in

Kenali Perbedaan Asertif dan Agresif dalam Perilaku Sehari-Hari

Apakah Grameds sering melihat orang lain yang berani mengemukakan pendapatnya, namun dari nada bicaranya terkesan kasar cenderung meresahkan? Meskipun hal tersebut memiliki ciri dari perilaku asertif, namun bisa jadi perilaku yang ditunjukan lebih mengarah pada perilaku agresif yang destruktif. Lalu, apa saja perbedaan antara perilaku asertif dan perilaku agresif dalam kehidupan sehari-hari?

 

Table of Contents

Perbedaan Perilaku Asertif dan Agresif

Perilaku asertif adalah sikap dan tindakan yang menunjukkan kemampuan individu untuk menyatakan pendapat, kebutuhan, dan hak-hak pribadi dengan jelas dan tegas, tanpa merugikan hak-hak orang lain.

Individu yang bersikap asertif mampu berkomunikasi dengan seimbang, menghormati diri sendiri, dan juga menghormati orang lain. Mereka dapat mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif, menetapkan batas-batas pribadi yang sehat, serta bersikap proaktif dalam mencapai tujuan mereka.

Sikap asertif melibatkan kemampuan untuk mengungkapkan diri secara terbuka tanpa rasa takut atau kekhawatiran berlebihan terhadap penilaian negatif, sementara tetap memelihara hubungan yang saling menghormati dan membangun.

Perilaku asertif berperan penting dalam meningkatkan kualitas komunikasi, memperkuat hubungan interpersonal, dan mempromosikan kesejahteraan pribadi serta orang lain dalam berbagai konteks kehidupan.

Sementara perilaku agresif adalah sikap atau tindakan yang ditunjukkan oleh seseorang dengan tujuan untuk menyakiti, merugikan, atau mendominasi orang lain. Dalam konteks komunikasi, perilaku agresif seringkali melibatkan ekspresi pendapat atau kebutuhan dengan cara yang kasar, merendahkan, atau mengintimidasi.

Orang yang bersikap agresif cenderung menunjukkan ketidakpedulian terhadap hak-hak dan perasaan orang lain, dan mereka dapat menggunakan kekuatan fisik, verbal, atau emosional untuk mencapai tujuan mereka.

Perilaku agresif seringkali tidak memperhatikan norma-norma sosial dan dapat merugikan hubungan interpersonal, menciptakan lingkungan yang tidak aman, dan menimbulkan dampak negatif baik pada tingkat individu maupun kelompok. Dalam banyak kasus, pengelolaan konflik yang agresif dapat menyebabkan ketidakseimbangan kekuatan dan kerugian bagi semua pihak yang terlibat.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

 

 

Ciri Perilaku Asertif

Perilaku asertif ditandai oleh sejumlah ciri yang mencerminkan kemampuan individu untuk menyatakan pendapat, kebutuhan, dan hak-hak pribadi dengan tegas, namun tetap menghormati orang lain. Beberapa ciri khas perilaku asertif meliputi:

1. Ekspresi Diri yang Jelas

Individu asertif dapat menyampaikan pendapat dan kebutuhan mereka dengan bahasa yang jelas dan tegas tanpa menggunakan kata-kata merendahkan atau mengintimidasi.

 

2. Pemeliharaan Batas Pribadi

Mereka mampu menetapkan dan menjaga batas-batas pribadi dengan seimbang, sehingga tidak mengorbankan kebutuhan diri sendiri demi kepentingan orang lain.

 

3. Kemampuan Mengatakan “Tidak”

Individu asertif memiliki kemampuan untuk menolak permintaan atau tawaran yang tidak sesuai dengan keinginan atau kebutuhan mereka tanpa merasa bersalah.

 

4. Pengelolaan Konflik yang Konstruktif

Mereka mampu mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif, mencari solusi bersama tanpa menggunakan kekerasan fisik atau verbal.

 

5. Penerimaan dan Penghargaan terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain

Sikap asertif melibatkan penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain, tanpa menilai atau mengkritik berlebihan.

 

6. Kemampuan Mendengarkan Aktif

Individu asertif juga merupakan pendengar yang baik, mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menginterupsi, dan menunjukkan empati terhadap orang lain.

 

7. Sikap Tenang dan Terkendali

Meskipun menyatakan pendapat tegas, individu asertif tetap tenang dan terkendali secara emosional, menghindari reaksi berlebihan atau agresif.

 

8. Kemampuan Meminta Bantuan atau Dukungan

Mereka tidak ragu untuk meminta bantuan atau dukungan saat diperlukan, menunjukkan kesadaran terhadap kebutuhan diri dan keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain.

