Pkn

Sikap Rela Berkorban : Pengertian, Penjelasan, Contoh

Contoh sikap rela berkorban  – Lihatlah ibu kita. Dia menghabiskan hari mengurus kebutuhan kita. Bahkan, setelah seharian bekerja keras, dia akan dengan senang hati menghabiskan malam di samping tempat tidur saat kita sakit.

Lihatlah ayah yang memberikan banyak kesempatan dalam hidup hanya karena paksaan keluarganya. Ini adalah contoh pengorbanan diri, yang tidak banyak diperhatikan. Dunia berkembang dalam kehidupan moral karena pelajaran dari kehidupan para pahlawan yang tindakannya didorong oleh cinta.

Dalam kehidupan moral, kita harus memiliki prinsip-prinsip tertentu dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip itu. Mereka yang tidak berbuat salah meskipun ada kesempatan, mereka yang tidak menerima suap meskipun ada tawaran, mereka yang melakukan tugasnya meskipun dalam segala kesulitan, mereka adalah pahlawan hari ini.

Mereka adalah orang-orang yang rela mempertaruhkan diri demi prinsip mereka, nilai-nilai negara mereka. Pengorbanan diri dapat dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Apa itu Sikap Pengorbanan Diri?

Pengorbanan diri berarti mengorbankan kepentingan seseorang demi Tuhan, negara, atau orang lain. Rasa kasihlah yang mendorong pengorbanan diri. Tidak semua bentuk sikap pengorbanan diri diperhatikan oleh banyak orang.

Berikut arti dari sikap pengorbanan menurut Yourdictionary (pen.):

  • Pengorbanan kepentingan atau kesejahteraan pribadi seseorang demi orang lain atau untuk suatu tujuan.
  • Pengorbanan diri sendiri atau kepentingan sendiri untuk keuntungan, atau manfaat yang diharapkan, orang lain.
  • Menyerahkan keuntungan diri sendiri, terutama mengorbankan nyawanya, demi kebaikan orang lain.
  • Pengorbanan diri adalah menyerahkan sesuatu yang kita inginkan untuk kebaikan yang lebih besar atau untuk membantu orang lain. (Contoh pengorbanan diri adalah ketika kita pergi tanpa kopi di pagi hari sehingga dapat menyumbangkan uang itu untuk amal.)

Contoh Sikap Rela Berkorban

Pexels

Nah, Grameds, lantas, apa saja contoh sikap rela berkorban yang bisa kita temukan dan dicontoh dalam kehidupan sehari-hari? Simak 9 ulasannya di bawah ini!

1. Membantu Tetangga yang Sakit

Ketika ada tetangga kita yang sakit, membantunya adalah salah satu contoh sikap rela berkorban yang patut dipraktikkan. Contohnya, kita bisa memberinya dana berobat jika kita mampu, atau membelikan makanan yang sehat untuk membantunya agar cepat pulih.

Kita juga bisa menolong dengan memasakkan makanan untuk tetangga tersebut atau keluarga yang merawatnya, jika kebetulan tetangga kita tak bisa memasak. Apa pun dan sekecil apa pun pertolongan terhadap mereka yang membutuhkan, akan sangat berarti!

2. Menghargai Pendapat Orang Lain

Di dunia ini, perbedaan merupakan hal yang sangat wajar kita temui. Sikap seseorang yang punya rasa hormat dan sanggup menerima setiap perbedaan yang ada tanpa memandang kepemilikan dan status orang lain sangatlah diperlukan. Inilah yang disebut menghargai orang lain dan pendapatnya.

Grameds, sudahkah kamu menghargai orang lain sebelum menuntut orang lain untuk menghargai dirimu?

3. Tidak Memperdengarkan Musik Pribadi dengan Keras

Terkadang, kita ingin menikmati musik kita dengan puas dan maksimal. Namun, contoh sikap rela berkorban lainnya ialah merelakan diri untuk tidak terlalu hanyut dalam musik dengan menyetelnya terlalu keras.

Sikap rela berkorban yang juga termasuk sadar ini diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, yakni kita mengerti situasi tetangga yang lain dan tidak semena-mena hanya karena kita punya fasilitas tertentu.

4. Mengikuti Kegiatan Kerja Bakti

Kita seringkali mendapatkan jadwal kewajiban kerja bakti di lingkungan sekitar pada akhir pekan. Meskipun sudah membayangkan untuk berleha-leha selama waktu senggang, relalah berkorban demi kepentingan banyak orang dengan saling membantu pada kegiatan ini.

