in

Nama Senjata Tradisional Sunda Beserta Fungsinya

Jawa Barat adalah wilayah yang sangat luas dan memiliki perpaduan Suku Sunda dengan keindahan alamnya. Suku Sunda ini mempunyai berbagai penemuan dan pengembangan yang bisa dilakukan untuk dapat beradaptasi dengan suku tetangga lainnya. Penemuan dan pengembangan tersebut juga meliputi bidang persenjataan. Sehingga pengembangan di bidang senjata tradisional Sunda sebagian besar dilakukan oleh Suku Sunda. Lalu, kira-kira apa saja jenis senjata tradisional Sunda ini? Di artikel kali ini kita akan membahasnya secara lebih lengkap.

Di wilayah Jawa Barat sendiri terdapat berbagai macam senjata tradisional dengan keunikan dan fungsinya sendiri. Senjata yang mencerminkan adat istiadat dan juga budaya ini dulunya dibuat untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari. Mulai dari berburu, berkebun, hingga sebagai alat pelindung diri. Meski banyak diantara senjata tradisional yang sudah tergantikan oleh alat yang lebih modern, namun sampai saat ini masih ada beberapa senjata tradisional Sunda yang masih populer dan digunakan oleh masyarakat Jawa Barat.

Senjata Tradisional Sunda

Terciptanya berbagai jenis senjata pasti tidak akan lepas dari pengaruh sejarah masa lalu masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Barat. Selain itu, percampuran budaya dari orang-orang pendatang juga ikut andil dalam mempengaruhi. Oleh karena itu, hadirlah berbagai macam senjata tradisional andalan masyarakat yang sering digunakan. Masing-masing senjata tersebut memiliki ciri dan fungsinya sendiri. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya.

1. Kujang

Salah satu senjata tradisional yang masih eksis sampai sekarang adalah Kujang. Sejak zaman Kerajaan Pajajaran yang dulu dipimpin oleh Prabu Siliwangi, Kerajaan Sunda Hindu sempat mengalami krisis karena adanya pengaruh Agama Islam yang dibawa oleh pedagang asal Arab.

Oleh karenanya, Prabu Siliwangi menulis sebuah naskah kuno yang dijadikan sebagai pedoman untuk masyarakat Sunda yang diberi nama Sanghyang Siksa Kandang Karesian pada tahun 1518 M yang berisi mengenai berbagai macam moral, norma, budaya, adat, dan senjata tradisional Sunda, Kujang.

Senjata tradisional Sunda yang satu ini bentuknya kerap dijadikan sebagai motif batik sampai lambang yang mencerminkan Suku Sunda. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kata Kujang sendiri berasal dari Bahasa Sunda kuno yang yaitu “kudi” yang artinya senjata dengan kekuatan gaib atau jimat, dan “hyang” yang artinya dewa.

Senjata yang sangat sakral ini menjadi salah satu simbol status, penghormatan, sampai jimat untuk para petinggi dan juga kaum bangsawan Kerajaan Pajajaran. Pada waktu itu, Kujang sendiri digunakan baik oleh para petinggi kerajaan ataupun rakyat biasanya. Hanya saja bedanya Kujang untuk petinggi kerajaan akan dibuat menggunakan bahan yang lebih mahal dengan desain yang mewah.

Mengutip dari Indonesia Kaya, senjata tradisional Sunda, Kujang terdiri dari empat bagian utama, yaitu papatuk atau congo yang merupakan bagian dari ujung yang berbentuk lancip dan juga tajam, tadah atau bagian menonjol pada perut Kujang, silih atau tubuh dari senjata merentang, dan mata yakni lubang yang ada pada senjata Kujang. Selain itu, Kujang juga mempunyai beberapa variasi, yakni kujang jago, kujang ciung, kujang badak, kujang kuntul, kujang bakong, dan lain sebagainya.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Fungsi Kujang