 

 

Ciri Perilaku Agresif

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

Perilaku agresif ditandai oleh sejumlah ciri yang menunjukkan intensi untuk menyakiti atau mendominasi orang lain. Beberapa ciri perilaku agresif meliputi:

1. Ekspresi Marah atau Kasar

Individu yang bersikap agresif sering menunjukkan ekspresi marah atau menggunakan bahasa kasar dalam berkomunikasi.

 

2. Intimidasi Fisik atau Verbal

Perilaku agresif dapat melibatkan ancaman atau tindakan intimidasi, baik secara fisik maupun verbal, untuk mencapai tujuan mereka.

 

3. Ketidakpedulian terhadap Perasaan Orang Lain

Individu agresif cenderung tidak memperhatikan atau tidak peduli terhadap perasaan atau hak-hak orang lain, fokus pada kepuasan diri mereka sendiri.

 

4. Reaksi yang Berlebihan

Mereka merespons situasi atau konflik dengan cara yang berlebihan dan mungkin melibatkan kekerasan atau kemarahan yang tidak proporsional.

 

5. Tidak Menghormati Batas Pribadi

Individu agresif seringkali tidak menghormati batas-batas pribadi orang lain, menyerang ruang pribadi atau hak-hak mereka.

 

6. Sikap Dominan dan Mendominasi

Sikap dominan dan keinginan untuk mendominasi dalam interaksi sosial sering muncul pada perilaku agresif.

 

7. Kesulitan Mengelola Konflik

Mereka mungkin kesulitan mengelola konflik secara konstruktif dan lebih cenderung menggunakan kekerasan atau tekanan untuk menyelesaikan masalah.

 

8. Manipulatif atau Mengancam

Individu agresif dapat menggunakan taktik manipulatif atau ancaman untuk mencapai tujuan mereka, tanpa memerhatikan dampaknya pada orang lain.

 

9. Kurangnya Empati

Terkadang, individu agresif kurang memahami atau peduli terhadap perasaan atau pengalaman orang lain, menempatkan kebutuhan diri sendiri di atas segalanya.

 

10. Pola Perilaku Berulang

Perilaku agresif seringkali bersifat repetitif dan menjadi pola yang konsisten dalam interaksi sosial.

 

 

Faktor yang Memengaruhi Mempengaruhi Perilaku Agresif

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

1. Faktor Genetik dan Biologis

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik dapat memiliki peran dalam kecenderungan terhadap perilaku agresif. Selain itu, ketidakseimbangan zat kimia dalam otak atau gangguan neurobiologis tertentu juga dapat memengaruhi kontrol impuls dan respon terhadap stres, yang berkontribusi pada agresi.

 

2. Pengaruh Lingkungan Keluarga

Pengalaman dalam lingkungan keluarga, seperti paparan terhadap kekerasan, kurangnya pengawasan orang tua, atau pola komunikasi yang tidak sehat, dapat menjadi faktor penyebab perilaku agresif pada individu.

 

3. Pengalaman Traumatik

Pengalaman trauma, seperti pelecehan, kekerasan, atau ketidakamanan, dapat menciptakan reaksi bertahan diri yang termasuk dalam perilaku agresif sebagai mekanisme perlindungan diri atau cara untuk mengatasi rasa takut dan ketidakamanan.

 

4. Model Perilaku Lingkungan

Orang dapat mempelajari perilaku agresif melalui observasi dan peniruan perilaku orang lain di sekitarnya, terutama ketika mereka melihat bahwa perilaku agresif tersebut memperoleh hasil atau memecahkan masalah.

 

5. Ketidakmampuan Mengelola Emosi

Individu yang kesulitan mengenali, mengelola, atau mengekspresikan emosi secara sehat mungkin lebih rentan terhadap perilaku agresif sebagai cara untuk melepaskan tekanan emosional atau frustasi.

 

6. Gangguan Kesehatan Mental

Beberapa gangguan kesehatan mental, seperti gangguan impuls kontrol, gangguan perilaku disosiatif, atau gangguan konduktual, dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengendalikan impuls dan merespons situasi dengan cara yang tidak agresif.

 

7. Gaya Pengasuhan yang Tidak Efektif

Pengasuhan yang otoriter, kurangnya batasan yang konsisten, atau pemberian hukuman yang tidak tepat dapat menciptakan lingkungan yang memfasilitasi perkembangan perilaku agresif pada anak-anak.

 

8. Faktor Kultural dan Sosial

Beberapa budaya atau lingkungan sosial dapat memperkuat norma-norma agresif atau menjustifikasi penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan konflik, yang dapat memengaruhi perilaku individu.

