in

Resensi Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder

Filsafat memang kerap dianggap sebagai disiplin ilmu yang berat dan sukar untuk dipelajari bagi sebagian orang. Akan tetapi, hal itu berhasil dikemas ke dalam bentuk yang berbeda dalam buku Dunia Sophie karya seorang penulis novel dan literatur anak asal Norwegia bernama Jostein Gaarder.

Dunia Sophie memberikan bumbu filsafat nonfiksi berwujud fiksi yang dibalut secara menarik juga unik. Novel setebal 800 halaman ini, menjadi salah satu novel filsafat terlaris di dunia, bahkan sudah menempati best seller Internasional dan diterjemahkan ke dalam 60 bahasa, salah satunya bahasa Indonesia.

Hebatnya lagi, novel terbitan tahun 1991 ini, sudah terjual lebih dari 40 juta eksemplar. Adapun novel ini pertama kali terbit dalam bahasa Norwegia dengan judul aslinya, yaitu Sofie’s Verden.

Novel ini terdiri dari 36 bab yang membahas terkait sejarah filsafat hingga abad ke-20 melalui tokoh Sophie. Novel ini memang terbilang mempunyai halaman yang tebal, tetapi itu bisa dikatakan terlalu singkat untuk menjelaskan sejarah yang cukup panjang. Maka dari itu, dapat dikatakan buku ini tidak sepenuhnya membuat pemahaman akan filsafat lebih mendalam sebab Dunia Sophie hanya condong memberikan dasar-dasar menarik terkait filsafat. Barangkali hal tersebut sengaja dilakukan agar kita selaku pembaca terdorong untuk membaca buku yang lainnya.

Terlepas dari itu, novel berbalut filsafat ini sangat membantu mengenali disiplin filsafat yang mungkin banyak orang menduga akan menyeramkan dan sangat rumit untuk dipelajari atau sekadar didiskusikan. Akan tetapi, Dunia Sophie justru menyajikan pandangan yang berbeda dan menyihir pembacanya untuk terus membaca lebih dalam lagi.

Gaarder sukses mengubah paradigma mengenai filsafat yang menakutkan menjadi sebuah bahan bacaan yang menarik serta dikaitkan dengan kreativitas imajinasi sehingga pembacanya pun berkeinginan untuk segera mengakhiri cerita yang ada di dalam novel ini.

Isi dari Novel Dunia Sophie

Dunia Sophie
Dunia Sophie

tombol beli buku

Novel ini ditulis pada tahun 1990-an. Dunia Sophie mengisahkan terkait sejarah Filsafat mulai dari abad sebelum zaman Socrates, kemudian zaman Socrates, Plato, dan Aristoteles, abad pertengahan hingga abad ke-20.

Mungkin kita akan dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang sesungguhnya barangkali tanpa disadari akrab dengan kita, tetapi kita menganggap hal tersebut merupakan sesuatu yang membuang-buang waktu saja.

Dimulai dengan bab awal yang berjudul “Taman Firdausku”, yaitu mengacu kepada kediaman tokoh Sophie. Mulanya, kehidupan Sophie cenderung biasa-biasa saja, seperti kehidupan anak di usia 14 tahun pada umumnya, yakni bermain dan sebagainya. Namun, secara tiba-tiba, Sophie dikagetkan dengan sepucuk surat berisikan tulisan, “Siapakah kamu?” dan “Dari mana dunia ini berasal?”. 

Pertanyaan tersebut membuat Sophie tergerak akan rasa keingintahuannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut secara logis dan rasional sebab dirinya belum pernah memikirkan terkait hal demikian, sebelumnya. Akan tetapi, dalam benak Sophie pun turut menimbulkan berbagai tanya, siapakah yang mengirimkan surat ini. 

Secara logika, Sophie menetap di Norwegia, tepatnya di Oslo, sementara pengirim surat tersebut ada cap dari Lebanon yang mana surat tersebut sampai dalam waktu sehari. Kemudian, alamat yang sesungguhnya, yaitu Hilde Moller Knag, tetapi surat tersebut justru sampai di kediamannya. Berbagai hal itulah yang membuat Sophie terheran sekaligus menimbulkan banyak tanya dalam pikirannya, apakah surat tersebut salah alamat?

Pada bab selanjutnya, dipaparkan mengenai filsafat kehidupan dan filsafat alam, bahkan keberadaan manusia pun turut dipertanyakan dalam novel ini. Zaman Eropa dari masa kegelapan hingga Renaissance pun dibabat tuntas pada novel ini. Lalu, di bab setelahnya, Sophie dibuat tertegun dengan perjumpaannya dengan si pembuat surat itu dan pertanyaan yang lain, seperti “Apakah kita benar nyata hidup atau sekadar ide yang dikendalikan oleh seseorang.”

