in

Pagar Makan Tanaman: Arti Peribahasa Lengkap dengan Penjelasan

pagar makan tanaman artinya – Proverb dalam bahasa Inggris atau peribahasa dalam bahasa Indonesia adalah suatu kelompok kata atau kalimat yang memiliki makna atau pengertian tertentu yang berisi kalimat singkat tentang nasihat, perbandingan hingga tingkah laku manusia.

Peribahasa juga digunakan untuk mengungkapkan untuk melakukan suatu perbuatan atau menyatakan hal tertentu tentang seseorang. Kalimat ini bisa diartikan juga sebagai ungkapan yang dinyatakan secara tak langsung atau tersirat.

Selain itu, peribahasa sering digunakan dalam sastra maupun percakapan sehari-hari untuk memperindah bahasa dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan, terutama dalam memberikan pelajaran moral atau sindiran halus.

Salah satu contoh peribahasa yang cukup terkenang adalah bagai pinang dibelah dua yang artinya dua hal atau dua orang yang terlihat sangat mirip. Nah, selain contoh tersebut, ada pula peribahasa pagar makan tanaman artinya merujuk pada suatu kondisi buruk.

Apa penjelasan lengkap dari peribahasa pagar makan tanaman? Simak selengkapnya dalam artikel ini dan pengertian peribahasa lainnya!

Pagar Makan Tanaman Artinya

Sumber: Pexels

Pagar makan tanaman adalah sebuah peribahasa yang ada dalam bahasa Indonesia. Pagar makan tanaman artinya merujuk pada suatu kondisi ketika seseorang melakukan aktivitas merusak suatu hal yang telah dipercayakan padanya.

Merujuk pada artinya, peribahasa pagar makan tanaman kemudian lebih sering digunakan untuk menunjukan rasa kecewa. Contohnya seperti kalimat-kalimat di bawah ini.

  • Dasar pagar makan tanaman!
  • Kamu tega sekali jadi pagar makan tanaman!
  • Aku gak pernah menyangka, kalau kamu adalah pagar makan tanaman!
  • Sedih sekali ternyata kamu adalah pagar makan tanaman.
  • Menyesal pernah kenal orang yang seperti pagar makan tanaman kaya dia.

Dari contoh-contoh kalimat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pagar makan tanaman adalah sebuah peribahasa yang digunakan untuk menunjukan rasa kecewa dan memiliki makna bahwa orang yang dipercayai telah merusak suatu hal yang dipercayakan padanya.

Selain peribahasa tersebut, bahasa Indonesia memiliki banyak kalimat peribahasa lainnya yang mampu menumbuhkan rasa cinta penutur terhadap bahasa serta bangsanya. Selain itu, kalimat peribahasa mengandung banyak kosa kata untuk memperkaya khasanah kebahasaan seseorang.

Salah satu cara mempelajari peribahasa adalah dengan membaca dan juga memahami makna-makna dari kumpulan kata tersebut seperti dalam buku 2700 Plus Peribahasa Bahasa Indonesia yang ditulis oleh Nina Martina dan Nunung Nurhayati ini.

Dalam buku tersebut, Grameds dapat mempelajari 2700 peribahasa yang telah dilengkapi dengan glosarium sebagai media pembelajaraan untuk memperkaya khasanah pengetahuan pembaca.

2700 Plus Peribahasa Bahasa Indonesia

Kumpulan Peribahasa Bahasa Indonesia dan Artinya

Sumber: Pexels

Peribahasa bukanlah sekadar susunan kata-kata saja, melainkan juga memiliki makna serta beberapa fungsi dalam kehidupan sosial seseorang. Beberapa fungsi dari peribahasa adalah sebagai berikut.

  • Menjadi sebuah identitas bagi kelompok tertentu atau bahkan individu.
  • Membuat percakapan atau bahasa lisan menjadi lebih indah dan tidak membosankan.
  • Menjadi sebuah bentuk kondisi dunia maupun menjadi suatu pengamatan dalam sebuah peristiwa.
  • Menjadi kalimat untuk menyampaikan nasihat dengan baik dan lebih lembut.
  • Salah satu cara untuk menyindir perilaku seseorang dengan cara yang lebih sopan.
  • Bentuk dari pengamat pada dunia dan keadaannya saat itu.

Dikarenakan beberapa fungsi dari peribahasa tersebut, maka tak heran apabila bahasa Indonesia memiliki banyak kumpulan peribahasa yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh dan artinya.