Fungsi dari senjata tradisional ini juga bergantung dengan ukuran bilahnya. Apabila bilahnya memiliki ukuran 10 sampai 15 cm, maka senjata tersebut digolongkan menjadi Kujang Jimat atau Pajimatan. Apabila bilahnya berukuran 20 sampai 35 cm, maka senjata tersebut termasuk ke dalam kategori Kujang Pusaka. Apabila Kujang memiliki bilah dengan panjang 40 sampai 50 cm, maka Kujang tersebut termasuk ke dalam kategori Kujang Pakarang yang memiliki fungsi sebagai mata tombak. Selain itu, Kujang juga memiliki fungsi lainnya, diantaranya:

a. Dipakai sebagai simbol atau lambang seperti logo pemerintah ataupun logo organisasi tertentu.
b. Dapat digunakan untuk peralatan pertanian. Hal itu berdasarkan dari naskah kuno Sanghyang. Dimana masyarakat Sunda biasanya akan menggunakan senjata yang satu ini untuk menebang kayu, memangkas tumbuhan, dan juga nyacar atau sebagai pemangkas.
c. Dapat digunakan untuk hiasan ataupun dekorasi. Senjata tersebut umumnya dapat dilihat dari tembok rumah warga Sunda.
d. Kujang Pusaka adalah senjata yang dipakai untuk perang. Dimana Kujang Pusaka ini dapat digunakan sebagai lambang keagungan dan perlindungan.

Bagian Kujang

Senjata tradisional Kujang ini juga memiliki berbagai macam bagian. Bagian tersebut diantaranya adalah:

1. Papatuk atau Congo: Bagian ini terletak di bagian ujung kujang dengan bentuk yang mirip dengan panah. Umumnya papatuk kujang berfungsi untuk mencongkel.
2. Seluk atau Silih: Bagian ini terletak di bagian punggung yang berguna untuk mencabik tubuh musuh.
3. Tadah: Bagian ini berupa lengkungan yang menonjol di bagian perut dengan bagian depan yang runcing. Di bagian ini berguna untuk menusuk tubuh musuh.
4. Mata: Untuk bagian pengging Kujang memiliki lubang-lubang kecil dengan jumlah sekitar 5 sampai 9. Namun apabila Kujang tersebut tidak ada lubang atau matanya, maka senjata yang satu ini akan disebut dengan istilah Kujang Buta.
5. Tonggong: Bagian ini adalah bagian yang sangat tajam yang terletak di punggung Kujang.
6. Paksi: Paksi adalah cincin ataupun ring yang ada di bagian belakang Kujang dengan bentuk lancip.
7. Selut: Selut adalah ring yang ada di pegangan Kujang atau ujung dari gagang.
8. Combong: Ini adalah lubang yang ada di bagian gagang Kujang.
9. Ganja atau Landaian: Bagian ini adalah sudut berbentuk runcing dengan arah ke ujung Kujang.
10. Kowak: Kowak adalah sarung dari senjata yang berasal dari bahan kayu samida dan memiliki aroma yang khas.
11. Pamor: Ini adalah bagian yang memiliki bentuk seperti baris-baris sulangkar ataupun bintik yang tergambar di bagian Kujang. Umumnya, pamor ini berfungsi sebagai nilai artistik dan sebagai tempat menyimpan racun.

2. Bedog

Bedog atau yang juga bisa disebut golok merupakan senjata tradisional Sunda yang berbentuk seperti pisau. Akan tetapi, bedog ini mempunyai ukuran yang cukup besar. Senjata yang satu ini mungkin sudah tidak asing lagi untuk sebagian besar masyarakat Jawa. Sebab, senjata ini masih kerap digunakan untuk keperluan sehari-hari. Ukuran dan juga bentuk dari bedog sendiri sangat beragam. Karena proses pembuatannya sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Namun, biasanya bedog berukuran 30 sampai 40 cm dan terbuat dari besi ataupun baja yang ditempa sampai halus dan pipih.

Sampai sekarang, mulai banyak dijumpai berbagai jenis bedog dengan nama yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya yaitu bedog dapur, bedog tani, bedog pamugelan, bedog pameuncitan, bedog pamoroan, bedog gaplok, bedog cepot, dan lain sebagainya. Pembagian nama-nama bedog tersebut berdasarkan pada fungsinya masing-masing. Senjata tradisional bedog umumnya akan dilengkapi dengan sarung supaya lebih aman. Sarung bedog ini seringkali disebut dengan serangka.

Kegunaan Senjata Bedog

Adapun kegunaan dari senjata bedog ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Bedog gawe atau perkakas yang berguna untuk kebutuhan rumah tangga seperti bertani.
2. Bedog soren atau pakarang yang umumnya digunakan di dalam seni bela diri ataupun sikat sebagai pegangan jawara atau pendekar.

