Tokoh

Penemu Not Balok dan Sejarah Not Balok

penemu not balok
Written by Nandy

Penemu Not Balok – Musik, siapa yang tidak tahu dengan istilah itu, hampir semua orang akan mengenal istilah itu, bahkan anak-anak pun sudah mengenalnya. Sebagian anak-anak sudah diajarkan lebih dalam tentang musik, tetapi sebagian lainnya hanya mengetahui sedikit tentang musik. Memang sudah tak asing lagi, apabila musik digemari banyak orang karena terkadang ketika bermain musik atau mendengarkan musik akan muncul rasa bahagia, sedih, dan lain-lain. Perasaan-perasaan itulah yang membuat musik menjadi lebih berwarna dan terasa lebih “hidup”.

Seperti yang sudah diketahui oleh banyak orang bahwa ada orang yang lebih suka untuk memainkan musik dan ada juga yang lebih suka untuk mendengarkan musik, bahkan tak sedikit juga yang suka bermain musik sekaligus suka mendengarkan musik, kalau kamu termasuk lebih mendengarkan atau bermain musik? Apapun pilihannya, intinya musik memang selalu menghibur diri kita.

Pada umumnya, seseorang yang mendengarkan musik atau bermain musik akan mengikuti perkembangan usia dan zama. Misalnya, ketika berusia anak-anak akan menyukai musik anak, ketika remaja akan menyukai musik remaja, dan seterusnya. Selain itu, perkembangan musik pasti mengikuti zaman dan selera musik para pendengar. Jadi, sudah menjadi hal yang wajar apabila ada seseorang yang menyukai jenis musik lebih dari satu.

Bagi setiap orang yang memainkan musik pasti mengenal istilah nada, tetapi bagi seseorang yang hanya mendengarkan musik biasanya kurang begitu kenal dengan nada. Hal seperti itu merupakan hal yang wajar karena seseorang yang bermain musik perlu mengetahui nada agar musik yang dimainkan enak didengar. Terlebih lagi, bagi para pemusik yang sudah pasti bisa mengolah nada-nada menjadi suatu hal yang istimewa.

Berbicara tentang nada tak bisa dilepaskan dari yang namanya notasi, ada berbagai jenis notasi, salah satunya adalah notasi balok. Biasanya, notasi balok ini sudah ada di mata pelajaran kesenian Sekolah Dasar (SD), tetapi tidak semua mendalaminya. Selain itu, notasi balok omo sebenarnya sudah ada sejak lama atau sekitar 500 tahun Masehi. Siapa penemu dari notasi balok? Untuk mengetahui siapa penemu not balok, kamu bisa simak ulasan berikut.

beli sekarangPengertian Not Balok

Sudah menjadi hal umum atau wajib bahwa notasi musik itu harus ada di dalam sebuah karya musik. Oleh sebab itu, notasi musik adalah suatu sistem yang digunakan untuk penulisan karya musik. Pada umumnya, standar dari notasi musik yang ada saat ini adalah notasi balok atau yang lebih dikenal dengan nama not balok. Setiap not balok yang ditulis selalu melambangkan durasi dan tinggi nada saat dimainkan. Tinggi nada yang ada pada not digambarkan dengan cara vertikal dan durasi atau ritme digambarkan dengan cara horizontal. Selain itu, durasi pada nada biasanya diperlihatkan dalam bentuk ketukan.

Beberapa catatan sejarah mengatakan bahwa kata “not balok” berasal dari bahasa Belanda, yaitu noten balk yang berarti notasi yang ada di dalam musik yang menggunakan lima garis horizontal untuk memposisikan titik nada. Oleh karena itu, di dalam notasi balok atau not balok yang menjadi dasarnya adalah sistem paranada bergaris lima. Ketika membaca not balok, kita perlu mengenal apa itu tempo, ketukan, dinamika, dan instrumentasi yang akan digunakan. Selain itu, not balok akan ditempatkan pada paranada serta not balok dibaca dari kiri ke kanan.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), not balok adalah not yang tidak dilambangkan dengan angka, melainkan dengan garis, bulatan, dan tanda lain.