  1. Ada asap ada api

Segala akibat pasti memiliki sebabnya.

  1. Ada air ada ikan

Di mana seseorang tinggal, pasti akan ada rezeki yang mengikuti.

  1. Ada angin ada pohonnya

Segala hal memiliki asal-usul.

  1. Ada udang di balik batu

Ada maksud atau tujuan tertentu yang disembunyikan.

  1. Adat penghulu berpadang luas, beralam lapang

Menjadi pemimpin harus memiliki kesabaran yang luas.

  1. Adat rimba raya, siapa berani ditaat

Kehidupan yang menggunakan kekerasan artinya tidak mempunyai akal.

  1. Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung

Setiap perbuatan memiliki adat dan aturannya sendiri sebagai pedoman.

  1. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut

Jika hendak meminta sesuatu sebaiknya meminta kepada orang kaya.

  1. Air beriak tanda tak dalam

Orang yang banyak bicara biasanya tidak memiliki banyak ilmu.

  1. Air mata jatuh ke perut

Perasaan yang sangat sedih hati, tetapi ditahan atau disimpan saja.

  1. Air jernih ikannya jinak

Negeri yang aman dan makmur, sekalipun terhadap pendatang baru.

  1. Air ditetak takkan putus

Orang yang berkeluarga tidak akan bertahan dibuat bermusuhan selama-lamanya.

  1. Air diminum terasa duri, nasi dimakan serasa sekam

Suasana hati yang merasa sangat bersedih.

  1. Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga

Tingkah laku anak selalu meniru tingkah laku orang tuanya.

  1. Anjing menyalak di ekor gajah

Orang lemah yang berani melawan orang besar.

  1. Anjing menyalak takkan menggigit

Orang yang galak biasanya tidak berbahaya.

  1. Anjur surut tak bertanam

Usah seseorang, meski maju mundur diperbolehkan, asalkan orang tersebut berhasil di kemudian hari.

  1. Antah berkumpul sama antah, beras sama beras 

Orang yang mencari teman yang setingkat atau satu persamaan dengan dirinya.

  1. Antan patah lesung hilang

Tertimpa berbagai musibah.

  1. Asal ada, kecil pun pada 

Lebih baik dapat sedikit daripada tidak dapat sama sekali.

  1. Arang habis, besi binasa 

Sia-sia walaupun sudah menghabiskan biaya atau banyak tenaga.

  1. Bagai air di daun talas 

Orang yang tidak mempunyai pendirian.

  1. Bagai air titik ke batu

Susah sekali memberi nasehat kepada orang yang jahat.

  1. Bagai alu pencungkil duri 

Melakukan sesuatu yang tidak mungkin berhasil.

  1. Bagai anak ayam kehilangan induk

Bercerai berai karena kehilangan tumpuan atau kehilangan pemimpin.

  1. Bagai aur di atas bukit 

Sesuatu yang sulit untuk disembunyikan.

  1. Bagai aur dengan tebing

Saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya.

  1. Bagai api dengan rabuk 

Sesuatu yang apabila didekatkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik.

  1. Bagai api dengan asap

Tidak dapat bercerai lagi.

  1. Bagai anjing melintang denal

Perasaan yang sangat gembira datang.

Peribahasa memiliki peranan penting dalam masyarakat Indonesia, khususnya pada orang-orang Melayu. Pada zaman dahulu, peribahasa banyak digunakan dan menjadi suatu hal umum dan terus dipelajari hingga kini.

Dikarenakan sering digunakan, peribahasa kemudian menjadi salah satu identitas bahasa dan perlu dipelajari untuk memperkaya khasanah kebahasaan seseorang, terutama apabila Grameds adalah pecinta sastra dan kebudayaan Indonesia.

Salah satu cara mempelajarinya adalah dengan membaca buku karya Puput Alviani berjudul Mahir Peribahasa, Puisi Baru, Dan Pantun yang cocok untuk mahasiswa, pelajar hingga umum.

Mahir Peribahasa, Puisi Baru, Dan Pantun

Pengertian Peribahasa dan Jenis-jenisnya

Sumber: Pexels

Peribahasa merupakan kalimat yang memiliki makna atau arti tertentu dan berfungsi untuk mengungkapkan suatu hal atau perbuatan seseorang secara tersirat. Peribahasa memiliki beberapa jenis, di antaranya adalah ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat atau tamsil, semboyan dan pameo. Berikut penjelasannya.