Fungsi Senjata Bedog

Fungsi simbolis itu digunakan untuk mengangkat harkat serta martabat pemiliknya. Sementara untuk fungsi estetisnya, bedog biasanya digunakan sebagai benda koleksi. Kemudian yang terakhir yaitu dari segi fungsi ekonominya, yaitu untuk memberikan mata pencaharian dari masyarakat setempat. Umumnya, senjata tradisional Sunda terkenal dengan penanaman yang ditujukan untuk menghilangkan kesan menyeramkan dari senjata ini. Nama itu merupakan “Salam Tunggal”, nama yang memiliki makna “meskipun kita membawa bedog, tapi keselamatan tetap harus dilakukan dengan cara berserah diri kepada yang Maha Tunggal”.

Cara Mendapatkan Bedog

Jika ingin mendapatkan senjata tradisional yang satu ini, maka terdapat beberapa cara yang dapat Anda lakukan, diantaranya:

1. Dengan cara membelinya di pasar, toko, ataupun pedagang keliling. Umumnya, bedog yang dijual dengan cara seperti ini merupakan bedog yang ditujukan untuk perkakas rumah tangga.
2. Dengan cara memesannya melalui pengrajin atau orang yang berkompeten dan memahami tentang senjata yang satu ini. Umumnya, cara ini dilakukan apabila bedog akan dipakai sebagai properti ataupun soream.
3. Bisa dilakukan dengan cara diberi oleh orang lain, orang tua ataupun kakek dan nenek moyang. Umumnya, senjata yang didapatkan dari cara yang satu ini bukan ditujukan untuk pertunjukan pada khalayak umum, tapi hanya untuk sebagai simpanan.
4. Dengan cara gaib. Senjata ini diperoleh dengan cara gaib dan hanya bisa diperoleh orang-orang tertentu saja.

3. Patik

Patik adalah senjata tradisional Sunda yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya kapak. Hal tersebut dikarenakan patik memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda dengan kapak modern yang ada di perkotaan. Umumnya, senjata tradisional ini digunakan oleh masyarakat untuk menebang pohon. Pada zaman dulu, nenek moyang dari Suku Sunda memakai patik sebagai alat untuk melakukan ekspansi.

Ekspansi yang dimaksud disini adalah membuka wilayah baru yang dilakukan dengan cara membuka hutan. Tak hanya itu saja, fungsi dari patik yang masih bertahan sampai sekarang adalah dijadikan sebagai alat untuk membelah kayu dan melakukan berbagai macam pekerjaan yang bersifat berat. Senjata ini dibuat dari besi yang cukup kokoh dan tajam di bagian ujung. Umumnya, patik mempunyai gagang dengan ukuran yang panjang sekitar 30 sampai 35 cm. Sementara untuk bilah di ujung senjata ini memiliki panjang sekitar 10 cm dan ketebalan sekitar 4 cm.

Adapun kelebihan dari senjata tradisional Sunda ini adalah efektivitas tenaganya. Sehingga walaupun patik termasuk ke dalam perkakas yang cukup berat, namun patik ini sangat efektif untuk membantu masyarakat dalam melakukan pekerjaannya di bidang perhutanan dan pertanian. Senjata yang satu ini juga termasuk ke dalam senjata tradisional yang cukup populer dan disukai oleh masyarakat Sunda. Sehingga kebanyakan dari petani dan pencari kayu di bagian pedesaan akan memakai patik sebagai senjata yang digunakannya.

4. Congkrang

Congkrang adalah salah satu senjata tradisional Sunda yang memiliki bentuk seperti cangkul, namun dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Senjata ini biasanya tidak memiliki keruncingan ataupun ketajaman. Hal tersebut dikarenakan pada senjata tradisional ini tidak dipakai sebagai alat untuk bertempur.

Senjata tradisional congkrang memiliki kegunaan utama yaitu dipakai untuk menyiangi rumput yang ada di tanah. Tak hanya itu saja, senjata yang satu ini juga kerap digunakan untuk membersihkan rumput atau tanaman liar yang ada di area persawahan ataupun yang ada di pekarangan rumah.