Ketika membaca not balok, kita pasti akan melihat not-not yang berbeda-beda. Posisi not yang berbeda-beda inilah yang akan menentukan durasi atau ritme nada serta tinggi nada ketika dimainkan nanti. Oleh karena itu, ketika awal pertama kali belajar not balok kita tak perlu kaget mengapa banyak sekali not yang berbeda-beda.

Di dalam not balok, ketika membacanya biasanya terdapat interval not antarspasi atau antar garis. Pertama, interval terts adalah dua not yang dipisahkan dengan satu garis paranada atau not tersebut berada di dua spasi yang berdekatan (atas dan bawah). Kedua, interval sekunde adalah dua not yang saling berdekatan, satu not berada di spasi dan satu not lagi berada di garis paranada.

Pada dasarnya, setiap nada yang ada pada not balok memiliki frekuensi yang tidak sama atau berbeda-beda. Dengan frekuensi yang berbeda itu, maka setiap penempatan not yang ada di garis paranada dibuat sesuai tinggi dan rendahnya dari nada itu sendiri. Tidak hanya itu, notasi balok sering disebut sebagai notasi mutlak, mengapa begitu? Karena notasi balok memiliki patokan yang cukup tinggi terhadap nada yang tetap, yaitu sekitar (a=440 Hz). Oleh sebab itu, notasi balok sangat efektif, jika digunakan ketika bermain musik.

Berbicara tentang not balok rasanya kurang lengkap jika tidak membahas tentang ketukan dari setiap not balok. Pada umumnya, ketukan yang ada di not balok ada 6, yaitu: 4 ketukan, 2 ketukan, 1 ketukan, 1/2 ketukan, 1/4 ketukan, 1/8 ketukan. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa melihat tabel di bawah ini.

Penemu not balok

brainly.com

Dari gambar di atas dapat dikatakan bahwa apabila nilai suatu not semakin kecil, maka bendera pada suatu not akan semakin banyak. Selain itu, not yang sudah mempunyai rongga tidak boleh diberikan tambahan bendera.

beli sekarangSejarah Not Balok

Berbicara tentang not balok memang tak bisa dilepaskan dari yang namanya musik. Musik itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sehingga musik bisa dikatakan sebagai bagian dari budaya dan seni manusia. Sudah ada banyak peninggalan seni yang berkaitan dengan musik, seperti peninggalan alat musik, lagu-lagu, dan masih banyak lagi. Setiap peninggalan yang terjadi pada bidang seni musik dan pengetahuan musik, umumnya berasal dari kerajaan atau negara, seperti Romawi, Yunani, Mesir, China, dan lain-lain.

Permainan musik dengan komposisi lengkap (lagu dan lirik) mulai terjadi dan dan mulai dikembangkan oleh bangsa Yunani kuno. Pada masa itu, komposisi musik yang lengkap dikenal dengan nama Seikilos Epitaph. Bahkan, peninggalan komposisi musik lengkap sudah terukir di batu nisan yang ada di Turki yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-1.

Setelah kemunculan komposisi musik lengkap, muncullah notasi yang hampir sama dengan “sol-fa” atau solmisasi barat yang di mana memakai huruf A hingga huruf G. Notasi yang hampir sama dengan”sol-fa” tumbuh di zaman kekaisaran Bizantium (Byzantine). Kekaisaran tersebut tumbuh dan berkembang pada zaman kekaisaran Romawi. Beberapa orang mengatakan bahwa penggunaan notasi “sol-fa” hampir sama dengan “notasi Boethian”. “Notasi Boethian” adalah notasi yang ditemukan dan dikembangkan oleh seorang filsuf Romawi yang bernama Boethius, ia mengembakan notasinya sekitar abad ke-6. Selain itu Boethius merupakan orang pertama yang menggunakan 14 huruf abjad dalam membuat notasi.

