in

Resensi Novel Dunia Anna Jostein Gaarder

Resensi Novel Dunia Anna Jostein Gaarder: Metafisika Lingkungan & Alam Semesta – Dunia Anna terbit pertama kali pada tahun 2014 dengan tajuk aslinya, En fabel om klodens klima og miljø (Anna. A Fable About the Earth’s Climate and Environment). Setelah itu, diterbitkan pula ke  dalam bahasa Inggris berjudul The World According to Anna.

Sedikit berbeda dengan novel karya Gaarder lainnya yang erat akan filsafat, buku Dunia Anna cenderung memfokuskan tema akan lingkungan di bumi, terlebih perubahan iklim dan dampak dari pemanasan global.

Dengan kata lain, novel ini akan banyak menuangkan nilai-nilai kecintaan pada lingkungan di Bumi. Tindakan kerusakan lingkungan yang saat ini dilakukan justru mengancam generasi selanjutnya yang akan menempati Bumi. Anna, selaku tokoh utama sekaligus bagian dari generasi saat ini, diharuskan untuk berpikir lebih jauh pada kondisi Bumi ini.

Dengan demikian, Gaarder seakan-akan memengaruhi para pembacanya agar sedikit tergerak hatinya untuk peduli akan lingkungan hidup dan keberlangsungan bumi. Bahkan, di tahun 1997, Gaarder bersama sang istri–Siri Danneviq–mendirikan Sophie Prize, yaitu sebuah bentuk penghargaan pada suatu individu atau kelompok yang turut peduli, memperjuangkan, ataupun mengajak masyarakat pada pelestarian lingkungan hidup.

Penasaran dengan novel Dunia Anna? Baca dan miliki bukunya.

Sinopsis Novel Dunia Anna

Dunia Anna
Dunia Anna

tombol beli buku

Dunia Anna merupakan novel yang menceritakan seorang tokoh bernama Anna berjumpa dengan cicitnya melalui sebuah mimpi. Akan tetapi, uniknya yang didapati adalah sang cicit tersebut justru memarahinya lantaran ia sedang meminta dengan tegas agar bumi dikembalikan menjadi asri, tanpa adanya kerusakan lingkungan di dalamnya, tanpa adanya penebangan liar pohon, dan ingin melihat kembali beberapa hewan yang telah punah.

Hal yang dilakukan oleh Anna dalam novel ini, yakni berjuang dan berupaya keras agar bumi ini tidak memusnahkan anak-cucunya kelak. Ketika berusia sekitar 10 tahun, gadis asal Norwegia itu merasakan ada yang janggal dengan alam sekitar, seperti halnya rusa kutub mati dan yang lainnya justru merayau ke desa. Suatu pertanda apa itu?

Enam tahun kemudian, tepatnya di tahun 2021, Anna sudah beranjak menjadi Remaja SMA. Saat hari kelahirannya yang ke-16, ia diberikan oleh tante Sunniva sebuah cincin rubi yang usianya lebih dari 100 tahun. Anna pun sudah memiliki kekasih bernama Jonas yang sekaligus kakak kelas di sekolahnya.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Entah ini merupakan suatu kelebihan, keunikan, ataupun keanehan, tetapi Anna memiliki kegemaran berfantasi yang tampak nyata, bahkan mimpinya kerap kali terasa nyata sehingga dirinya pun dapat mengingat secara detail terkait kejadian yang ada di mimpinya itu.

Ketika musim gugur di tahun yang bersangkutan, Anna mendatangi seorang psikiater bernama Dokter Benjamin. Perbincangan mereka berlangsung seru hingga mengantarkan pada sebuah topik, yakni mengenai pemanasan global. Peristiwa tersebut merupakan salah satu yang menjadi kekhawatiran Anna.

Sesudah perjumpaannya dengan Dokter Berjamin, Anna berperan menjadi sosok Nova yang ada di mimpi anehnya itu. Nova merupakan cicit dari Anna di masa 2082, bahkan di dalam mimpinya itu terdapat dirinya sendiri, tepatnya Anna versi sudah tua. Di tahun tersebut, segala binatang yang saat ini masih ada, hanya dapat dilihat keindahannya melalui video-video.