Senjata congkrang juga memiliki beberapa keistimewaan tersendiri, antara lain bisa menggaruk rumput sampai ke akarnya. Sehingga walaupun alat tersebut tidak memiliki sisi ketajaman, namun senjata ini masih bisa diasah dengan menggunakan kali. Jadi, masyarakat tidak perlu susah-susah untuk mencabut rumput ataupun tanaman liar yang mengganggu. Senjata tradisional ini telah ada sejak zaman dulu dan masih menjadi perkakas untuk berkebun yang dipakai oleh para kaum wanita untuk membantu suaminya.

5. Ani-ani atau Ketam

Ani-ani atau dalam Bahasa Sunda lebih dikenal dengan sebutan etem atau ketam. Senjata tradisional yang satu ini adalah senjata yang digunakan untuk memanen padi. Umumnya, senjata ini akan memiliki bentuk seperti pisau kecil yang dapat disembunyikan di telapak tangan. Senjata tradisional ini dipakai untuk memanen padi, hal itu karena adanya kepercayaan bahwa masyarakat Sunda dan Jawa tidak boleh menggunakan golok ataupun arit.

Dalam kepercayaan tersebut, diyakini bahwa Desi Padi dan Nyai Pohaci Sang Hyang Sri memiliki watak yang halus dan juga lembut akan merasa ketakutan apabila melihat senjata yang tajam seperti arit ataupun golok. Sehingga, apabila Dewi merasa takut, maka hasil panennya tidak akan berkualitas. Tak hanya itu saja, masyarakat Sunda juga masih menanamkan kepercayaan bahwa padi adalah perwujudan dari Dewi Sri. Sehingga, diperlakukan halus pada padi juga harus selalu dilakukan para petani.

Padi tersebut juga dilarang untuk dipanen dengan menggunakan cara dibabat secara kasar. Hingga sekarang, kepercayaan tersebut masih dapat kita lihat melalui acara tahunan yang dilakukan, yaitu tradisi Seren Taun yang dilaksanakan pada masa panen. Apabila padi dipanen dengan batang yang ikut serta dipotong, maka pekerjaan itu akan menjadi sangat melelahkan. Tak hanya itu saja, apabila memotong padi dengan batangnya, juga akan memerlukan waktu yang lebih lama.

Sehingga para petani harus memakai senjata ani-ani untuk membantu memanennya. Namun senjata ini masih memiliki kekurangan yaitu memerlukan waktu yang sangat lama. Sebab, para petani harus memiliki ketelitian dalam memanen setiap gagangnya.

6. Sulimat

Sulimat adalah senjata tradisional Sunda yang dibuat untuk membantu para petani yang bekerja di bidang perkebunan. Terlebih untuk industri kelapa. Senjata yang satu ini dipakai untuk merobek dan mengupas kulit kelapa. Sulimat sendiri memiliki dua sisi yaitu horizontal dan sisi vertikal. Di bagian sisi horizontal akan ditancapkan di tanah dengan tujuan sebagai pijakan. Sementara untuk sisi vertikal akan dihadapkan ke atas, hal itu karena pada sisi tersebut akan digunakan untuk memisahkan kelapa dan serabutnya.

Di zaman sekarang ini, senjata yang satu ini sudah sulit ditemukan. Padahal, kegunaannya sangat membantu untuk mempermudah pekerjaan dalam mengupas kulit kelapa dengan lebih cepat. Seperti misalnya di acara pernikahan, tentu akan membutuhkan kelapa dalam jumlah yang banyak. Sehingga membutuhkan banyak orang untuk mengupas kulitnya jika memakai golok. Namun jika memakai Sulimat, proses pengelupasan kelapa akan lebih cepat dan efisien.

Bahan yang digunakan untuk membuat senjata Suliat ini yaitu besi yang nantinya disambung. Sehingga akan menghasilkan dua sisi seperti yang sudah dijelaskan di atas. Namun karena adanya perkembangan zaman, maka senjata yang satu ini sudah semakin langka dan menjadi salah satu senjata tradisional yang cukup langka.

Demikian penjelasan mengenai senjata tradisional Sunda yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Senjata Tradisional Sunda



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Arum Rifda

Menulis adalah cara terbaik untuk menyampaikan isi pemikiran, sekalipun dalam bentuk tulisan, bukan verbal.
Ada banyak hal yang bisa disampaikan kepada pembaca, terutama hal-hal yang saya sukai, seperti K-Pop, rekomendasi film, rekomendasi musik sedih mendayu-dayu, dan lain sebagainya.