in

Resensi Novel Cecilia and the Angel

Resensi Novel Cecilia and the Angel: Perbincangan antara Manusia dan Malaikat – Cecilia and the Angel atau Dunia Cecilia pertama kali terbit dengan judul aslinya I et speil, I en gåte pada tahun 1993 dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris bertajuk Through a Glass, Darkly. Sesuai dengan judulnya, Cecilia and the Angel mengisahkan seorang anak bernama Cecilia yang harus menanggung penyakit keras di tubuhnya dan hanya menghabiskan kesehariannya di atas kasur.

Dengan hebatnya, novel ini berhasil memenangi Norwegian Bookseller Prize dan sudah dialihwahanakan ke dalam bentuk film yang juga memenangi Amanda Award, anugerah tertinggi perfilman Norwegia pada tahun 2009 lalu.

Cecilia and the Angel bermula saat malam natal tiba, seorang malaikat bernama Ariel datang menghampiri Cecilia, kemudian mereka berbincang mengenai perbedaan antara malaikat dan manusia, serta hakikat surga. Malaikat Ariel menemani Cecilia tak hanya di malam itu, melainkan di malam-malam berikutnya pula.

Seperti apakah malam-malam berikutnya yang dijalani oleh Cecilia dan malaikat Ariel? Baca dan ikuti kisah mereka di novel Cecilia and the Angel

Sinopsis Novel Cecilia and the Angel

Cecilia and the Angel
Cecilia and the Angel

tombol beli buku

Cecilia merupakan seorang anak kecil perempuan yang sedang mengalami sakit keras, tetapi tidak dijelaskan secara spesifik penyakit apa yang diderita Cecilia sebab penulis tidak memfokuskan hal demikian. Novel Cecilia and the Angel berawal saat malam natal, tepatnya saat Cecilia sedang yang sedang menunggu-nunggu momen untuk dirinya dibawa ke ruang keluarga yang berada di lantai bawah.

Cecilia memang dilahirkan dari keluarga harmonis yang terdiri dari ayah, ibu, kakek, nenek, dan sang adik bernama Lars. Cecilia digambarkan sebagai sosok anak perempuan yang memiliki ketegaran hati dalam menghadapi persoalan hidupnya. Disaat semua anak seusianya dapat belajar di sekolah dan bermain dengan gembira, tetapi lain halnya dengan Cecilia yang harus menerima suntikan pada setiap harinya.

Cecilia mempunyai catatan harian layaknya anak-anak seusianya, buku itu ia beri nama Diari Cina. Di dalamnya, ia menuliskan segala keluh kesah atau apapun itu. Maka tidak heran ia sangat menyukai diari indahnya itu karena saat dihadapkan ke sinar mentari, warna benang yang berbeda akan terpancarkan. Hingga akhirnya, pada suatu malam, Cecilia kedatangan seorang malaikat dari surga.

Mulanya, Cecilia dan malaikat itu sedikit canggung, tetapi lambat laun mereka justru memperbincangkan mengenai berbagai perbedaan yang ada di dalam diri mereka. Malaikat itu bernama Ariel, ia bertanya mengenai hakikat manusia, bagaimana rasanya menjadi seorang manusia yang terdiri dari daging dan darah. Begitu pula dengan Cecilia, ia bertanya mengenai bagaimana rasanya menjadi malaikat di surga.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Cecilia menceritakan mengenai semua panca indra yang dimilikinya, ternyata semua yang ia ceritakan berbeda dengan yang dipunyai oleh malaikat. Dalam novel ini, Cecilia hanya mengetahui bahwa malaikat tidak dapat merasa, melihat dengan mata, mengecap rasa, mendengar menggunakan telinganya, bahkan tidak dapat merasakan hawa dingin ataupun panas.

Saat itu Cecilia merasa bingung, Ariel pun membantu Cecilia untuk mengatasi rasa kebingungannya tersebut dengan menjawab semuanya. Dijelaskan bahwa malaikat dapat melihat, mendengar menggunakan mata juga telinga batin, mereka tidak dapat mengecap dan merasa, mereka pun tidak memiliki pikiran ataupun bobot, malaikat tidak dapat tidur apalagi bermimpi, mereka juga tidak dapat ditumbuhi rambut, kuku, dan segala hal yang dapat tumbuh di tubuh manusia.