Dengan rasa penasaran, Nova mencari nama nenek buyutnya itu di mesin pencarian, keluarlah nama Anna Nyrud. Ia merasa terkejut sebab mendapati sepucuk surat yang dikhususkan untuknya dengan bertuliskan tanggal 11 Desember tahun 2012, tepatnya sehari sebelum Anna berulang tahun di usianya yang ke-16 tahun. Bagaimana caranya Anna mengetahui bahwa dirinya akan memiliki seorang cicit bernama Nova?

Melalui hasil pencarian dan penemuannya, Nova mengetahui bahwa generasi nenek buyutnya itulah yang telah melakukan kerusakan pada alam di bumi dan seketika ia merasa emosi, kemudian marah. Dengan santai dan betapa misteriusnya Anna yang notabenenya buyut dari Nova, menjawab sembari mengelus cincin rubinya itu.

Ada apa dengan cincin rubi pemberian dari tante Sunniva itu? Apakah cincin tersebut mempunyai kekuatan yang luar biasa? Lalu, apakah maksud dari kejadian di mimpi Anna?

Baca cerita selengkapnya di novel Dunia Anna dan ikuti perjalanan Anna dalam merealisasi persoalan yang ada di mimpinya.

The Castle in the Pyrenees
The Castle in the Pyrenees

tombol beli buku

The Castle in the Pyrenees, karya Jostein Gaarder yang mempertanyakan tentang jiwa dan nurani manusia, melalui hubungan dua anak manusia. Kisah yang mengeksplorasi posisi kesadaran manusia di semesta. Bisakah sains menjelaskan semuanya, ataukah ada daya tak terlihat yang memengaruhi kehidupan kita?

Keunggulan Novel Dunia Anna

Karya tulis novel Jostein Gaarder memanglah banyak menceritakan berbagai kisah yang sarat akan fantasi dan imajinasi sehingga mengajak pembaca untuk ikut menebak akhir dari cerita yang disuguhkan. Bahkan tidak sedikit pula dari pembaca merenungkan terhadap alur cerita selanjutnya.

Dunia Anna cenderung berbeda dengan Dunia Sophie yang ceritanya padat akan disiplin filsafat murni sehingga barangkali bagi sebagian pembaca akan sukar untuk menyelesaikan novel tersebut. Dunia Anna mengutamakan fenomena-fenomena terkait kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang dikaitkan secara unsur filsafat semesta.

Salah satu yang menjadi daya tarik pembaca adalah karena pembawaan cerita yang sangat erat dengan kenyataan dan sangat penting untuk kehidupan manusia di masa sekarang. Novel ini pun ringan dan tidak terlalu tebal sehingga pembaca akan asik saat membacanya.

Tidak sedikit dari pembaca yang memang telah jatuh cinta dengan karya Jostein Gaarder yang satu ini sebab dirinya dapat memuat tema filsafat yang barangkali membuat pusing bagi sebagian orang. Akan tetapi, dalam hal tersebut Gaarder berhasil membawa unsur filsafat menjadi sebuah cerita yang menarik sehingga membuat para pembaca tidak menyadari bahwa buku yang tengah dibacanya merupakan buku terkait filsafat.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Gaarder dalam novel Dunia Sophie dan The Magic Library, pada novel ini pun ia memasukkan remaja sebagai karakter tokoh utama pada cerita. Tokoh Anna digambarkan sebagai sosok remaja yang cerdas, tekun, dan memiliki cara pikir cenderung dewasa daripada remaja kebanyakan seusianya.

Oleh sebab itu, Anna sangat antusias saat karakter tokoh Dokter Benjamin menganggapnya bak orang dewasa. Gadis tersebut memiliki ketertarikan dengan persoalan yang berhubungan dengan lingkungan. Di samping itu, Anna mempunyai sosok kekasih yang cerdas dan bersedia membantu dirinya, Jonas namanya.

Dalam novel ini, tokoh Jonas mempunyai karakter yang cemerlang dalam mendapati berbagai ide dan solusi bagi persoalan Anna, sementara Dokter Benjamin berperan sebagai penggagas ide supaya Anna bersama Jonas membangun sebuah organisasi yang berfokus pada lingkungan hidup.

Tak lupa, ada tokoh Ester, putri dari Dokter Benjamin merupakan seorang aktivis pecinta lingkungan yang saat itu ditawan oleh perompak Somalia. Dengan secara tidak langsung berperan dalam cerita, justru tokoh Esterlah yang mengajarkan pada ayahnya akan persoalan seputar lingkungan dan iklim. Kemudian, Tokoh Nova sebagai sosok gadis seperti Anna yang memiliki rasa keingintahuan amat besar. Adanya pengembangan karakter tokoh di atas, sungguh membangun alur cerita menjadi sebuah kisah yang apik.