Ini adalah salah satu contoh sikap rela berkorban demi membantu kepentingan bersama.

5. Membayar Iuran Bulanan demi Membantu Sesama

Membayar iuran bulanan yang akan dipergunakan untuk warga lain yang membutuhkan ialah salah satu contoh sikap rela berkorban. Sebagai contoh, saat seorang warga meninggal, iuran tersebut bisa dipakai menjadi uang duka demi meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.

6. Memasak Lebih Banyak, Juga untuk Tetangga

Dengan memasak lebih banyak agar dapat diberikan juga ke tetangga di samping diri kita sendiri, kita telah melakukan salah satu wujud sikap rela berkorban. Terlebih, kita kita kebetulan memasak menu yang unik dan lezat, seperti makanan dengan daging atau ayam.

Tentunya, tetangga juga akan senang jika kita memberikan lauk yang nikmat secara cuma-cuma dan tiba-tiba. Apalagi, jika mereka jarang memakan makanan tersebut. Kita pun akan mendapat pahala dan disenangi Tuhan karenanya, Grameds.

7. Diajak Bermain, Tetap Memilih Belajar

Negara kita sangat memerlukan penerus bangsa yang cerdas demi menjadikan kita sebagai negara yang terus utuh dan maju. Sebab itulah, menuntut ilmu sangatlah penting terutama bagi seorang pelajar.

Kita sebagai seorang siswa, mesti rela mengorbankan waktu bermain yang terlalu banyak dengan teman, demi belajar. Jadi, tak perlu merasa terlalu bersalah jika kita sesekali menolak ajakan bermain dari teman jika itu terlalu sering.

8. Mempersilahkan Ibu Hamil atau Lansia Duduk di Transportasi Umum

Saat kita melihat orang tua atau lansia, atau bahkan ibu hamil yang berdiri, dalam kendaraan yang biasanya akan penuh sesak di jam-jam tertentu, jangan ragu untuk memberikan tempat duduk yang kita pakai, apalagi saat fisik kita masih sangat kuat untuk berdiri sepanjang perjalanan.

Dengan memberi tempat duduk pada mereka yang membutuhkan, kita telah melakukan salah satu bentuk sikap rela berkorban.

9. Membersihkan Sampah yang Berserakan

Banjir menjadi salah satu akibat dari banyak dan tidak teraturnya sampah. Oleh sebab itu, tak ada salahnya jika kita sedikit meluangkan waktu untuk memungut dan membuang sampah yang berserakan ke tempatnya.

Meskipun sederhana, tetapi tindakan ini bisa membantu banyak orang terhindar dari banjir ataupun penyakit karena sampah kotor, tak hanya membuat lingkungan jadi lebih bersih.

Penjelasan Tentang Pengorbanan Diri

Unsplash

Setelah tahu contoh-contoh dari sikap rela berkorban, mari kita pelajari lebih lanjut terhadap sikap pengorbanan diri yang cukup mirip. Ternyata, sikap seperti ini punya efek negatif jika dilakukan dalam taraf tertentu, Grameds!

Kapan Pengorbanan Diri Menjadi Altruisme Patologis?

Contoh pengorbanan diri ada di sekitar kita. Seorang ibu meninggalkan karirnya untuk tinggal di rumah dan mengurus keluarganya, seorang prajurit mempertaruhkan nyawanya untuk negaranya, sampai anak-anak mengorbankan keinginan dan keinginan mereka sendiri untuk merawat orang tua mereka yang sudah lanjut usia.

Namun, ada perbedaan antara contoh-contoh ini dan pengorbanan diri yang kronis. Banyak perilaku ketika orang mengorbankan diri sendiri tidak bermasalah. Ada situasi di mana mereka dapat dianggap normal dan bahkan biasa.

Seseorang yang memiliki skema “pengorbanan diri” tidak membutuhkan alasan untuk mengorbankan kebutuhannya untuk memprioritaskan kebutuhan orang lain. Mereka melakukannya karena mereka meremehkan diri mereka sendiri, dan itu adalah situasi patologis. Orang seperti itu sangat percaya bahwa mereka tidak layak menjadi prioritas dan berhenti memperhatikan diri mereka sendiri.

Akibatnya, mereka tidak pernah memuaskan kebutuhan mereka sendiri dan menyangkal hal-hal yang dapat membuat mereka bahagia dan terpenuhi. Orang-orang seperti itu mungkin gagal untuk berpikir secara rasional, dapat kehilangan nilai-nilai mereka, dan biasanya memiliki harga diri yang rendah.

Mengutip Social Connect, Arifin (2015) menyebut bahwa altruisme ialah suatu kondisi saat kita memperhatikan kesejahteraan orang lain tanpa melihat diri sendiri. Kondisi ini murni dialami tanpa mengharapkan keuntungan atau ganjaran. Orang awam seperti kita banyak menyebutnya sebagai kebalikan dari sikap egois yang hanya peduli pada diri sendiri.

Rasa bahagia akan dialami oleh suatu individu karena sikap menolong yang memberi perasaan mampu bagi kita untuk menempatkan diri pada keadaan orang lain.

Meski altruisme bisa muncul sebagai pikiran sesaat, ini bisa tumbuh menjadi nilai atau cara hidup seseorang jika sudah terlalu sering dilakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap altruisme, yakni suasana hati, empati, rasa welas asih, faktor situasional, lingkungan sosial, sampai motivasi.

Menurut McCullough, Emmons & Tsang (2004), cenderung mudah untuk berempati, merasa bersyukur, serta puas dan bermakna bagi orang yang punya kepedulian tinggi. Baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain.

Bagaimana Agar Tahu Saat Kita Terlalu Banyak Berkorban?

Kita diajarkan untuk menjadi baik, suka menolong, murah hati, dan peduli. Oleh karena itu, sampai tingkat tertentu, kita semua mengorbankan diri kita sendiri untuk orang lain di beberapa titik. Faktanya, hubungan dekat membutuhkan pengorbanan, dan meskipun tidak selalu mudah, hal itu berpotensi meningkatkan kepercayaan dan kebahagiaan jika dilakukan dalam bentuk kompromi.

Penelitian telah mengungkapkan bahwa pasangan lebih mungkin untuk bertahan dalam hubungan mereka jika kedua pasangan bersedia berkorban untuk satu sama lain. Pengorbanan dalam suatu hubungan untuk seseorang yang kita cintai dapat menunjukkan kepada mereka bahwa kita benar-benar peduli dan bahkan dapat membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri.

Namun, kapan itu menjadi terlalu berlebihan? Bagaimana bisa tahu jika kita mengorbankan diri terlalu banyak? Jika menjawab “ya” untuk sebagian besar pertanyaan berikut, Grameds mungkin memiliki kecenderungan untuk mengorbankan diri sendiri:

  • Apakah kamu merasa egois atau bersalah ketika memprioritaskan kebutuhan dan keinginan sendiri di atas orang lain?
  • Apakah kamu mengklaim bertanggung jawab atas perilaku orang lain?
  • Apakah kamu merasakan kekosongan emosional yang besar?
  • Apakah kamu kekurangan waktu, energi, dan sumber daya untuk mengurus diri sendiri karena menghabiskannya untuk orang lain?
  • Apakah kamu percaya pengorbanan diri lebih merupakan kewajiban dan bukan tindakan sukarela?
  • Apakah orang-orang di sekitar kamu tampaknya berhak atas kecenderungan pengorbanan dirimu?
  • Apakah kamu mengatakan “ya” untuk semuanya bahkan ketika jawaban yang tepat adalah “tidak”?
  • Apakah sebagian besar hubunganmu melibatkan kamu sebagai pemberi lebih dari yang kamu terima?

Apa Alasan Mengorbankan Kebutuhan Kita Untuk Orang Lain?

Jika Grameds mengidentifikasi diri dengan skema “pengorbanan diri yang kronis” dan yakin bahwa kita memiliki pola perilaku ini, Grameds mungkin bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi. Kemungkinan, Grameds juga telah mencoba menghentikan kebiasaan kronis ini tanpa hasil.

Grameds tidak sendirian karena tidak mudah untuk melepaskan perilaku pengorbanan kronis yang telah kita pelajari dari waktu ke waktu. Namun, jangan berkecil hati dan pertimbangkanlah untuk terapi. Ini telah terbukti efektif dalam mengurangi perilaku tersebut.

Seorang terapis dapat membantu kita meyakinkan diri sendiri bahwa kita memiliki hak untuk merasa berharga dan bahwa tidak ada yang lebih penting dari kita.

Orang yang berkeinginan untuk mengembangan pengorbanan diri bisa dibilang memiliki alasan-alasan yang berbeda. Berikut ini beberapa alasannya.

1. Dipaksa Membuat Kebiasaan oleh Keadaan

Beberapa orang menemukan diri mereka dalam situasi di mana mereka pasti mengembangkan perilaku rela berkorban. Semuanya dimulai di masa kecil. Mungkin, kita harus merawat orang tua atau adik yang cacat sejak usia muda.

Sebagai seorang anak, kita harus mengambil alih tanggung jawab orang dewasa, memasuki peran pengasuh.

Secara bertahap, kita mulai mengasosiasikan harga diri dan nilai diri dengan membantu orang lain. Kita menjadi percaya bahwa kita selalu harus mendahulukan orang lain dan bahwa kebutuhan serta keinginan kita tidak sepenting kebutuhan orang lain.

2. Membuat Kita Merasa Lebih baik

Perilaku mengorbankan diri tampaknya sering dikaitkan dengan kecemasan yang dapat dikaitkan dengan rasa takut dianggap egois. Orang-orang seperti itu khawatir untuk mengutamakan kebutuhan mereka atau takut bahwa mereka mungkin ditolak ketika mereka tidak melayani orang lain.

Seringkali, orang yang rela berkorban hanya perlu merasa bahwa usaha mereka dihargai.

Membantu orang lain bahkan ketika kita mengorbankan diri sendiri membuat kita merasa lebih baik. Grameds merasa telah memenuhi atau menambah kehidupan mereka. Yang terpenting, kita merasa seperti “orang baik” dan ketika berfokus pada kebutuhan diri sendiri, kita sering merasa egois dan bersalah.

3. Takut Akan Konfrontasi atau Mengganggu Orang Lain

Orang yang selalu mengorbankan diri seringkali adalah orang yang menyenangkan, orang yang hidup dalam ketakutan bahwa jika mereka menolak untuk melakukan apa yang diinginkan orang lain, orang lain tidak akan menyukainya atau marah.

Kita bisa jadi juga memiliki kasus pengorbanan diri kronis karena tidak peduli seberapa keras pun mencoba, kita tidak dapat mengatakan “tidak”. Mengatakan “tidak” sepertinya merupakan risiko besar yang akan menghancurkan dan mengakhiri hubungan. Sebab itu, kita mengambil jalan keluar yang mudah dan mengorbankan diri sendiri.

Cara Merawat Diri Sendiri dan orang Lain dengan Tepat

Ingatlah bahwa Grameds tidak harus melepaskan hal-hal yang disukai untuk menjadi layak. Meskipun melepaskan kebutuhan untuk berkorban itu menantang, itu bukan tidak mungkin. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memastikan kita tidak mengabaikan diri sendiri atau orang lain ketika mereka membutuhkan kita. Pertimbangkan tips ini:

Tetapkan batasan dan tindak lanjuti

Menetapkan batasan bukanlah membangun tembok untuk menjauhkan orang lain. Ini adalah cara untuk menjaga kesejahteraan diri. Ketika kita mengidentifikasi batas fisik dan emosional, kita dapat mengetahui kapan energi kita sedang terkuras.

Luangkan waktu untuk memantau emosi Grameds. Kapan kita merasa sakit hati, kewalahan, kesal, atau marah ketika membantu orang lain?

Jika Grameds merasa seperti ini, kemungkinan ada beberapa batasan sedang dilanggar. Tetapkan beberapa batasan dan tindak lanjuti untuk memastikan kita hanya membantu sesuai kemampuan dan tidak mengorbankan diri sendiri.

Prioritaskan apa yang kita inginkan

Tidak buruk untuk membantu orang yang kita cintai. Namun, kita harus ingat bahwa kebutuhan kita juga penting, dan rahasianya terletak pada keseimbangan. Lagipula, mencintai diri sendiri bukanlah hal yang egois. Kita perlu bersikap baik dan mendukung diri sendiri.

Cari tahu apa yang ingin Grameds capai dan letakkan itu di urutan teratas daftar prioritas kita. Jika kebutuhan orang lain juga cocok, maka Grameds dapat membantu. Namun, jangan pernah melakukannya dengan merugikan kebahagiaan kita sendiri. Grameds juga harus memastikan bahwa mengorbankan diri sendiri untuk orang lain tidak menjadi kebiasaan.

Itulah penjelasan terkait sikap rela berkorban dan pengorbanan diri. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat sekaligus bisa memudahkan kamu dalam menerapkan sikap rela berkorban.

Kunjungi situs Gramedia.com untuk lebih banyak insight dan jadilah #LebihDenganMembaca!

 

Penulis: Sevilla Nouval Evanda

About the author

Mochamad Aris Yusuf

Menulis merupakan skill saya yang pada mulanya ditemukan kesenangan dalam mencari informasi. tema tulisan yang saya sukai adalah bahasa Indonesia, pendidikan dan teori yang masuk dalam komunikasi Islam.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Aris Yusuf