Cecilia dan Ariel menjadi sangat akrab, layaknya teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Keduanya memperbincangkan segala hal mengenai bumi dan surga, mengenai tata surya, asteroid, dan segala hal yang berada di angkasa luar. Setiap kali ayah dan ibu Cecilia memutarkan alarm untuk sekadar mendampinginya, malaikat Ariel membantu melelapkan tidur Ceciliam dan ia pergi.

Semua berjalan begitu saja sampai akhirnya Cecilia mengalami kondisi buruk, kemudian membaik. Hal itu terus-menerus begitu hingga kurang lebih satu bulan. Sebelum malam natal Cecilia dan Ariel mencoba papan ski milik Cecilia yang baru diberikan sebagai hadiah natal, beserta sepatu skate dan toboggan. Mereka bermain di luar sana hingga lupa waktu.

Kegiatan yang telah mereka lakukan, seakan gambaran bahwa malaikat Ariel sedang memberikan kebahagiaan sebelum Cecilia terbang ke balik cermin nantinya. Di hari terakhir mereka bermain, Cecilia dan Ariel menuju rumah sahabat Cecilia bernama Marianne. Cecilia dan melihatnya merasa terharu seolah-olah bahwa dirinya mereka akan berpisah untuk selama-lamanya. Setelah melihat Marianne secara diam-diam, Cecilia memberikan kupu-kupu kecil untuknya sebagai hadiah kenangan darinya, Cecilia tidak mengetahui bahwa itu akan menjadi hadiah kenangan terakhirnya bersama Marianne.

Akhirnya, Cecilia dan malaikat Ariel kembali dan tak lupa Ariel melelapkan Cecilia. Semua keluarga berkumpul dan meletakkan bintang di pohon natal tahun lalu yang ditemukan oleh Cecilia dan malaikat Ariel pada malam harinya di perut Cecilia. Ia merasa lega bahwa semua anggota keluarganya memercayai hal tersebut. Cecilia memberi tahu perjalanannya bersama malaikat Ariel selama 2 sampai 3 malam itu. Ia merasa ingin kembali tertidur dan memutuskan untuk mengakhiri perbincangannya dengan keluarganya itu.

Cecilia beberapa kali terbangun dan melihat malaikat Ariel yang sedang terbang melalui jendela kamarnya dan Ariel pun mengajaknya untuk terbang bersamanya. Mereka pun terbang dan saling bergenggaman erat, sekadar melihat-lihat seisi kota Skotbu di pagi hari sebelum matahari terbit.

Bagaimana hari-hari berikutnya yang dilalui oleh Cecilia dan Malaikat Ariel? Bagaimana dengan penyakit yang diderita oleh Cecilia? Ikuti kisah selengkapnya dengan membaca novel Cecilia and the Angel.

Dunia Sophie
Dunia Sophie

tombol beli buku

Sophie, seorang pelajar sekolah menengah berusia empat belas tahun. Suatu hari sepulang sekolah, dia mendapat sebuah surat misterius yang hanya berisikan satu pertanyaan: “Siapa kamu?”

Belum habis keheranannya, pada hari yang sama dia mendapat surat lain yang bertanya: “Dari manakah datangnya dunia?” Seakan tersentak dari rutinitas hidup sehari-hari, surat-surat itu membuat Sophie mulai mempertanyakan soal-soal mendasar yang tak pernah dipikirkannya selama ini. Dia mulai belajar filsafat.

Hal yang Menarik dalam Novel Cecilia and the Angel

Cecilia merupakan tokoh utama dalam karya tulis Jostein Gaarder yang bertajuk Cecilia and the Angel ini. Karyanya ini sebagian berisikan dialog atau percakapan antara Cecilia dan malaikat surga bernama Ariel. Terdapat banyak berbagai percakapan yang sarat akan filosofis. Dalam hal ini karena disajikan melalui sudut pandang anak kecil yang mana mempunyai rasa keingintahuan luas, pun oleh malaikat yang memiliki teman yang dapat diajak berdiskusi dan sekadar berbincang.

Perbincangan mereka inilah yang menjadi daya tarik. Menariknya, yaitu karena berbagai percakapan atau dialognya. Percakapan hangat, sederhana, terkadang lucu, tetapi mencerdaskan antara dua makhluk yang baru bersahabat. Hal tersebut yang menjadikan kekuatan dari buku ini. Namun, apabila kalau kalian sedang mencari novel atau buku dengan plot yang membawa perasaan kalian naik-turun, sepertinya novel ini bukanlah yang kalian incar.