Dengan demikian, Dunia Anna banyak memuat berbagai nilai kecintaan pada lingkungan alam. Hal lainnya dibuktikan pula dalam novel ini adanya penjelasan bahwa karbon dioksida (CO2) sudah memadati seluruh atmosfer yang ada di bumi ini, kemudian penggalian minyak bumi yang terkesan berlebihan tanpa mengacuhkan bahwa akan ada generasi berikutnya yang menjalani kehidupan di bumi ini.

Digambarkan tokoh Anna merupakan bagian dari generasi di masa sekarang yang dituntut untuk merefleksikan lebih jauh dan mendalam akan keadaan bumi saat ini. Hal itu karena saat ini manusia tidak lagi puas akan kata “cukup” dengan apa yang diperolehnya, melainkan mereka kerap kali memakai kata “lagi” dalam hal-hal lainnya.

Keresahan Anna akan situasi bumi saat ini dan segala hewan yang tersisa, membuat dirinya membuat beberapa program yang bisa dijalankan guna upaya penyelamatan lingkungan. Anna mengetahui bahwa hal tersebut cukup sulit untuk dilakukan, terlebih lagi manusia mempunyai karakter dengan ego yang tinggi akan segala hal dan berkeinginan memperoleh apa yang menjadi kemauannya.

Seperti yang sudah disinggung pula sebelumnya mengenai karbon dioksida, diketahui pula bahwa tinggi kadarnya karbon dioksida atau CO2 di atmosfer bumi diakibatkan oleh ulah manusia, seperti melakukan pembakaran bahan fosil, pembakaran hutan yang hendak dipakai sebagai penggantian fungsi lahan. Tidak hanya itu, efek dari karbon dioksida ini mengakibatkan peningkatan suhu bumi yang mana bumi akan mengalami pemanasan.

Apabila suhu di bumi secara terus-menerus mengalami pemanasan maka yang akan terjadi adalah pencairan es di kutub. Artinya, tidak ada lagi tempat untuk berbagai hewan yang memang tinggalnya di kutub utara. Lalu, apabila es di kutub terus-menerus mencair, bumi daratan lambat laun akan menghilang dan tidak ada peluang untuk dijadikan tempat tinggal bagi makhluk hidup.

Penulis seakan membawa para pembacanya untuk peka dan peduli akan lingkungan dan keberlangsungan bumi ini. Hal demikian yang membuat Jostein Gaarder bersama sang istri bernama Siri Danneviq mendirikan Sophie Prize pada tahun 1997.

Sophie Prize adalah sebuah penghargaan bernilai uang yang diberikan setiap tahunnya bagi individu ataupun kelompok yang sudah berusaha memperjuangkan dan mengajak masyarakat dalam pelestarian lingkungan. Hal itulah sebabnya Gaarder menuliskan novel Dunia Anna ini untuk kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa pentingnya melakukan pelestarian lingkungan guna kehidupan makhluk hidup di bumi ini.

Cerita dalam novel Dunia Anna dirangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat sehingga menjadi sebuah kisah sederhana yang mana pembaca dapat dengan mudah memahami maksud dari Gaarder bahwa dirinya sedang mencoba memberikan ajakan secara persuasif terkait pelestarian lingkungan.

Dengan kata lain, melalui novel ini Gaarder menonjolkan terkait keadaan alam yang sudah sangat mengenaskan. Karakter tokoh Anna yang sangat menaruh peduli pada lingkungan alam menjadi unsur utama bagi sisi Anna. Kemudian, akan digiring ke sisi Nova, tepatnya di waktu 70 tahun mendatang saat alam sudah sekarat dan semuanya pun terlambat.

Hal tersebut memiliki keterkaitan yang erat akan di masa sekarang di mana banyaknya korban akibat asap pembakaran hutan, kualitas udara yang cenderung menurun ekstrem, dan kemarau berkepanjangan.

Keunggulan lainnya, yaitu terletak pada bab di novel ini yang dibagi menjadi 38 bab meskipun memang terkesan banyak, tetapi penjelasannya cenderung singkat dan pendek sehingga tidak akan membuat pembaca menjadi jenuh. Selain itu, Gaarder dapat mempertahankan rasa keingintahuan pembaca akan teka-teki melalui berbagai pertanyaan pada tokoh Anna dan Nova.