Awal mula Sophie mempelajari sejarah disiplin Filsafat, yaitu saat dirinya membuka secarik amplop tersebut dan membaca isi dari surat itu yang bertajuk “Apakah Filsafat itu?” Mulai dari kejadian itulah, Sophie semakin mengetahui dan memahami terkait Filsafat. Selain itu, dijelaskan pula bahwa hal pertama kali yang dilakukan untuk menjadi seorang filsuf adalah rasa dengan rasa keingintahuannya. Hal itu karena tidak sedikit teka-teki yang dapat terselesaikan dengan rasa keingintahuan seseorang.

Hari berlanjut, Sophie mendapatkan banyak surat yang tak bernama–memberikannya pelajaran mengenai sejarah Filsafat. Dengan rasa keingintahuannya, memicu Sophie untuk membalaskan surat tersebut. Namun, dirinya merasa bingung dan segala pertanyaan di otaknya di mana dirinya harus mengirimkan surat ini kembali.

Akhirnya, Sophie hanya meletakkan surat balasan tersebut di kotak pos surat rumahnya dengan harapan ada tuan misterius yang hendak mengambil suratnya. Berbagai kejadian tersebut justru membuat Sophie terlihat sedikit aneh di hadapan sang ibu, terlebih Sophie acap kali menyendiri di kamarnya sambil membaca surat-surat misterius tersebut.

Sophie berharap agar surat yang ia tulis, memperoleh balasan dan memang akhirnya berlangsung sesuai harapannya. Saat itu, Sophie merasa senang sebab dirinya tahu bagaimana cara untuk mendapatkan pesan balasan dari tuan filsuf misterius tersebut. Hari demi hari, pelajaran mengenai sejarah Filsafat yang dipelajari olehnya semakin bertambah. Pernah ia mendapatkan tugas tentang Filsafat dan mengerjakannya dengan benar dan sesuai, hingga membuat dirinya memperoleh nilai A.

Biasanya, selepas pulang dari sekolahnya, Sophie menghabiskan kesehariannya di tempat persembunyiannya sembari membaca berbagai surat misterius itu. Ketika Sophie hendak masuk, ia tercengang sebab terdapat amplop yang bertuliskan nama dirinya dengan sedikit basah dan ada semacam manisan gula di pojok surat tersebut.

Saat itu Sophie merasa telah dibuntuti oleh tuan filsuf misterius sebab mengetahui keberadaan tempat persembunyian milik Sophie. Saat dirinya sedang membaca surat, terdengar seekor serigala sedang berdengus, tetapi rupanya itu bukanlah seekor serigala yang menyeramkan, melainkan seekor anjing manis.

Sophie tersadar bahwa siapa yang menaruh surat di tempat persembunyiannya saat pertama kalinya ia masuk dan dari situlah Sophie mengetahui cara kerja si tuan filsuf misterius dalam mengirimkan dan memberikan surat pada Sophie. Adapun isi surat yang dibawa oleh anjing tadi merupakan semacam informasi cara anjing tersebut bekerja, yaitu hanya dengan meletakkan manisan gula maka anjing tersebut akan mencari dan mendapatkan manisan gula sembari membawa surat.

Rasa penasaran dan keingintahuan Sophie untuk segera berjumpa dengan tuan filsuf misterius melahirkan ide. Singkatnya, Sophie menaruh surat tersebut di mulut anjing, lalu mengikuti anjing tersebut berjalan dan membawa surat tersebut. Dengan keberaniannya, melewati hutan dan danau yang terbilang besar, sampailah Sophie dan anjing tersebut pada sebuah gubuk tua yang diyakininya sebagai kediaman dari tuan filsuf misterius yang kerap mengirimkan surat berisikan sejarah filsafat.

Kemudian, Sophie memberanikan dirinya untuk masuk ke dalam gubuk tua itu dan memang benar bahwa di dalamnya memuat beberapa amplop surat yang hendak dikirim untuk Sophie. Namun, tak lama setelah itu, ia mendengar bahwa ada suara orang yang menghampiri gubuk tersebut. Sophie segera berlari ke luar dari gubuk dengan membaca beberapa surat yang ia lihat tadi.

Sebenarnya ia khawatir bahwa tuan filsuf misterius itu akan segera mengetahui bahwa dirinyalah yang mengambil surat-surat tersebut. Rasa khawatir tersebut memanglah terjadi sebab Sophie mendapati surat dari tuan filsuf misterius. Surat itu berisikan ungkapan kekecewaannya sebab Sophie telah berani masuk dan mengambil tanpa izin terhadap beberapa surat yang seharusnya belum waktunya untuk dikirim dan diketahui oleh Sophie.

