

Istilah karonsih berasal dari bahasa Jawa yaitu kekaron atau sakloron tansah asih yang artinya adalah keduanya saling mencintai. Dikisahkan bahwa Panji Asmara Bangun harus pergi meninggalkan keraton dengan menyamar sebagai orang biasa.

Agar ia dapat mengetahui keadaan seluruh masyarakat dari Kerajaan Kediri dan ketulusan cinta dari Dewi Sekartaji. Kepergian Panji Asmara Bangun tanpa pamit berhasil membuat Dewi Sekartaji menjadi kelimpungan. Ia pun merasa kehilangan belahan jiwanya.

Tarian Karonsih biasanya dipentaskan pada upacara pernikahan adat Jawa. Usai upacara adat bersama dengan keluarga besar, pengantin bersama dengan kedua orang tua serta pager ayu akan diiringi oleh penari cucuk lampah untuk menuju ke pelaminan.

Akan tetapi, ada pula yang menampilkan penari laki-laki sebagai tokoh dari Panji Asmara Bangun untuk ikut mengiringi pengantin sebagai penari cucuk lampah.

7. Tari Gambyong

Contoh Tari Berpasangan

Kompas Regional

Tari Gambyong adalah tari yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Biasanya tari ini dipentaskan untuk menyambut tamu atau sebagai media hiburan. Tari Gambyong adalah tari tradisional yang memiliki beragam koreografi, seperti tari Gambyong Pareanom dan tari Gambyong Pangkur.

Meskipun memiliki banyak variasi, tetapi tari Gambyong memiliki gerakan dasar yang sama yaitu gerakan tledhek atau tayub.

Tari Gambyong sebenarnya diciptakan untuk penari tunggal, tetapi dalam perkembangannya tari Gambyong saat ini ditarikan oleh beberapa penari bahkan dengan massal, dengan cara melibatkan beberapa unsur blocking pada panggung.

Tari Gambyong sempat disebutkan dalam serat Centhini yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV dan Pakubuwana V. Dalam serat tersebut, disebutkan bahwa tari Gambyong adalah tarian tledhek.

Lalu, KRMT Wreksadiningrat sebagai penata tari pada masa pemerintahan Pakubuwana IX mengerjakan tarian rakyat ini agar dapat dipentaskan untuk para bangsawana maupun priyayi. Maka hasilnya, tari Gambyong pun menjadi lebih halus serta populer.

Nyi Bei Mardusari yaitu seorang seniman dan juga selir dari Sri Mangkunegara mengatakan, bahwa pada masa tersebut, tari Gambyong telah ditampilkan di hadapan para tamu yang ada di lingkungan Istana Mangkunegaran.

Perubahan besar kemudian terjadi pada tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras seorang pelatih tari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegaran VIII membuat versi tari Gambyong yang dibakukan dan dikenal dengan nama Gambyong Pareanom.

Koreografi pertunjukan pertama dari tari Gambyong Pareanom ketika pernikahan Gusti Nurul yaitu saudara perempuan Mangkunegoro VIII di tahun 1951. Lalu tarian ini pun disukai oleh masyarakat, hingga akhirnya memunculkan versi lainnya.

8. Tari Remo

Contoh Tari Berpasangan

Travel Kompas

Tari Remo merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Timur. Tari tradisional yang satu ini adalah tarian yang digunakan untuk menyambut tamu dan ditampilkan secara perorangan atau kelompok besar.

Sejarah kemunculan dari tari Remo di Jawa Timur berkaitan erat dengan perkembangan seni Ludruk pada wilayah tersebut. Dahulu, tari Remo difungsikan sebagai pembuka pada setiap acara ludruk. Oleh karena itu, tari Remo juga sering dikenal dengan nama tari Ludruk.

Tari Remo muncul pada tahun 1920-an dan memiliki sifat religius pada awal perkembangannya. Akan tetapi, tarian ini kemudian mengalami pergeseran fungsi dan menjadi sarana hiburan bagi masyarakat.

Uniknya, karena menjadi tari pembuka Ludruk, maka tari Remo biasa ditampilkan pada malam hari sekitar pukul 21.00 dan berlangsung selama satu malam penuh. Tari tradisional juga menggunakan musik iringan berupa orkes gamelan slendro dengan gending dan nyanyian dengan bahasa Madura.

Itulah beberapa contoh tari berpasangan khas dari nusantara. Bagi Grameds yang tertarik untuk mempelajari contoh tari berpasangan lainny atau mempelajari lebih dalam tentang seni tari, seperti tari Remo, tari Gambyong dan lainnya, maka Grameds bisa mengulik infonya dengan membaca buku.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan buku seni tari untuk Grameds. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Jangan ragu untuk membeli buku di Gramedia karena dijamin berkualitas!

Penulis: Khansa

BACA JUGA:

  1. Seni Tari: Pengertian, Unsur-Unsur, Fungsi, dan Jenis
  2. 25 Nama Tarian Daerah dan Asalnya
  3. Budaya, Sejarah, dan Asal Tari Jaipong
  4. Tari Saman: Pengertian, Sejarah, Makna Gerakan
  5. 7 Tari Tradisional Masyarakat Papua dan Papua Barat
  6. Yuk Kenalan dengan Tari yang Berasal dari Bali dan Kisahnya
  7. Tari Dayak: Contoh, Properti, Gerakan, dan Pola Lantainya

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.