Dua puluh bab di awal menggunakan sudut pandang tokoh Anna di masa sekarang, kemudian bab-bab selanjutnya menggunakan sudut pandang Anna sebagai tokoh Nova pada tahun 2082 mendatang. Dengan peralihan sudut pandang yang ditandai dengan perbedaan penggunaan jenis huruf dan menggunakan perantara melalui setting tempat, akan memudahkan pembaca dalam memahami sudut pandang serta latar yang tengah diceritakan di novel ini.

Lalu, Gaarder selaku penulis menghadirkan berbagai macam aplikasi juga teknologi yang menunjang upaya penyelamatan lingkungan alam. Hal demikian sangat menarik untuk diterapkan oleh masyarakat saat ini. Terlebih gaya Anna dan Jonas dalam menjalin hubungan sangatlah cerdas.

Sebab keduanya memiliki pemikiran yang aktif untuk memberantas persoalan terkait kerusakan lingkungan. Tokoh keduanya sangatlah inspiratif dan dapat dijadikan cerminan untuk masyarakat bahwa dalam pertemanan sebaiknya berlaku demikian.

Seperti halnya membaca karya tulis Gaarder lainnya, membaca novel Dunia Anna akan menanamkan paradigma dan pemikiran baru bagi para pembacanya, terkhusus persoalan kerusakan lingkungan yang telah diperbuat oleh generasi saat ini. Hal itulah yang membuat pembaca akan tertegun dan merenungkan bahwa kalau bukan dari diri sendiri yang memulainya, siapa lagi?

Namun, saat di awal membaca novel ini, terdapat beberapa tanya yang memenuhi pikiran, seperti apakah di masa 70 tahun mendatang, manusia dapat kembali ke masa lalu? Lalu, Bukankah manusia akan mengurangi penggunaan minyak dan gas alam, kemudian digantikan oleh sumber daya lain yang mempunyai teknologi terkemuka?

Hal itu semua tentulah logis sebab manusia pun sebenarnya sangat cerdas dalam menciptakan teknologi alternatif. Akan tetapi, mampukah alam dijadikan alternatifnya? Jawabannya, tentu saja tidak. Bisa dikatakan, sehebat dan secanggih apapun di masa mendatang, manusia tidak akan mampu mengganti sesuatu yang bersifat alami menjadi sesuatu yang berbahan buatan. Memangnya, maukah manusia untuk melangsungkan kehidupan hanya 40 tahun dengan menggunakan segala bahan yang serba buatan?

House of Tales
House of Tales

tombol beli buku

Pada hari pertama kuliah di Universitas Oslo, Albert memperhatikan seorang gadis di depan mesin kopi. Gadis itu, Eirin, balas memperhatikan Albert. Mereka pun saling jatuh cinta. Pertemuan berikutnya menghantarkan mereka ke Rumah Dongeng, rumah terpencil yang semakin menegaskan perasaan cinta di antara mereka. Baca selengkapnya di novel House of Tales. 

Kelemahan Novel Dunia Anna

Novel Dunia Anna cenderung kaku apabila dibandingkan dengan novel lainnya. Padahal dikatakan bahwa penggunaan bahasa yang ada dalam novel ini pun tidaklah terlalu berat. Barangkali hal tersebut terjadi karena novel ini mengusung tema filsafat, kemudian novel ini juga merupakan terjemahan ke bahasa Indonesia sehingga terdapat beberapa bagian yang sedikit sukar.

Kemudian, meskipun karakter dari tokoh Anna tidaklah buruk justru sangat bagus, tetapi dalam hal ini tokoh Anna mempunyai karakter yang terlalu memaksakan kehendak diri kepada orang lain. Bahkan, Anna yang merupakan tokoh utama dalam novel ini pun seperti tidak menjadi sosok tokoh utama.

Selain itu, walaupun plot yang dibentuk oleh sang penulis hanya berjalan kurang lebih dua hari di dunia Anna, tetapi seakan terasa berada dalam waktu yang tidak sebentar. Pembaca akan dibuat bingung dengan timeline kejadian cerita. Contohnya, yaitu tokoh Anna menceritakan bahwa di hari tersebut merupakan tanggal 10 bulan Desember, kemudian secara tiba-tiba ia menceritakan pengalamannya itu di bulan Oktober.