Selain itu, diceritakan pula bahwa malaikat Ariel ini hanya datang ketika Cecilia benar-benar sedang sendiri saja. Terlebih saat keadaannya semakin memburuk, Cecilia meminta orang-orang yang sedang menunggunya itu untuk pergi sejenak agar ia dapat berjumpa dengan malaikat Ariel.

Kemudian, dalam novel ini disajikan pula cara berpandang dan berpikir secara mendalam mengenai hakikat ‘peng-ada-an-’ dan ‘ke-ada-an’. Karena cerita dibalut dengan bentuk sedemikian rupa ini, pembaca dibuat untuk merenungkan terkait disiplin filsafat dengan pembahasan yang lebih mengalir juga menarik menggunakan bahasa yang ringan meskipun bahasanya terjemahan. Cecilia and the Angel menampilkan pemikiran yang jauh dari kata mainstream dan keluar diluar akal manusia.

Sebagai contoh, dialog dan percakapan antara Cecilia dan malaikat bernama Ariel mengenai hakikat roh. Manusia mempunyai banyak roh dengan konsolidasi argumen, seperti bagaimana menjelaskan memikirkan sesuatu yang enggan untuk dipikirkan?

Dalam novel ini, Cecilia divisualisasikan sebagai sosok gadis yang beranjak remaja, tetapi sayangnya ia menderita sakit keras. Gaarder selaku penulis novel ini memang tidak menggambarkan penyakit apa yang tengah diderita oleh Cecilia karena persoalan yang diangkat dalam novel ini bukanlah hal demikian, melainkan pada percakapan-percakapan yang disebut oleh Gaarder sebagai dialog bumi dan surga.

Gaarder menggambarkan sosok malaikat Antropomorfisme atau lebih digambarkan sebagai personifikasi manusia. Dengan artian bahwa malaikat apabila diamati secara indrawi atau sekadar dibayangkan saja melalui nalar, yaitu layaknya manusia yang mempunyai kekuatan magis.

Seperti yang sudah disinggung, perbedaan antara surga dan dunia dideskripsikan dengan lugas sehingga pembaca dengan mudah memahami maksud yang hendak disampaikan oleh penulis. Layaknya novel Dunia Sophie milik Gaarder yang terkenal itu, Cecilia and the Angel menyuguhkan beberapa sudut filsafat kehidupan dalam bahasa yang ringan sehingga mudah dicerna oleh kalangan awam sekalipun.

Mengenai hal tersebut, contohnya dalam menangkap konsep rasa–dirasakan oleh indra perbada–Gaarder memasukkan, seperti ketika tokoh Cecilia sedang menjelaskan kepada malaikat Ariel tentang dinginnya udara saat musim salju. Ketika Cecilia mendeskripsikan dinginnya salju, ia menjelaskannya bahwa layaknya perasaan yang tampak saat indra peraba sedang tersengat, terasa tertusuk, dan membuat badan terasa menggigil.

Konsep ide cerita yang diangkat oleh Gaarder memang patut diacungi jempol, memberikan perbedaan yang lebih spesifik dan mendasar antara manusia dan malaikat dengan membuat karakter malaikat tidak mempunyai apa yang melekat pada diri manusia.

Karena tokoh fantasi yang digambarkan oleh Gaarder telah dibuat sedemikian rupa, barangkali dapat membuat para pembacanya kembali bercermin. Akan tetapi, bukan melalui cermin yang keruh, melainkan melalui dialog dan gagasan yang diambil membuat pembacanya perlu mengenali dan memahami hakikat diri sendiri.

Bila berbicara soal ending tentu sudah dapat ditebak oleh pembaca. Namun, sebenarnya poin pada novel ini bukanlah itu, melainkan perjalanan menuju akhir cerita yang memuat banyak pemikiran dan perenungan mengenai keajaiban alam semester. Tepatnya mengenai hakikat manusia dan segala keajaiban yang ada di dalam diri. Ironisnya, cerita dalam novel Cecilia and the Angel dikisahkan dengan mengambil sudut pandang dari Cecilia, yaitu seorang anak kecil yang tengah mengalami sakit keras.

The Magic Library
The Magic Library

tombol beli buku

Dua saudara sepupu, Berit dan Nils, tinggal di kota yang berbeda. Untuk berhubungan, kedua remaja ini membuat sebuah buku-surat yang mereka tuliskan dan saling kirimkan di antara mereka. Anehnya, ada seorang wanita misterius, Bibbi Bokken, yang mengincar buku-surat itu.