Sophie saat itu pun merasa bersalah. Lantas, apa yang akan dilakukan oleh Sophie dan tuan filsuf misterius itu selanjutnya? Ikut kisah selengkapnya dengan membaca novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder dan kalian juga akan mendapati berbagai pelajaran mengenai Filsafat.

Dunia Maya
Dunia Maya

tombol beli buku

Novel Jostein Gaarder ini menyoroti gagasan-gagasan yang besar: penciptaan alam semesta, evolusi kehidupan di bumi, munculnya manusia, dan tujuan dari keberadaan manusia.

Hal yang Menarik dalam Novel Dunia Sophie

Dunia Sophie bisa dikatakan membawa hawa-hawa segar bagi orang-orang yang berhasrat untuk memperdalami filsafat dengan metode yang sederhana dan ringan. Hal itu karena filsafat dianggap sebagai disiplin ilmu yang rumit, menakutkan, dan terbilang berat untuk dikaji secara mendalam. Bahkan lebih parahnya lagi ada yang mengatakan bahwa dapat membuat seseorang menjadi gila apabila menceburkan diri ke dalam lautan filsafat.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, novel setebal ini mengisahkan sejarah Filsafat mulai dari awal perkembangannya, tepatnya era filsuf Socrates di Yunani sampai era Freud di abad ke-20 ini.

Gaarder dalam novel Dunia Sophie ini berupaya menarik pembaca untuk masuk ke dalam latar berbagai cerita petualangan yang dialami oleh tokoh Sophie. Membaca bab demi bab, halaman demi halaman pada novel ini justru membuat rasa keingintahuan pembaca semakin tergerak, tanpa harus berusaha susah payah mempelajari disiplin filsafat layaknya belajar formal pada umumnya.

Rasa ingin tahu atau penasaran pada diri manusia terkait sesuatu yang begitu besar, justru akan membuat akal pikir manusia jadi semakin bekerja dengan keras dalam menjawab berbagai pertanyaan klise dan sederhana yang sebenarnya kita tidak mengetahui jawaban pasti dari semua pertanyaan tersebut.

Tidak dapat dibayangkan apabila posisi kita yang berada di tokoh Sophie, ketika sedang beraktivitas, secara tiba-tiba menemukan sepucuk surat di meja kamar yang berisikan pertanyaan seputar siapakah diri kita sebenarnya. Dengan pertanyaan tersebut, tentu kita sebagai manusia biasa akan menjawab dengan nama masing-masing. Akan tetapi, hal tersebut tidak dilakukan oleh tokoh Sophie, ia berbeda.

Hal tersebut akan menjadi sesuatu yang penting sebab memang hakikatnya, manusia adalah makhluk yang tidak akan pernah merasa puas sehingga kerap ingin mengetahui segala sesuatu, apapun itu. Oleh karena itulah, manusia telah dianugerahkan akal untuk berpikir sebelum bertindak. Seperti halnya, bagaimana kita dapat mengetahui pertanyaan mendasar akan makna dari hidup, bagaimana caranya hidup, asal mula alam semesta ini, ataupun pertanyaan klise dan simpel, seperti “Apakah itu semua ada.” 

Akan tetapi, hal demikian kembali lagi kepada masing-masing manusia yang memusatkan berbagai pertanyaan di atas. Tidak sedikit orang awam yang beranggapan bahwa orang-orang yang menggeluti disiplin filsafat, memikirkan hal yang tidak berfaedah dan hanya membuang-buang waktu. Akan tetapi, para filsuf kerap kali berpikir untuk mencari bibit permasalahan atau konflik akan sesuatu hal.

Walaupun novel Dunia Sophie memaparkan filsafat Barat, tetapi dengan gaya bahasa Gaarder yang terbilang ringan, justru akan menarik pembacanya untuk berpikir dan berupaya menjawab segala pertanyaan filosofis, khususnya yang ada dalam novel ini.

Seperti yang sudah dibahas pada bagian isi dari novel Dunia Sophie, gadis berusia 14 tahun itu memiliki karakter yang cerdas. Ketika ia mendapatkan berbagai lembaran surat yang dikirimkan oleh orang asing–bernama Alberto Knox–kepadanya, membuat dirinya semakin penasaran akan sosok orang tersebut; siapakah dia, apakah dia orang yang baik atau justru ingin melakukan hal jahat. Akan tetapi, hal itu justru terkubur saat Sophie semakin menjajaki dirinya ke dalam sejarah filsafat lewat berbagai lembaran surat yang ia terima itu.