Bagi pembaca yang belum terbiasa ataupun siap dengan pemindahan waktu yang cenderung mendadak seperti contoh di atas, mungkin akan merasakan kebingungan. Akan tetapi, terlepas dari hal tersebut, tampaknya Gaarder sang penulis novel Dunia Anna ini sengaja tidak begitu menitikberatkan pada plot sebab lebih memfokuskan dengan berbagai pesan filsafat lingkungan yang memang menjadi pokok pikiran novel ini.

Lalu, terdapat kejanggalan dalam novel ini, seperti yang tertera di masa mendatang tahun 2082, tokoh Nova menggunakan handphone Android. Akankah 70 tahun mendatang–terhitung dari zaman Anna di tahun 2012–Android masih berkembang? Bukankah perkembangan teknologi di dunia sudah sangat pesat? Apabila dipikirkan secara logis, tentulah di masa mendatang, apalagi puluhan tahun yang akan datang, perangkat Android tergantikan dengan perangkat lainnya yang jauh lebih canggih dan terkemuka.

Adapun cincin rubi kuno warisan dari tante Sunniva yang disinggung dalam novel ini. Hal demikian dirasa sangat kurang relevan berada di dalam cerita. Ataukah Gaarder sengaja memasukkannya agar mendatangkan kesan dramatis dari terciptanya penyelesaian atas persoalan bumi secara ajaib? Padahal apabila diperhatikan lebih jauh, solusi tersebut hadir didasarkan dengan pemikiran logis manusia.

Pesan Moral dalam Novel Dunia Anna

Melalui novel Dunia Anna ini, penulis mengajak para pembacanya untuk menjaga dan memelihara lingkungan sebelum terlambat. Kita perlu memperkuat wawasan moral dengan memandang ke masa depan. Dalam hal ini, Gaarder memberikan gambaran terkait keadaan di tahun 2082 mendatang dengan hilangnya negara-negara Arab yang diakibatkan terkubur oleh gurun, kekeringan, dan iklim yang mematikan.

Jumlah manusia menjadi turun secara ekstrem karena bencana alam dan perebutan Sumber Daya Alam. Beberapa spesies hewan pun mati sehingga mengalami kepunahan, dan yang tersisa hanyalah iklim dingin dekat dengan kutub utara, seperti Norwegia ini.

Seperti berbagai karya tulis novel Gaarder lainnya, melalui buku ini terdapat pesan yang hendak disampaikan, yaitu sebuah persoalan sekaligus kenyataan dengan cara yang sederhana, tetapi mengena. Hal tersebut justru mengajak pembaca untuk merenungi terkait sesuatu yang terjadi di sekitar.

Novel ini sangat direkomendasikan, terlebih bagi para pecinta lingkungan dan alam di generasi saat ini yang memiliki kemauan untuk terus memahami bahwa di masa sekarang, manusia tidak boleh berlaku seenaknya hingga membuat kerusakan pada alam dan lingkungan. Hal itu karena kita pun perlu menyadari bahwa akan ada generasi selanjutnya yang menetap di planet bumi ini.

Dengan demikian, Dunia Anna sangat bagus untuk meningkatkan kesadaran sikap pada setiap manusia dengan merenungkan, bagaimana bumi ini tanpa alamnya? Dan apa yang akan terjadi apabila kita bersikap semaunya dengan alam di bumi ini? Bagaimana generasi selanjutnya yang menempati bumi ini dengan kondisi alamnya sudah mengalami kerusakan? 

Bila setiap orang yang membaca novel ini menjadi tersadarkan dan semakin peduli dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, paling tidak anak-cucu kita masih dapat menempati dan merasakan alam di bumi ini dengan nyaman.

Itulah Resensi Novel Dunia Anna karya Jostein Gaarder. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.

Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia

Sumber: dari berbagai sumber

Dunia Sophie
Dunia Sophie

tombol beli buku

Sophie, seorang pelajar sekolah menengah berusia empat belas tahun. Suatu hari sepulang sekolah, dia mendapat sebuah surat misterius yang hanya berisikan satu pertanyaan: “Siapa kamu?”

Belum habis keheranannya, pada hari yang sama dia mendapat surat lain yang bertanya: “Dari manakah datangnya dunia?” Seakan tersentak dari rutinitas hidup sehari-hari, surat-surat itu membuat Sophie mulai mempertanyakan soal-soal mendasar yang tak pernah dipikirkannya selama ini. Dia mulai belajar filsafat.

Written by Tasya Talitha