1. Pepatah

Pepatah merupakan jenis peribahasa yang pertama dan biasanya mengandung nasehat dari orang tua. Biasanya, pepatah digunakan untuk mematahkan lawan bicara ketika sedang berdebat.

Contoh dari pepatah adalah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit yang artinya, biarpun lama asal selamat.

2. Perumpamaan

Perumpamaan adalah peribahasa yang berisi tentang kata-kata yang dapat diungkapkan dalam suatu keadaan atau untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang. Cara penyampaiannya adalah dengan menggunakan perbandingan dari alam sekitar dan diawali dengan kata bagai, seperti dan lainnya.

Contohnya  bagai pinang di belah dua, artinya seperti dua hal yang sama persis.

3. Ibarat atau Tamsil

Tamsil adalah peribahasa yang berupa kalimat kiasan dan sering menggunakan kata ibarat. Tujuan dari peribahasa ini adalah untuk melakukan perbandingan dari suatu perkara atau hal tertentu.

Contoh dari peribahasa ibarat atau tamsil adalah tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi-jadi.

4.  Semboyan

Semboyan adalah salah satu jenis peribahasa yang berupa kata, kalimat atau bahkan frasa yang digunakan sebagai sebuah prinsip atau pedoman dalam hidup. Contoh dari semboyan adalah rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai, bersih pangkal sehat.

5. Bidal atau Pameo

Jenis peribahasa yang terakhir adalah bidal atau terkadang disebut pula sebagai pameo. Bidal merupakan peribahasa yang di dalamnya mengandung sindiran, ejekan atau sebuah peringatan akan suatu peristiwa yang ditujukan pada seseorang.

Contoh dari bidal atau pameo adalah hidup segan mati tak mau, malu bertanya sesat di jalan, bagai kerakap di atas batu.

Meskipun peribahasa hanya memiliki lima jenis, akan tetapi ada banyak contoh-contoh peribahasa yang sering digunakan oleh masyarakat, terutama pada zaman dahulu digunakan oleh masyarakat Melayu untuk menyampaikan makna tersirat tertentu.

Selain digunakan karena memiliki kosa kata yang indah, penggunaan peribahasa juga sering digunakan untuk menyindir perbuatan seseorang secara halus karena tidak menggunakan kalimat dengan makna yang jelas atau secara tersirat.

Peribahasa menjadi salah satu bentuk identitas masyarakat Indonesia, di samping beberapa karya sastra lain seperti puisi singkat yang sering pula disebut sebagai pantun.

Mempelajari peribahasa dan pantun sangatlah mudah, yaitu dengan banyak membaca dan mempraktekkan penggunaan peribahasa dalam kehidupan sehari-hari. Membaca buku Menguasai Peribahasa, Puisi Baru, dan Pantun menjadi salah satu cara untuk mengetahui banyak jenis peribahasa dan maknanya.

Menguasai Peribahasa, Puisi Baru, dan Pantun

Itulah penjelasan tentang peribahasa pagar makan tanaman artinya menunjukan rasa kecewa karena orang yang diberikan kepercayaan merusak suatu barang atau hal yang telah dititipkan hingga menyebabkan rasa sedih dan kecewa.

Selain peribahasa pagar makan tanaman, ada pula 30 contoh peribahasa lain lengkap dengan artinya yang bisa dipelajari dan juga dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan perasaan bahagia, kecewa, sedih atau bahkan dengan cara unik menggunakan kosa kata indah.

Peribahasa dalam kehidupan masyarakat Indonesia membuat percakapan dan bahasa lisan antar individu menjadi lebih indah dan membuat cara penyampaian nasehat lebih menarik hingga mudah diterima oleh seseorang.

Dengan mempelajari dan menggunakan peribahasa, kita tidak hanya memperkaya kosakata, tetapi juga melestarikan warisan budaya bangsa yang sarat makna dan nilai moral. Peribahasa bukan sekadar ungkapan, melainkan cerminan dari kebijaksanaan nenek moyang yang relevan hingga kini.

Melalui peribahasa, kita diajarkan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang halus namun penuh makna. Bahasa menjadi lebih hidup, komunikatif, dan bermakna dalam setiap percakapan. Oleh karena itu, mari terus membudayakan penggunaan peribahasa dalam komunikasi sehari-hari sebagai bentuk penghormatan terhadap bahasa dan kearifan lokal Indonesia, sekaligus mempererat hubungan antarindividu dalam masyarakat.

Written by Vania Andini