Perlahan tapi pasti notasi musik terus mengalami perkembangan dari gereja-gereja yang ada di negara bagian eropa. Awal-awal kemunculan notasi musik di Eropa digunakan untuk melakukan paduan suara di gereja. Pada masa itu, notasi diposisikan pada bagian atas kata atau suku kata dari teks sebuah lagu yang akan dinyanyikan. Perkembangan notasi musik yang terjadi pada masa itu dikenal dengan sebutan Plainchant atau Gregorian Chant. Pada masa itu juga untuk menentukan tinggi dan rendah dari suatu nada hanya berasal dari nada sebelumnya saja.

Ternyata, permasalahan notasi tersebut terus dilakukan perbaikan atau penyempurnaan dengan cara memakai garis 1 nada di bagian awal hingga menggunakan garis paranada sebanyak 4 buah. Berbicara tentang garis paranada yang terdiri dari 4 buah, maka selalu terhubung dengan Guido dari Arezzo. Beliau merupakan seseorang yang sudah ahli dalam bidang teori musik pada masa itu. Bahkan, Guido juga diyakini sebagai penemu dari not balok yang di mana pada masa itu menggantikan notasi neumatik.

Dalam sebuah catatan yang cukup terkenal dan berjudul Micrologus. Catatan itu berisi tentang menyanyi dan suatu cara untuk mengajarkan Gregorian Chant, serta membahas tentang komposisi musik polifonik. Beberapa catatan sejarah mengatakan bahwa Micrologus ini sudah ada sekitar tahun 1025 atau 1026 Masehi.

Selain itu, Guido juga cukup dikenal dengan solfege-nya. Pada awal kemunculan solfege buatan Guido hanya terdiri dari 6 not saja dan sering dikenal dengan nama hexachord. Adapun 6 not yang dimaksud, yaitu ut, re, mi, fa, sol, la. Kemudian, seiring dengan perkembangan zaman, not ut, di beberapa negara diubah menjadi do. Selain itu, jumlah not juga ditambahkan menjadi tujuh dengan ditambah not ti (si) oleh banyak orang. Hingga pada akhirnya, not yang kita kenal menjadi “solmisasi” tujuh nada. Bahkan “solmisasi” tujuh nada sudah digunakan di banyak negara dan menjadi standar dalam memainkan sebuah musik.

Tidak hanya pengubahan pada not dan penambahan pada not Guido saja, tetapi musik yang terus berkembang membuat notasi balok atau not balok yang sudah lama juga ikut berkembang. Perkembangan lainnya terjadi pada garis paranada yang di mana sebelumnya hanya 4 garis saja, kini sudah menjadi 5 garis paranada. 5 garis paranada ini merupakan garis paranada yang kita kenal dan kita gunakan hingga saat ini.

Meskipun, Guido diyakini menjadi penemu dari not balok, tetapi sangat disayangkan nama beliau tidak terlalu dikenal oleh sebagian orang. Hal ini dapat terjadi karena pada masa itu, penemuan terhadap not Guido ini sangat kurang dipublikasi.

beli sekarangPenemu Not Balok

Setelah membahas sejarah not balok secara singkat, maka dapat dikatakan bahwa penemu dari notasi balok atau not balok adalah Guido dari Arezzo dan ia juga dikenal dengan nama Guido Aretinus. Beliau diperkirakan lahir pada tahun 991 atau 992 Masehi dan dikenal juga sebagai seseorang yang ahli dalam teori musik. Namun, beberapa catatan sejarah, ada yang mengatakan bahwa Guido berasal dari Italia dan ada juga yang bilang berasal dari Perancis. Jika dilihat berdasarkan karya-karya yang telah diciptakan atau dibuatnya penggunaan bahasanya cenderung mengarah ke bahasa Italia.

Bukan hanya sebagai ahli teori musik saja, tetapi Guido adalah seorang biarawan Benediktin yang berasal dari Arezzo. Beliau belajar di Biara Benediktin atau pada masa itu dikenal dengan nama Pomposa Abbey. Kecintaannya pada musik, juga ia tuangkan dengan cara mengajar menyanyi. Hingga pada tahun 1025, ia merasa mengalami ketidakcocokkan dengan beberapa “orang” yang ada di gereja, sehingga ia memilih keluar dari gereja. Meskipun, sudah keluar dari gereja, tetapi Guido masih mengajar menyanyi di sekolah katedral milik seorang Uskup dari Arezzo.

