in

Kisah Nabi Dzulkifli, Memiliki Kesabaran Luar Biasa


Kisah Nabi Dzulkifli –
Hai sobat Grameds siapa yang pernah dengar kisah Nabi Dzulkifli AS? Semua umat Islam pasti tahu kalau nabi yang satu ini sangat dihargai oleh Allah SWT berkat sifat sabar dalam jiwanya. Tidak mengherankan karena namanya disebut di dalam kitab suci Al-Qur’an sebagai golongan orang yang sabar.

Kepribadian yang dijaga mengantarkan dirinya menjadi orang yang baik dan punya kesabaran tingkat tinggi. Salah satu ayat Alqur’an yang menegaskan dirinya adalah orang terpilih dan terlihat pada petikan ini.

“Isma’il, Idris, dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar (Al-Anbiya’ 21: 85)”

Nabi Dzulkifli merupakan putra Nabi Ayyub Alaihissalam. Putra Nabi Ayyub AS mempunyai nama asli Basyar. Basyar atau Nabi Dzulkifli tinggal di negeri Syam dimana sang Raja tidak memiliki keturunan dan sudah tua.

Berbicara tentang nama “Dzulkifli” ada kisah bagaimana keberanian seorang nabi mengambil tanggung jawab besar sebagai pemimpin. Jadi beliau Nabi Dzulkifli yang kala itu masih muda mau mengambil peran tersebut.

Sebutan “Dzul” sebenarnya sudah digunakan ketika waktu itu Nabi Yunus ditelan oleh ikan. Ia dijuluki sebagai “Dzun-Nun” artinya yang bersama (ikan) Nun. Sedangkan untuk “Dzulkifli” yang punya dua kata “Dzul” dan “kifli” berarti “orang dengan ganjaran ganda”.

Berasal dari kata kuno bahasa Arab “Kifli” sendiri diartikan sebagai “ganda”. Karena jiwa kepemimpinan Basyar akhirnya dia mendapat julukan sebagai “Dzulkifli” atau sang pemilik ganjaran ganda. Lantas bagaimana ceritanya beliau Nabi Dzulkifli sampai mendapat gelar tersebut?

Padahal banyak diantara usia yang jauh lebih tua dari Nabi Dzulkifli tidak mau dan tidak berani mengambil keputusan itu. Jangankan mengangkat tangan dan siap bertanggung jawab atas segala keputusan yang dia ambil, kebanyakan mereka berniat saja tidak berani.

Kepemimpinan Nabi Dzulkifli
Kisah Para Nabi: Ibnu Katsir

 

Kisah Nabi Dzulkifli : Berani Menjadi Pemimpin, Awal Mula Kepemimpinan Nabi Dzulkifli

Suatu hari seorang raja di negeri Syam, tempat dimana Nabi Dzulkifli lahir dan besar, mengumpulkan semua rakyat dengan tujuan mencari dan menemukan seorang penerus kerajaan. Sang raja yang usianya tidak muda lagi perlu mencar pengganti dirinya.

Di hadapan para rakyat ia menyampaikan maksud tersebut secara terbuka. Rakyat mendengarkan dengan seksama bahwa sang raja ingin pensiun karena sudah tua untuk memimpin negeri Syam. Tapi apesnya sang raja tidak memiliki keturunan yang bisa dijadikan pengganti dirinya.

Pidato raja negeri Syam itu merupakan bentuk kegelisahan dirinya selama ini siapa yang akan menggantikan posisi sebagai pemimpin kerajaan. Sebuah peluang menjadi bangsawan dibuka lebar-lebar oleh Raja Syam waktu itu. Sang Raja Syam pun mempersilahkan siapa saja yang mau menggantikan dirinya menjadi raja.

Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!

Namun kebanyakan orang yang menghadiri pidato raja tetap saja langsung menunjukkan kesiapan untuk menjadi raja. Kebanyakan rakyat hanya diam seribu bahasa karena tidak mungkin sanggup memegang tanggung jawab sebesar itu yakni memimpin negeri Syam.

Sampai saat dimana sang raja mengajukan syarat yang sebenarnya tidak terlalu sulit. Syarat tersebut hanya membutuhkan konsistensi dari kandidat calon raja. Sang raja mengumumkan syarat kandidat calon raja kepada seluruh rakyat.

“Siapa di antara kamu sekalian yang sanggup berpuasa pada siang hari dan beribadah pada malam harinya, juga tidak akan marah-marah, kepadanya akan saya serahkan kerajaan ini? Karena saya sudah sangat tua,” ucap sang raja kepada rakyatnya.

Tak selang beberapa lama hanya sepersekian detik saja sang raja mengumumkan syarat itu, ada seorang pemuda berdiri dan mengangkat tangan kanannya. Pemuda yang berdiri itu bernama Basyar, putra Nabi Ayyub. Ia mengatakan kepada raja dengan tegas dan penuh percaya diri, “Hamba Sanggup!”

Namun demikian sang raja tidak lantas mengiyakan kesanggupan Basyar untuk mendapuknya jadi seorang raja di negeri Syam. Bukannya langsung memilih Basyar, sang raja malah mengulang lagi pertanyaan yang sama kepada rakyat. Tentu saja seluruh rakyat tidak merespon pertanyaan itu kecuali Basyar dan ia juga mengulang jawaban yang sama.

Setelah sudah tiga kali bertanya dan dijawab oleh Basyar, akhirnya sang raja merasa mantap dan yakin bahwa sudah ada yang siap menggantikan posisi dirinya. Basyar akhirnya didapuk menjadi seorang raja di negeri Syam waktu itu.

Dari kejadian itulah kemudian Basyar mendapat julukan sebagai “Dzulkifli”. Seorang raja dari kalangan nabi memimpin tanah Syam dengan menegakkan keadilan seadil-adilnya.

Inilah yang dimaksud “Dzulkifli” orang dengan ganjaran ganda. Menjadi seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri saja. Namun menjadi seorang pemimpin bertanggung jawab atas apa dan siapa yang dipimpinnya.

Kepemimpinan Nabi Dzulkifli
Kisah Nyata 25 Nabi & Rasul: Ali Muakhir

 

Kesederhanaan Menciptakan Pemimpin Bijaksana

Rumor tentang bagaimana Nabi Dzulkifli menjadi seorang pemimpin yang bijaksana memang bukan kaleng-kaleng. Berangkat dari keluarga sederhana, Nabi Dzulkifli yang telah menjadi raja di negeri Syam tidak kemudian menjadi sombong dan congkak.

Nabi Dzulkifli memprioritaskan kepentingan rakyat yang sedang dalam kesusahan. Dalam beberapa waktu kondisi rakyat di negeri Syam telah mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang boleh dibilang sangat mencukupi.

Di zaman sekarang ini susah menemukan seorang pemimpin memikirkan nasib rakyatnya terlebih dahulu dari kepentingan pribadi. Lebih banyak para pemimpin sekarang ini memperkaya diri sehingga yang miskin makin miskin dan yang kaya makin kaya. Namun Nabi Dzulkifli tidak menjadi pemimpin seperti itu.

Sesuai dengan janji Nabi Dzulkifli kepada raja sebelumnya agar berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari dan tidak marah ketika melayani rakyat di negeri Syam. Nabi Dzulkifli menepati janjinya melakukan itu semua ketika ia memimpin sebagai raja di negeri Syam.

Kebijaksanaan beliau adalah salah satu dakwah yang dikedepankan selama ia memimpin. Terbukti ketika suatu waktu kerajaan Syam akan diserang oleh kerajaan luar. Para pemberontak itu ingin menghancurkan dan merebut kejayaan negeri Syam.

Otomatis sang raja Nabi Dzulkifli As mengajak seluruh rakyat agar ikut berpartisipasi melawan serangan musuh. Namun tak dinyana rakyat yang telah difikirkan kesejahteraannya itu justru mengajukan syarat kalau sang raja ingin rakyat ikut berperang. Syarat mereka adalah tidak ada korban jiwa dari rakyat ketika melawan kaum pemberontak.

Akhirnya Nabi Dzulkifli sebagai pemimpin berjanji bahwa tidak akan ada korban jiwa yang meninggalkan istri dan anak di rumah. Nabi Dzulkifli berdoa agar Allah SWT selamatkan seluruh rakyat negeri Syam. Pertarungan terhadap pemberontak pun terjadi dan tidak ada korban dari pihak kerajaan Syam.

Pada awalnya rakyat enggan berperang karena takut mati. Itulah alasan utama mereka lebih memilih menolak ajakan Nabi Dzulkifli AS ketika akan memerangi kaum pemberontak.

Mengamati kejadian ini sebenarnya nabi Dzulkifli bisa saja memaksa rakyat agar ikut berperang melawan musuh. Terlebih jasa sang Raja dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat sudah terbukti. Namun sang Raja nabi Dzulkifli memilih tidak melakukan hal tersebut bahkan mampu menepati janjinya bahwa tidak ada korban dari peperangan itu.

Dari sini kita belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik adalah menepati janjinya sendiri. Bukan sekadar omong kosong yang segera menguap. Sang raja Nabi Dzulkifli telah menjadikan tanah Syam tinggi tingkat kesejahteraannya.

BACA JUGA:
1. Kisah 25 Nabi dan Rasul, Ini Penjelasannya
2. Memperingati Isra Miraj, Ketahui dan Teladani Kisah Nabi Muhammad dari Buku 
3. Kisah Nabi Yusuf AS yang Patut Diteladani
4. Pengertian Suhuf dan 5 Nabi yang Menerimanya 

Kepemimpinan Nabi Dzulkifli
Kisah Nyata 25 Nabi & Rasul: Kak Adib

 

Kisah Nabi Dzulkifli: Kesabaran Seorang Pemimpin yang Diuji oleh Kakek Jadi-jadian

Sepertinya pepatah yang berbunyi, “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” itu ada benarnya juga. Nabi Dzulkifli AS yang merupakan keturunan Nabi Ayyub ini mewarisi sikap ayahnya dalam hal kesabaran. Kita tahu betapa sabarnya Nabi Ayyub AS atas cobaan hidup berupa sakit kulit bertahun-tahun.

Begitupun yang dilakukan oleh Nabi Dzulkifli ketika ia menghadapi kakek jadi-jadian yang datang ke tempat kerajaan Syam. Ketika itu ada seorang kakek tua yang miskin mendatangi para penjaga kerajaan Syam pada waktu tengah hari.

Walau kondisi para penjaga kerajaan Syam yang lelah dan sedang beristirahat si kakek tetap memaksa ingin bertemu sang raja. Padahal waktu itu sang raja sedang lelah karena di malam harinya beliau beribadah dan siang hari berpuasa menepati janji terhadap raja sebelumnya, Nabi Ilyasa.

Akhirnya sang raja Nabi Dzulkifli menemui sang kakek yang mengungkapkan bahwa dirinya telah diperlakukan tidak adil oleh rakyatnya. Kakek Jadi-jadian itu mengganggu waktu tidur siang sang raja karena Kakek berbicara panjang lebar tentang masalahnya. Tidak tanggung-tanggung Kakek Jadi-jadian itu mengobrol dengan Nabi Dzulkifli hingga sore.

Sang raja mengetahui masalah sengketa antar kaumnya, ia mengadakan majelis untuk memutuskan perkara. Kakek jelmaan iblis itu diminta datang pada majelis di sore hari. Tapi bukannya menghargai keputusan sang raja, Kakek Jadi-jadian itu malah tidak hadir di majelis.

Di siang esok harinya si kakek malah datang menemui sang raja. Sang raja Nabi Dzulkifli heran kenapa si kakek tidak datang. Si kakek menceritakan kalau pihak yang bersengketa dengannya sudah berjanji akan memberikan hak kepada si kakek. Alasan itulah kenapa kakek tidak jadi datang ke majelis.

Padahal jika mau menghargai kakek seharusnya memberi kabar tidak datang karena suatu hal. Namun karena kakek jelmaan setan memang ingin memancing Nabi Dzulkifli AS agar marah sehingga sang raja pengganti itu tidak menepati janjinya.

Lebih kentara lagi ketika si kakek tidak memikirkan kondisi sang raja yang harus tidur, ia mengobrol lagi sampai sore. Alhasil Nabi Dzulkifli tidak punya kesempatan untuk tidur siang karena diajak mengobrol oleh si Kakek. Kejadian ini sang raja Nabi Dzulkifli tidak marah dengan sikap si kakek yang tidak tahu diri.

Karena persengketaan antara kakek dengan kaum negeri Syam belum selesai, sang raja meminta kakek datang esok sore. Lagi-lagi si kakek tidak menghadiri majelis entah karena apa. Sang raja dan penjaga yang lainnya tidak tahu kenapa.

Esok harinya lagi di siang bolong si kakek datang ingin menjumpai lagi sang raja. Sang penjaga kerajaan melarang siapapun masuk istana sesuai perintah sang raja. Hal itu disebabkan kondisi sang raja Nabi Dzulkifli kelelahan dan ingin tidur siang sejenak.

Akhirnya si kakek tua gagal masuk ke istana karena dilarang sewaktu bertemu dengan penjaga kerajaan. Si kakek dihadang para penjaga kerajaan yang sebelumnya diperintahkan agar tidak membiarkan siapapun masuk ke istana karena sang raja ingin tidur siang.

Dasar Kakek itu bukan manusia biasa, ia mampu menembus batas pengamanan para penjaga. Kakek jelmaan setan itu mencari jalan lain untuk bisa bertemu sang raja dan bertujuan mengganggu jadwal tidur siang.

Melihat pintu rumah sang raja dikunci, akhirnya kakek merubah diri dan masuk melalui lubang pintu. Sang raja yang bertemu dengan si kakek berkata, “Wahai fulan, bukankah aku telah bilang kepadamu, jangan menggangguku ketika aku sedang tidur?”

Selang beberapa detik kemudian sang raja menyadari bahwa kunci rumahnya dikunci tapi kenapa si kakek ini bisa masuk rumahnya? Baru kali itu sang raja Nabi Dzulkifli menyadari bahwa si Kakek itu adalah jelmaan iblis.

Usaha setan agar Nabi Dzulkifli marah pun akhirnya gagal total karena tingkat kesabaran yang teruji. Nabi Dzulkifli sebagai seorang pengganti yang sudah janji tidak akan marah, ia sanggup menepati janjinya.

Kisah sang raja Nabi Dzulkifli diabadikan dalam petikan surat Alqur’an ini. “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Zulkifli. Semua mereka termasuk orang-orang yang sabar. Kami telah memasukkan mereka ke dalam rahmat Kami. Sesungguhnya mereka termasuk orang-orang yang saleh”. (Q.S. Al-Anbiya ayat 85-86).

Kepemimpinan Nabi Dzulkifli
Sang Pemegang Amanah Nabi Dzulkifli AS: Tim Emir

Peninggalan Nabi Dzulkifli

Nabi Dzulkifli wafat pada usia 75 tahun. Meski begitu ada yang berpendapat bahwa Nabi Dzulkifli wafat pada usia 95 tahun. Selama Nabi Dzulkifli hidup ia telah menjaga dirinya untuk selalu menepati janjinya termasuk ketika menjadi seorang pemimpin pengganti Raja Ilyasa.

Ada beberapa hal yang ditinggalkan oleh Nabi Dzulkifli kepada rakyatnya. Pertama, kesederhanaan harus menjadi gaya hidup seorang pemimpin. Kedua, keadilan seluruh rakyat harus dijunjung tinggi. Ketiga, tetap bersabar atas segala hal yang terjadi.

Selama Nabi Dzulkifli menjabat sebagai raja di negeri Syam menggantikan Nabi Ilyas’ AS, ia berperilaku secara sederhana. Kesederhanaan Nabi Dzulkifli diabadikan ketika ia harus menemui seorang kakek tua yang belakangan diketahui ternyata adalah sesosok iblis yang ingin menjerumuskan ke lembah dosa. Nabi Dzulkifli tidak akan menerima pertemuan dengan si kakek tua kalau dia tidak memiliki sikap kesederhanaan.

Dalam hal memimpin di negeri Syam, ia telah mengantarkan rakyat pada tingkat kesejahteraan yang tinggi. Seperti itulah seharusnya pemimpin menegakkan keadilan di negeri yang dipimpinnya. Ia tidak egois dengan memperkaya diri sendiri dan golongan saja tapi semua rakyat.

Ternyata itulah tujuannya Nabi Ilyasa AS memberi syarat salah satunya pengganti beliau harus puasa di siang harinya. Tujuannya agar selalu memikirkan kondisi rakyatnya dan menjadi pemimpin yang adil. Hal yang sekarang ini sangat sukar ditemukan tipe pemimpin macam itu.

Karena puasa secara tidak langsung melatih kesabaran seseorang karena menahan diri untuk tidak makan dan minum untuk jangka waktu berjam-jam. Kebiasaan inilah yang akhirnya tingkat kesabaran sang Nabi pemimpin negeri Syam itu bisa menjaga emosinya.

Kesabaran Nabi Dzulkifli benar-benar diuji ketika iblis menjelma sebagai kakek tua renta. Jika saja Nabi Dzulkifli tidak menepati janjinya untuk berpuasa di siang hari, beribadah setiap hari dan tidak marah mungkin ia akan gagal karena diprovokasi oleh iblis agar marah.

Itulah peninggalan secara psikis dari seorang nabiyullah Dzulkifli bin Ayyub alaihissalam. Peninggalan sejarah yang berupa benda hanya ditemukan sebuah segel yang usianya 2700 tahun. Di segel yang terbuat dari tanah liat yang mengeras itu terdapat nama Nabi Dzulkifli. Penemuan itu diduga peninggalan Raja Nabi Dzulkifli AS yang dipublikasikan oleh Biblical Archaeology.

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by M Aris

Menulis merupakan skill saya yang pada mulanya ditemukan kesenangan dalam mencari informasi. tema tulisan yang saya sukai adalah bahasa Indonesia, pendidikan dan teori yang masuk dalam komunikasi Islam.

Kontak media sosial Instagram saya M Aris