Bersama komplotannya, tampaknya Bibbi menjalankan sebuah rencana rahasia atas diri Berit dan Nils. Rencana itu berhubungan dengan sebuah perpustakaan ajaib dan konspirasi dunia perbukuan.

Hal yang Kurang dalam Novel Cecilia and the Angel

Hal yang kurang dari novel Cecilia and the Angel ini tidak terlalu menggambarkan secara jelas mengenai latar waktu, tepatnya pada zaman apa. Barangkali hal itu disengajakan oleh penulis sebab yang menjadi titik fokusnya, yaitu percakapan dan dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel mengenai ‘ke-ada-an’ dan ‘peng-ada-an’.

Selain itu, pada bagian akhir atau penutup, keadaan Cecilia tidak begitu diilustrasikan secara jelas, sudah meninggal dunia atau masih sekarat. Pembaca seakan dibuat bertanya-tanya mengenai hal tersebut. Namun, beranjak dari sakit keras Cecilia, pembaca akan berpikir atau berspekulasi bahwa tokoh Cecilia telah meninggal dunia. Dapat dikatakan novel ini memiliki ending yang menggantung.

Terlepas dari kekurangan dalam novel Cecilia and the Angel ini, hal tersebut bukanlah menjadi penghalang kelayakan novel ini untuk dibaca. Mungkin saja hal itu sengaja dilakukan oleh penulis agar pembacanya memberikan tafsirannya sendiri.

Kesimpulan Resensi Novel Cecilia and the Angel

Cecilia and the Angel adalah novel dengan kisah menarik di dalamnya yang menceritakan terkait penggambaran surga dan dunia melalui dialog seorang anak perempuan bernama Cecilia dan malaikat bernama Ariel. Percakapan antara Cecilia dan malaikat Ariel memvisualisasikan fantasi penulis mengenai surga dan dunia.

Malaikat Ariel di novel ini dideskripsikan dengan cukup abstrak dengan wujud yang tidak memiliki wajah, alis mata, bahkan sayap sekalipun. Hal itu karena lazimnya malaikat kerap kali digambarkan mempunyai sayap dan membawa alat musik, misalnya, harpa ataupun terompet.

Akan tetapi, di dalam novel ini penggambaran malaikat bukanlah seperti pada umumnya. Menariknya lagi, Gaarder mengilustrasikan malaikat dapat menembus tembok, dapat terbang sangat cepat–walaupun tanpa sayap–bahkan mampu membersihkan salju yang masuk ke dalam rumah.

Saat membaca novel ini, pembaca seakan-akan diantarkan kepada perspektif terkait surga melalui percakapan Cecilia dan malaikat Ariel, tetapi entahlah hal tersebut benar atau tidaknya. Cecilia memasuki dunia yang hanya dirinya dan malaikat Ariel lah yang mampu berkomunikasi, layaknya dua orang yang menikmati senja di sore hari dengan secangkir teh hangat.

Cecilia and the Angel memberikan ilustrasi bawah kematian tidaklah semengerikan yang diceritakan oleh orang-orang. Hal itu karena ada bagian di mana Cecilia akan mendapati bahwa kematian merupakan bagian indah atas segala misteri yang dipertanyakan di dunia ini. Novel ini sangat direkomendasikan untuk dibaca bagi kalian para penggiat cerita fiksi sebab Gaarder sungguh membaca pembacanya masuk dan menikmati dialog antara Cecilia dan malaikat Ariel mengenai dunia dan surga.

Itulah Resensi Novel Cecilia and the Angel karya Jostein Gaarder. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.

Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia

Sumber: dari berbagai sumber

Dunia Maya
Dunia Maya

tombol beli buku

Seperti karya novel Gaarder lainnya, ia kembali mengusung isu filsafat ke dalam novel Dunia MayaNovel dengan tebal 420 halaman ini, mengombinasikan antara ide filsafat dan pengetahuan dalam bidang biologi evolusi.

Ringkasnya, dalam Dunia MayaGaarder menyampaikan berbagai pemikiran luas, seperti halnya penciptaan alam semesta, evolusi kehidupan manusia di bumi, tujuan penciptaan manusia serta eksistensinya, dan tak lupa pula tentang cinta.

Written by Tasya Talitha