Sampai akhirnya, rasa keingintahuan dirinya pada sosok yang disebut sebagai gurunya itu, membuat ia ingin bertemu secara langsung dan menimba ilmu melalui sosok tersebut. Dikisahkan bahwa novel ini tidak hanya berakhir di situ. Hal itu karena Gaarder menciptakan alur cerita dalam novel Dunia Sophie yang mulanya sederhana, semakin mengerucut, sampai akhirnya pada bagian klimaks yang mengejutkan para pembacanya.

Gaarder memvisualisasikan tokoh-tokoh dalam novel Dunia Sophie–seperti Sophie dan Alberto Knox–dengan sangat apik dan menarik sehingga membuat para pembaca dibuat bingung bercampur rasa penasaran dan ingin membabat tuntas novel ini sampai akhir halaman. Kemudian, sejarah filsafat yang dituangkan pada novel ini pun, dijabarkan dengan cara yang mengasyikkan, jelas, dan menggunakan bahasa yang ringan serta sesederhana mungkin.

Selain itu, Gaarder berupaya untuk menuangkan berbagai disiplin filsafat dalam tokoh-tokoh khayalannya dengan memikirkan segala kehidupan dari para tokohnya itu yang dikaitkan pula dengan pengalaman dan berbagai pertanyaan filosofis itu sendiri. Dengan begitu, pembaca akan merasa senang selama membaca novel Dunia Sophie ini sebab ceritanya juga bukan hanya membuat kita berimajinasi tinggi, melainkan berpikir keras secara akal pikiran yang logis.

Dunia Anna
Dunia Anna

tombol beli buku

Jostein Gaarder, penulis Dunia Sophie, kembali dengan Dunia Anna, sekali lagi mengajak kita berkaca. Dengan kisah yang ringan namun penuh makna, Jostein Gaarder kembali mengajak pembaca merenungkan eksistensi manusia dan semesta.

Hal yang Kurang dalam Novel Dunia Sophie

Namun, di balik hal-hal yang menarik, novel ini memiliki kekurangan, seperti kurangnya daftar istilah atau glosarium dan terjemahan berbagai kata atau istilah asing yang berasal dari para filsuf. Barangkali apabila ditambahkan footnote atau catatan kaki yang menjelaskan beberapa kata atau istilah asing tersebut, akan memudahkan pembacanya dalam memahami dan membaca novel ini.

Kesimpulan Resensi Novel Dunia Sophie

Akan tetapi, terlepas dari kekurangan itu, novel ini sangat direkomendasikan untuk dijadikan koleksi dan bacaan yang akan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca, khususnya berkenaan dengan disiplin filsafat. Selain itu, novel ini cocok untuk dibaca bagi yang ingin memperdalam ilmu filsafat secara ringan dan santai, serta dapat mengubah paradigma akan disiplin filsafat yang seakan menyeramkan dan sukar untuk dipahami.

Dalam novel Dunia Sophie, kita seakan membaca novel sekaligus mengenal dan memperdalam sejarah filsafat, serta kita akan disuguhkan dengan bermacam pertanyaan seorang filsuf yang mana segala pertanyaan itu mengacu pada pemikiran rasional. Dengan kata lain, pembaca akan berpikir secara logis sesuai akal pikiran yang dimilikinya.

Pembaca akan diajak berpikir layaknya seorang detektif yang berupaya untuk menerka atau menduga-duga terkait apa yang akan terjadi pada bab-bab berikutnya, sampai akhirnya pun secara tidak sadar kita telah menyelesaikan novel ini dan mempelajari banyak ilmu filsafat, salah satunya mencari tahu kebenaran akan kehidupan ini.

Bagi yang belum membaca novel Dunia Sophie, tertarikkah untuk membaca novel karya Jostein Gaarder yang satu ini?

Itulah Resensi Novel Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait bidang apapun atau ingin mencari novel dengan berbagai genre, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.

Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia

Sumber: dari berbagai sumber

Cecilia and the Angel
Cecilia and the Angel

tombol beli buku

Malam Natal tahun ini sungguh menyedihkan bagi Cecilia. Dia sakit keras dan mungkin tak akan pernah sembuh. Cecilia marah dan menganggap Tuhan tak adil. Namun, terjadi keajaiban. Seorang malaikat–Ariel namanya–mengunjungi Cecilia.

Mereka berdua kemudian membuat perjanjian. Cecilia harus memberitahukan seperti apa rasanya menjadi manusia dan Malaikat Ariel akan memberitahunya seperti apa surga itu.

Buku ini memenangi Norwegian Bookseller Prize dan diadaptasi ke dalam film yang juga memenangi Amanda Award, anugerah tertinggi perfilman Norwegia pada tahun 2009.

Written by Tasya Talitha