Mengelola Emosi

 

 

Dampak Perilaku Asertif

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

Perilaku asertif membawa dampak positif yang signifikan baik bagi individu yang bersikap asertif maupun dalam konteks hubungan interpersonal. Beberapa dampak positif perilaku asertif meliputi:

1. Komunikasi yang Efektif

Individu yang bersikap asertif mampu berkomunikasi dengan jelas dan tegas, meningkatkan pemahaman dan meminimalkan kebingungan dalam interaksi sosial.

 

2. Penguatan Hubungan Interpersonal

Sikap asertif memungkinkan individu untuk menjaga hubungan yang seimbang, saling menghormati, dan membangun kerjasama yang lebih efektif dengan orang lain.

 

3. Peningkatan Kesejahteraan Emosional

Dengan menyatakan pendapat dan kebutuhan secara tegas, individu asertif dapat mengurangi rasa frustrasi dan stres, meningkatkan kepuasan diri, serta menciptakan lingkungan emosional yang lebih sehat.

 

4. Pengelolaan Konflik yang Konstruktif

Sikap asertif membantu individu mengatasi konflik dengan cara yang konstruktif, mencari solusi bersama tanpa merugikan pihak lain atau menciptakan ketidakharmonisan dalam hubungan.

 

5. Pemeliharaan Batas Pribadi yang Sehat

Individu asertif mampu menetapkan dan menjaga batas-batas pribadi dengan seimbang, menghormati kebutuhan diri sendiri tanpa mengorbankan hak-hak atau kesejahteraan orang lain.

 

6. Peningkatan Kepercayaan Diri

Dengan kemampuan menyuarakan diri secara tegas dan positif, individu asertif mengalami peningkatan dalam kepercayaan diri dan memiliki keyakinan dalam kemampuan mereka untuk berinteraksi dalam berbagai situasi.

 

7. Peningkatan Kemampuan Pengambilan Keputusan

Sikap asertif membantu individu mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan lebih tegas, mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan pribadi serta orang lain.

 

8. Pengembangan Keterampilan Komunikasi

Dengan berlatih perilaku asertif, individu dapat meningkatkan keterampilan komunikasi mereka secara keseluruhan, termasuk kemampuan mendengarkan dan merespons dengan efektif.

 

9. Peningkatan Pengaruh Positif

Sikap asertif menciptakan pengaruh positif, memungkinkan individu untuk memotivasi dan memimpin dengan memberikan contoh yang sehat dalam berinteraksi dengan orang lain.

 

10. Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Dengan membangun hubungan yang seimbang dan saling menghormati, individu asertif dapat merasakan kesejahteraan sosial yang lebih tinggi, meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Dampak Perilaku Agresif

Freud melihat perilaku agresif sebagai hasil dari konflik internal dan dorongan-dorongan yang tidak terpenuhi. Agresi dapat menjadi mekanisme pertahanan atau cara untuk memenuhi kebutuhan yang terhambat.

Meskipun begitu, perilaku agresif dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, baik bagi individu yang bersikap agresif maupun bagi orang di sekitarnya. Beberapa dampak negatif perilaku agresif antara lain:

1. Kerusakan Hubungan Interpersonal

Perilaku agresif dapat merusak hubungan interpersonal karena sering kali menyebabkan ketidakharmonisan, kurangnya kepercayaan, dan rasa takut pada orang yang menjadi korban agresi.

 

2. Munculnya Konflik dan Pertentangan

Perilaku agresif dapat memicu konflik dan pertentangan yang tidak sehat dalam berbagai konteks, seperti hubungan pribadi, lingkungan kerja, atau masyarakat secara umum.

 

3. Ketidakamanan Emosional

Individu yang menjadi korban perilaku agresif mungkin mengalami ketidakamanan emosional, stres, dan ketidaknyamanan psikologis akibat paparan terhadap kekerasan atau ancaman.

 

4. Kecenderungan Bertahan Diri

Perilaku agresif dapat merangsang respons bertahan diri dari pihak yang menjadi korban, menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan meningkatkan risiko terjadinya konflik lebih lanjut.

 

5. Penurunan Kesejahteraan Psikologis

Individu yang bersikap agresif mungkin mengalami penurunan kesejahteraan psikologis karena sering kali perilaku tersebut terkait dengan masalah emosional atau psikologis yang mendasari.

 

6. Pengaruh Buruk pada Lingkungan Kerja

Dalam konteks lingkungan kerja, perilaku agresif dapat merugikan produktivitas, menciptakan ketidakamanan, dan mengganggu dinamika tim, yang dapat berdampak negatif pada seluruh organisasi.

 

7. Siklus Kekerasan

Perilaku agresif dapat menjadi bagian dari siklus kekerasan, di mana kekerasan atau agresi yang dialami seseorang dapat diulang dalam perilaku mereka terhadap orang lain.

 

8. Pelanggaran Norma Sosial

Perilaku agresif seringkali melanggar norma-norma sosial yang mengatur interaksi antarindividu, yang dapat menyebabkan isolasi sosial dan penolakan oleh masyarakat.

 

9. Peningkatan Risiko Kriminalitas

Perilaku agresif yang berlanjut atau intens dapat meningkatkan risiko individu terlibat dalam perilaku kriminal, yang dapat berdampak pada kehidupan pribadi dan profesional mereka.

 

10. Pola Perilaku yang Merugikan Diri Sendiri

Individu yang bersikap agresif mungkin juga merugikan diri sendiri dalam jangka panjang, karena perilaku tersebut dapat menyebabkan masalah hukum, isolasi sosial, atau dampak negatif lainnya pada kesejahteraan mereka.

Seni Komunikasi

 

 

Cara Menghindari Perilaku Agresif

Menghindari diri dari perilaku agresif melibatkan kesadaran diri, pengelolaan emosi, dan pengembangan keterampilan komunikasi. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu seseorang menghindari perilaku agresif:

  • Refleksikan diri secara rutin untuk mengidentifikasi pemicu atau situasi yang memicu perilaku agresif.
  • Kenali dan pahami emosi-emosi yang mungkin muncul, seperti kemarahan, frustrasi, atau stres.
  • Praktikkan teknik pernapasan dalam untuk menenangkan diri saat merasa tegang atau marah.
  • Lakukan olahraga atau aktivitas fisik untuk melepaskan ketegangan emosional dan mengelola stres.
  • Pelajari keterampilan mendengarkan dengan penuh perhatian untuk memahami perspektif orang lain.
  • Latih keterampilan menyampaikan pendapat atau kebutuhan dengan tegas tanpa merendahkan atau mengancam.
  • Atur waktu dan prioritas dengan baik untuk mengurangi tekanan dan frustrasi yang dapat memicu perilaku agresif. Tentukan batas-batas pribadi yang sehat dan komunikasikan dengan jelas kepada orang lain, serta belajarlah untuk mengatakan “tidak” dengan tegas tanpa merasa bersalah.
  • Bicarakan perasaan dan frustrasi dengan teman, keluarga, atau profesional untuk mendapatkan dukungan dan perspektif eksternal.
  • Hindari konsumsi alkohol atau obat-obatan yang dapat memperburuk kontrol emosi dan meningkatkan risiko perilaku agresif.
  • Tinjau pengalaman masa lalu yang melibatkan perilaku agresif, dan pelajari dari kesalahan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
  • Jika diperlukan, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional, seperti konseling atau terapi, untuk mengatasi akar penyebab perilaku agresif.
  • Perubahan pola pikir negatif menjadi positif dapat membantu mengurangi tingkat frustrasi dan kemarahan.

Jurus Jitu Mengelola Emosi

 

 

Kesimpulan

Perilaku asertif dan perilaku agresif menunjukkan dua pola interaksi sosial yang berbeda. Perilaku asertif melibatkan kemampuan untuk menyatakan pendapat dan kebutuhan dengan tegas tanpa merendahkan orang lain, sementara perilaku agresif cenderung melibatkan tindakan yang bersifat mendominasi, menyakiti, atau mengancam.

Cara mengatasi dampak buruk dari perilaku ini melibatkan peningkatan kesadaran diri, pengelolaan emosi, dan pengembangan keterampilan komunikasi. Penerapan perilaku asertif membawa manfaat besar dalam hubungan komunikasi sehari-hari, menciptakan lingkungan yang saling menghormati, meningkatkan pemahaman, dan meminimalkan konflik.

Sebaliknya, perilaku agresif dapat merusak hubungan, menciptakan ketidakamanan emosional, dan meningkatkan risiko konflik yang tidak sehat. Dengan mengembangkan perilaku asertif, individu dapat memperkuat koneksi interpersonal, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan menciptakan hubungan yang sehat dan positif dalam kehidupan sehari-hari.

Grameds, itulah perbedaan antara perilaku asertif dan perilaku agresif yang sekilas nampak sama, namun kenyataannya berbeda. Orang yang memiliki perilaku asertif cenderung memiliki kontrol diri yang baik, sedangkan agresif cenderung memiliki emosi yang tidak stabil dan bisa menyakiti orang lain. Grameds bisa mempelajari cara mengelola emosi melalui buku pengembangan diri terbaik di Gramedia.com.



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Laila Wu