Ketika di Pompisa, Guido mulai melakukan pengembangan terhadap cara baru dalam menulis Gregorian Chant. Ia menggunakan garis paranada sebanyak 4 garis serta menggunakan clef. Setiap Gregorian Chant ditulis ulang kembali oleh Guido dan dipersembahkan kepada Paus Yohanes XIX.

Guido yang sangat tertarik terhadap dunia musik terus mengembangkan notasi yang ditemukannya, dengan cara latihan mendengar dari setiap nada dan membaca partitur yang sudah ada sebelumnya. Hingga pada suatu waktu, pada suatu himne untuk Santo Yohanes Pembaptis yang cukup terkenal dengan judul Ut queant laxis, Guido membuat sebuah melodi dengan menciptakan 6 not, yaitu ut, re, mi, fa, sol, la. Keenam not itu diberi nama oleh Guido dengan nama hexachord. Dari keenam milik Guido itulah, “solmisasi” modern mulai muncul.

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi perubahan nama pada not ut yang telah dibuat oleh Guido, not tersebut diganti menjadi kata do. Adapun kata do terjadi pada sekitar tahun 1600-an dan diambil dari suku kata kesatu dari nama keluarga “doni”. Pengubah nama not ut ke do ini bernama Giovanni Battista Doni. Selain itu, ada juga penambahan pada hexachord buatan Guido, yaitu ti Akan tetapi, di beberapa negara ada yang mengganti kata ti dengan kata si. Hal ini dilakukan supaya huruf awalnya tidak mengalami kesamaan. Adapun seseorang yang mengganti kata ti menjadi kata si adalah Sarah Ann Glover.

Bagian Not Balok

Ketika kita mempelajari not balok pasti akan melihat bentuk dari not balok yang terdiri dari bendera not balok, tangkai not balok, dan kepala not balok. Supaya lebih jelasnya, bisa melihat gambar di bawah ini.

penemu not balok

senibudayaku.com

Kelebihan dan Kekurangan Not Balok

Kelebihan Not Balok

Dikutip dari berbagai macam sumber bahwa kelebihan dari not balok ada tiga, yaitu:

1. Not balok sudah menjadi standar dalam bermusik yang diterapkan oleh banyak negara termasuk Indonesia. Bahkan, bisa dikatakan sebagai bahasa musik dunia.

2. Setiap not memiliki simbol yang berbeda-beda, sehingga pembaca dan pengguna akan mudah memahaminya.

3. Nilai-nilai yang ada di dalam not sangat jelas, seperti tanda dinamika atau tinggi dan rendah suatu nada mudah dimengerti.

beli sekarangKekurangan Not Balok

Dikutip dari berbagai macam sumber, kekurangan dari not balok ada tiga, yaitu:

1. Penulisan not balok sangat sulit, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang benar-benar bisa menulisnya.

2. Tidak fleksibel terutama saat ada pergantian nada dasar.

3. Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis not balok karena dibutuhkan ketelitian yang tinggi.

Kesimpulan

Not balok menjadi salah satu dasar yang perlu dipelajari sekaligus dipahami dalam bermain musik. Hal ini perlu dilakukan karena dengan penggunaan not balok yang pas dan tepat akan menghasilkan nada-nada yang istimewa, sehingga akan menghasilkan komposisi musik lengkap (lagu dan lirik) yang enak untuk didengar. Dalam mempelajari not balok bisa dilakukan sendiri, tetapi alangkah baiknya diajarkan oleh yang sudah ahli agar ilmu yang diterima bisa maksimal. Lebih pentingnya lagi bahwa belajar not balok tidak mudah, sehingga dibutuhkan semangat dan kesabaran yang cukup tinggi.

Sumber: Dari berbagai macam sumber

About the author

Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya