in

Fake Smile atau Genuine Smile, Mana yang Lebih Baik? Ketahui Ciri-Ciri dan Manfaatnya!

Fake smile atau genuine smileGrameds, apakah Kamu menyadari bahwa dalam keseharian, kita sering kali berinteraksi dengan beragam individu yang memperlihatkan berbagai ekspresi wajah, salah satunya dengan senyuman.

Senyuman melambangkan kebahagiaan, kegembiraan, dan harmoni sosial. Ini juga bisa menjadi sinyal bahwa seseorang terbuka untuk berhubungan dan membantu memenuhi kebutuhan dasar kita akan rasa memiliki.

Meski begitu, senyum yang mereka tunjukkan juga bisa bermacam-macam bentuknya. Senyum tersebut bisa palsu atau fake smile dan senyum jujur atau genuine smile.

Kedua senyum ini seringkali ditunjukkan untuk menjadi respons terhadap pertanyaan atau situasi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dalam konteks ini, senyum bisa menjadi penutup atas kebohongan, ekspresi ketidaksukaan terhadap sesuatu atau seseorang, atau bahkan perasaan tulus yang sulit disampaikan secara langsung.

Pembahasan mengenai fake smile dan genuine smile ini akan lebih jelas jika kita dapat mengetahui terlebih dahulu bagaimana cara membedakannya dengan memerhatikan ciri-cirinya. Yuk, kita simak pembahasannya, Grameds!

 

Perbedaan Ciri Fake Smile dan Genuine Smile 

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

Terdapat variasi senyum yang dapat menandakan kebahagiaan maupun ketidaksukaan. Senyum yang tulus maupun palsu biasanya terlihat dari ekspresi matanya. Berikut beberapa ciri fake smile dan genuine smile.

1. Ciri-Ciri Fake Smile

Fake Smile atau senyum palsu bisa dibedakan dengan memerhatikan bentuk bibir mereka. Saat seseorang tersenyum palsu, bibir mereka cenderung terangkat ke belakang, menciptakan kesan lesung pipi yang dalam atau senyum menyeringai.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Bentuk bibir yang tidak melengkung dengan baik dan tidak sejajar antara bibir atas dan bawah merupakan tanda dari fake smile.

Fake smile juga cenderung terlihat lebih lebar. Otot-otot yang terpaksa ‘membuat’ seseorang tersenyum dapat menciptakan kesan senyuman yang lebih lebar.

Namun, senyuman semacam ini biasanya tidak akan bertahan lama, karena otot akan kembali ke posisi semula dengan cepat.

 

2. Ciri-Ciri Genuine Smile

Senyuman bukanlah sekadar ungkapan dari hati dan bibir. Ciri-ciri dari senyum yang tulus adalah ketika seseorang tersenyum dengan tulus, matanya juga turut tersenyum.

Mata tersebut akan terlihat tersenyum secara alami, dengan kerutan yang mencapai hingga mata. Seluruh wajahnya juga terlibat dalam senyum ini, terlihat dari kerutan di sekitar mata dan mulut yang ikut tersenyum. Selain itu, genuine smile cenderung memudar secara alami dan bertahap.

Hal ini dikarenakan senyuman melibatkan gerakan beberapa otot di bagian bawah wajah, termasuk pipi dan bibir. Tak hanya itu, senyuman yang tulus juga mengaktifkan otot-otot di sekitar mata, yang dapat mencerminkan tingkat kejujuran dari senyuman tersebut. Semakin banyak kerutan yang terbentuk di sekitar mata, semakin tulus pula senyuman tersebut.

Genuine smile juga merupakan senyuman yang disebabkan oleh kebahagiaan, cinta, kehangatan, atau emosi positif lainnya. Ini adalah respons spontan dan tidak sadar terhadap kebahagiaan, pengalaman positif, atau pemikiran, mencerminkan keadaan inner kita yang bahagia.

 

 

Manfaat dari Fake Smile dan Genuine Smile

Meski terkesan tidak jujur, tapi kadang kala fake smile justru merupakan solusi terbaik di dalam situasi yang kurang baik. Oleh karena itu, Grameds juga perlu memahami seperti apa manfaat  yang mungkin terkandung dari fake smile dan genuine smile.

1. Manfaat Fake Smile

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua senyum palsu bersifat negatif. Terkadang, senyum palsu dipakai untuk menyampaikan perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ini bisa menjadi respons atas perasaan tidak nyaman, keengganan, atau bahkan ketidaksetujuan terhadap suatu hal.

Contohnya, saat seseorang tersenyum palsu dalam konteks tertentu, mungkin saja itu adalah cara mereka untuk menyembunyikan perasaan tidak suka atau ketidaknyamanan, namun tetap menghargai situasi atau orang yang ada di sekitarnya.

Melansir kompas.com, dinyatakan bahwa semua orang mungkin pernah menghadapi momen di mana mereka tersenyum palsu atau fake smile. Terkadang, dalam situasi sedih pun, kita mungkin memaksakan diri untuk menampilkan senyuman.

Namun, terdapat fakta menarik bahwa senyuman palsu tersebut bisa mengangkat suasana hati dan membantu kita melihat dunia dengan lebih positif.

Penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal Experimental Psychology menemukan bahwa pura-pura tersenyum mampu memengaruhi bagian otak yang terkait dengan suasana hati.

Tim ilmuwan dari University of South Australia memimpin studi ini, menegaskan bahwa senyuman palsu dapat mengubah persepsi kita terhadap ekspresi wajah dan bahasa tubuh orang lain menjadi lebih positif. Hal ini pada akhirnya mampu meningkatkan suasana hati secara alami.

Dalam eksperimen tersebut, para peneliti mengumpulkan sekelompok peserta dan meminta mereka untuk meletakkan pena di antara gigi mereka. Dengan cara ini, peserta secara otomatis merasa seperti tersenyum.

Mereka kemudian diminta untuk mengevaluasi ekspresi wajah dan gerakan orang lain, baik saat ada pena di mulut mereka atau pun tidak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika peserta menggigit pena, mereka cenderung melihat ekspresi wajah dan gerakan orang lain secara lebih positif.

Tindakan memaksa wajah untuk tersenyum dalam eksperimen ini meningkatkan pandangan peserta terhadap orang lain ke arah yang lebih positif, tanpa memperhitungkan kondisi mental individual peserta.

Penemuan ini menggambarkan bahwa senyuman, meskipun palsu, memiliki dampak positif yang signifikan pada emosi kita. Dr. Marmolejo-Ramos, ketua peneliti studi ini yang juga merupakan ahli kognisi manusia dan buatan, menyatakan bahwa ketika otot wajah memberi sinyal bahwa kita bahagia, kita cenderung melihat dunia dengan cara yang lebih positif.

Ia juga menambahkan bahwa dalam penelitian itu, mereka menemukan bahwa saat kita tersenyum, meskipun secara terpaksa, hal itu merangsang amigdala atau pusat emosional otak untuk melepaskan neurotransmitter yang mendorong keadaan emosional yang positif.

Implikasi dari penemuan ini cukup menarik dalam konteks kesehatan mental. Jika kita bisa memanipulasi otak untuk merespons rangsangan dengan kebahagiaan, maka ada potensi untuk menggunakan mekanisme ini sebagai alat bantu dalam meningkatkan kesehatan mental kita.

Fake smile sepertinya telah menjadi sebuah fenomena yang menarik, tidak hanya untuk diteliti secara ilmiah, namun juga sebagai tema dalam tulisan fiksi. Salah satunya dalam buku bertajuk “The Boy with a Fake Smile”.

The Boy with a Fake Smile

Dalam buku ini digambarkan karakter salah satu individu yang memiliki kehidupan pahit. Baginya, senyum orang lain hanya sekadar topeng untuk menyembunyikan luka yang dalam.

Meskipun dia mahir dalam menyembunyikan diri, namun jika dilihat dari dekat, kehancuran dan kerapuhan dalam dirinya mungkin bisa terlihat.

Buku ini menegaskan bahwa apa yang terlihat dari luar tidak selalu mencerminkan kenyataannya. Kehidupan memaksa seseorang untuk memerankan peran yang sesuai. Kenneth, yang telah merasakan kerasnya kehidupan, terbiasa berperan seperti seorang aktor handal dengan jurus andalannya, fake smile.

 

2. Manfaat Genuine Smile

(Sumber foto: www.pexels.com)

 

Ada begitu banyak alasan untuk tersenyum secara tulus lebih sering. Sesuatu yang tulus tentu saja lebih banyak mengandung energi positif dibandingkan dengan sesuatu yang dipaksakan. Begitu pun dengan senyuman. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika Grameds lebih memahami lagi mengenai pentingnya memberikan senyum yang tulus atau genuine smile. Berikut beberapa manfaat dari genuine smile yang layak untuk Grameds praktikkan.

  • Baik untuk Kesehatan

Senyum akan menurunkan detak jantung dan membantu Kamu mengatasi stres lebih baik saat berada dalam situasi yang menekan. Selain itu, memberikan senyuman yang tulus dengan sedikit tawa juga dapat membantu menurunkan tekanan darah kamu.

  • Membantu Kamu Hidup Lebih Lama

Jika fisikmu terbiasa untuk menangkap dan memberikan hal positif, tentunya kesehatanmu akan terjaga secara positif juga. Dengan kesehatan yang prima tentu saja harapan untuk hidup lebih lama semakin tinggi pula. Hal ini juga dibahas dalam buku “Berani Tersenyum Meski Terluka” yang ditulis oleh Zanuba Muhlisin.

Buku ini membahas realitas bahwa dalam hidup, bahwasanya kita sering kali mengalami sakit hati akibat tindakan orang lain yang kita anggap menyakiti perasaan kita. Baik itu dalam hubungan pertemanan, lingkungan kerja, atau percintaan, terkadang pengkhianatan meninggalkan luka yang sulit sembuh.

Tidak jarang sakit hati ini terjadi dalam hubungan asmara, di mana kekecewaan dan patah hati akibat ditinggalkan atau diselingkuhi begitu menghantui. Beberapa orang dapat dengan mudah melanjutkan hidup setelah kejadian tersebut, namun bagi yang lain, sulit untuk melupakan dan melewati rasa sakit tersebut.

Zanuba Muhlisin menggambarkan bahwa kesedihan dan sakit hati yang kita rasakan merupakan hasil dari kegagalan kita dalam mendidik hati untuk selalu bersikap ikhlas dan positif. Tidak hanya itu, sakit hati juga merupakan akibat dari kerusakan pada persepsi dan keinginan kita. 

Dalam buku ini, pembaca diajak untuk menyelami pemahaman yang mendalam tentang penyakit hati dan proses penyembuhannya. Oleh karena itu, pembaca juga diajak untuk berani tersenyum meski sedang dalam keadaan terluka.

 

  • Membuat Orang Berpikir Baik tentang Kamu

Senyum itu keren! Siapa saja tentunya lebih senang diberi senyuman daripada ekspresi wajah cemberut atau marah. Jika Kamu memberikan senyuman dengan hati yang tulus, orang lain pasti bisa merasakannya juga. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan dalam buku “Tersenyumlah, Dunia akan Tersenyum Bersamamu” yang memancarkan semangat dan energi positif.

Tersenyumlah

Melalui buku ini, kita akan menemukan betapa senyum dan tangis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia sejak awal kelahirannya. Sungguh, kebiasaan tersenyum dan menangis itu bisa jadi sebuah keajaiban konyol yang kerap terlupakan.

Berkisah tentang motivasi dan berpikir positif, buku ini mengajak pembacanya untuk menghadapi tantangan hidup dengan semangat yang membara. Setiap halaman dipenuhi dengan rayuan kata-kata yang mengilhami, membakar semangat, dan menghidupkan kembali kepercayaan diri yang mungkin sempat redup. 

Buku ini layak dijelajahi oleh siapa pun, sebab di dalamnya tersimpan kunci untuk membuka pintu kebahagiaan dan makna yang tersembunyi dalam kehidupan, termasuk melalui senyuman.

Tak hanya itu, senyum yang tersaji dalam buku ini punya kekuatan luar biasa. Bayangkan Anda sedang duduk di kereta api dengan dua penumpang di depan Anda. Satu dengan wajah murung dan tidak ramah, yang lainnya dengan senyuman cerah yang menyejukkan. 

Tentu saja, kebanyakan dari kita akan memilih menyapa yang tersenyum, karena senyum itu mampu meleburkan suasana dingin dan membawa kehangatan yang menyenangkan.

 

  • Membuat Kamu Merasa Lebih Baik

Disadari atau tidak, saat kita tersenyum, maka respons atau aktivitas tersebut membawa lebih banyak kebahagiaan pada saat itu. Meski mungkin saja saat itu Kamu sedang merasa kurang nyaman, tapi tersenyum dapat memaksa energi positif hadir dan membuat dirimu merasa lebih nyaman atau lebih baik.

 

Tips agar Lebih Sering Tersenyum

Tentu kita sudah mengetahui bahwa senyum itu baik untuk Kamu, ya, Grameds! Jadi, mari kita lihat beberapa tips berikut untuk membantu kamu meningkatkan senyum.

1. Tentukan Pemicu Senyum

Peneliti menyatakan ada setidaknya 50 jenis senyum di kehidupan ini, dari senyum kemenangan, senyum sopan, hingga senyuman yang berkerut pada gigi karena rasa pahit.

Namun, senyuman tulus atau genuine smile sudah tentu terkait dengan perasaan positif tertentu, seperti kegembiraan, keceriaan, cinta, dan kehangatan. Jadi, jika Grameds ingin tersenyum dengan tulus lebih sering, Kamu bisa mencari cara untuk mengeksploitasi emosi-emosi tersebut.

Langkah awal yang bisa Grameds lakukan adalah dengan menulis daftar singkat kenangan atau gambaran yang membuat Kamu tersenyum.

Apakah itu menghangatkan hati Grameds ketika sedang memikirkan seseorang tertawa? Atau Grameds bisa mengingat sebuah percakapan yang pernah Kamu miliki yang selalu memicu tawa?

Grameds bisa mulai mempraktikkan dengan menyimpan gambaran mental yang membahagiakan ini sebagai amunisi senyumanmu dan gunakan pikiran tersebut setiap kali Kamu ingin tersenyum.

2. Cari Media yang Lucu

Sebagai orang dewasa, kita mudah sekali terjebak dalam pola pikir “Saya adalah orang dewasa yang serius! Saya harus menjaga image dan karier saya. Saya tidak punya waktu untuk menonton lelucon yang tidak penting!”

Jujur saja, kita sering jatuh ke dalam pola pikir ini, kan, Grameds? Tetapi sesungguhnya, tersenyum, tertawa, dan bersenang-senang sama pentingnya dengan pertumbuhan dan pencapaian diri lainnya.

Jadi luangkan waktu untuk menonton pertunjukan komedi, membaca buku, dan menonton film yang tidak memiliki tujuan selain membuat kamu tertawa.

Grameds bisa mulai mencoba langkah ini dengan membuat jadwal di akhir pekan untuk pergi ke bioskop dan menonton film lucu.

Namun, jika Grameds tidak yakin untuk pergi ke bioskop, Kamu juga bisa mencoba menonton video-video lucu di YouTube.

3. Cari Orang-orang yang Bersikap Ceria

Psikolog sosial James Fowler dan Nicholas Christakis pernah melakukan penelitian. Inti dari karya ilmiah mereka sederhana, yakni kita menjadi seperti teman kita (bahkan teman teman kita, dan teman teman teman teman kita!).

Kita mengambil kebiasaan, pola pikir, perasaan, dan standar kualitas kesehatan dari teman-teman kita ini.

Jadi, jika Grameds ingin tersenyum lebih banyak, salah satu solusi mudahnya adalah dengan menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman yang paling ceria.

Meskipun tetap saja kita bisa menyerap segala jenis emosi dari teman-teman kita, tapi senyum dan tawa adalah ekspresi emosi yang sangat menular.

 

Kesimpulan

Dari ulasan yang telah disajikan, terlihat bahwa senyum memainkan peran penting dalam interaksi manusia sehari-hari. Fake smile yang sering kali merupakan respons atas situasi yang sulit atau sebagai upaya untuk menyembunyikan perasaan, memiliki manfaat tersendiri.

Meskipun terkesan tidak jujur, senyum palsu dapat mengubah suasana hati, membuat orang merasa lebih positif, dan bahkan membantu meningkatkan kesehatan mental. Penelitian juga menunjukkan bahwa senyuman palsu memiliki dampak positif pada otak, merangsang bagian yang terkait dengan suasana hati yang lebih baik.

Di sisi lain, genuine smile, yang tulus dan alami, membawa energi positif yang lebih besar. Senyuman tulus ini tidak hanya membuat orang merasa lebih baik, tetapi juga membantu mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah.

Senyum tulus juga memengaruhi persepsi orang lain terhadap kita, membuat mereka berpikir positif tentang diri kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan antara fake smile dan genuine smile serta manfaat yang terkandung di dalamnya.

Melalui senyuman, kita dapat membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar kita. Jadi, senyum dapat memiliki berbagai makna tergantung pada konteks dan ekspresi yang menyertainya.

Grameds bisa menambah wawasan dan literasi mengenai senyum dengan membaca buku-buku yang tersedia di gramedia.com. Sebab, sebagai #SahabatTanpaBatas Gramedia selalu memberikan informasi dan produk terbaik untuk kamu.



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Laila Wu