Psikologi

Apa Itu Impulsif? Kenali Perilaku, Penyebab dan Cari Solusinya!

Impulsif adalah
Written by Sevilla Nouval

Impulsif – Kita sering kali ikut-ikutan membeli atau melakukan sesuatu. Dan hal ini biasanya dianggap sebagai tindakan impulsif. Tetapi, impulsif sebenanya tidak sesederhana itu. Impulsif lebih kompleks daripada itu. Ia lebih luas dari hanya sekadar membeli suatu barang atau melakukan transaksi secara masif atau banyak dalam waktu singkat.

Berikut akan dibahas mengenai impulsif. Grameds dapat menyimak penjelasan di bawah ini yang telah dirangkum dari berbagai laman di internet.

Konsep Impulsif

Impulsif adalah sikap saat seseorang melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibatnya. Hal ini, umumnya dilakukan oleh anak-anak. Meskipun, tidak jarang ditemui juga pada orang dewasa. Perilaku ini juga dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika seseorang melakukan suatu tindakan tanpa berpikir panjang atau memikirkan konsekuensinya.

Misalnya, ketika membuka toko online, Grameds akan membeli barang-barang yang sebenanrnya tidak diperlukan. Seperti, sandal atau sepatu padahal alas kaki yang dimiliki masih ada dan layak digunakan. Atau membeli baju dengan model paling terkini agar tidak ketinggalan trend. Padahal baju-baju yang dimiliki masih sangat layak dikenakan.

Melansir dari laman katadata.co.id, pada artikel jurnal berjudul “Impulse Control Disorders: Updated Review of Clinical Characteristics and Pharmacological Management” biasanya dialami oleh remaja hingga berusia 30 tahun. Sekitar 80-95% penderitanya terdiri dari perempuan.

Seseorang yang mengalami gangguan ini dapat dilihat dari perilakunya. Misalnya gegabah, labil, tidak dapat diprediksi, self control yang buruk, dan sering menginterupsi orang lain. Tidak jarang, seseorang bertindak dengan cepat, tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya. Tidak jarang impulsif menjadi tanda adanya gangguan kontrol impuls atau gangguan kesehatan mental lainnya.

Tindakan ini tidak sepenuhnya memberikan keburukan. Ia dibutuhkan di saat-saat tertentu. Misalnya ketika menghadapi stress atau krisis yang mengharuskan merespons dengan cepat tanggap. Maka sikap impulsif ini sangat diperlukan.

Namun, impulsif patut diwaspadai jika terjadi berulang-ulang. Ia menjadi bagian kepribadian seseorang atau membahayakan diri sendiri serta orang lain. Bisa jadi, tindakan ini menjadi gejala dari gangguan mental lainnya.

Grameds dapat lebih mendalami psikologi kepribadian dari setiap orang sehingga membantu untuk mengidentifikasi diri dan mencari penanganan yang tepat ketika tindakan impulsif terjadi pada diri sendiri atau orang-orang terdekat. Buku “Psikologi Kepribadian” karya Sumadi Suryabrata yang secara umum berisi mengenai penggolongan kepribadian yang  didasarkan pada metode yang digunakan, komponen kepribadian yang dipakai sebagai landasan, dan cara pendekatan. dari ketiga dasar penggolongan tersebu, munculah berbagai psikologi kepribadian, seprti tipologi Kant, Teori Psikoanalisis, Teori Spranger, Teori Kepribadian Ludwig Klages, Teori Biososial, dan masih banyak lagi.


Psikologi Kepribadian - Impulsif adalah

https://www.gramedia.com/products/z1-sdmi-klv-tema-6-panasperpindahannya-k13-rev-2017?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Gejala Impulsif

Perilaku impulsif dapat membahayakan kesehatan mental jika terjadi secara terus-menerus. Berikut gejala impulsif—yang telah dirangkum dari berbagai narasumber—yang harus Grameds ketahui.

  • Senang menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang tidak terlalu penting.
  • Menyakiti diri sendiri ketika merasa arah, kecewa, dan sedih.
  • Mudah tersinggung atau marah bahkan tanpa sebab.
  • Melakukan aktivitas seks yang berisiko.
  • Emosi yang meledak-ledak ketika marah sampai menghancurkan barang.
  • Mengeluarkan emosi berlebihan.
  • Mengubah atau membatalkan rencana secara tiba-tiba.
  • Menghamburkan uang terlalu banyak.
  • Tiba-tiba berhenti dari pekerjaan.
  • Emosi sering meledak-ledak.
  • Terlalu banyak meminta maaf.
  • Tidak mampu menerima kritik.
  • Bringe eating (makan atau minum secara berlebihan).
  • Mengancam akan menyakiti orang lain.
  • Menyakiti diri sendiri.
  • Terlalu memanjakan diri dalam beberapa hal, seperti belanja dan makan.
  • Kesulitan untuk fokus.
  • Banyak memulai sesuatu.
  • Membesar-besarkan masalah kecil.
  • Berteriak ketika merasa stress.
  • Banyak memulai sesuatu

Penyebab Impulsif

Melansir dari laman sehatq.com, perilaku ini wajar dilakukan oleh anak-anak atau remaja. Sebab, otak mereka masih dalam perkembangan sehingga perilaku impulsif belum tentu menjadi pertanda masalah.

Penyebab perilaku impulsif memang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, hal ini dikaitkan dengan bagian otak hipotalamus dan hippocampus. Hippocampus sendiri mengambil peran aktif dalam daya ingat, eosi, dan pembelajaran. Sementara, hipotalamus memiliki peran sebagai pengatur suasana hati (mood) dan fungsi perilaku manusia.

Ketika para peneliti melakukan riset dengan meningkatkan atau mengurangi lalu lintas antara hipotalamus dan hippocampus ventral pada otak tikus. Muncul dampak yang sama, yakni peningkatan perilaku impulsif. Di sisi lain, faktor genetik juga dianggap memiliki peran penting.

Namun, perilaku impulsif juga dapat menjadi pertanda berbagai kondisi sebagai berikut.

1. Gangguan Pemusatan Perhatian (ADHD)

Impulsif dapat menjadi salah satu pertanda seseorang mengalami gangguan pemusatan perhatian (ADHD). Seseorang yang mengalami ganggyan pemusatan perhatian tidak jarang menunjukkan perilaku impulsifnya dengan mengganggu orang lain yang sedang berbicara, sulit menunggu giliran ketika berada dalam antrean, dan/atau meneriakkan jawaban dari suatu pertanyaan.

2. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar dapat mempengaruhi suasana hati, tingkat energi, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika perilaku impulsif muncul pada seseorang yang mengalami gangguan bipolar maka ia mampu berbelanja atau menghamburkan uang dengan sangat ekstrem bahkan melakukan penyalahgunaan zat-zat tertentu.

3. Gangguan Kepribadian Antisosial

Gangguan kepribadian antisosial mampu membuat seseorang tidak dapat memperhatikan benar dan salah. Serta memperlakukan orang lain dengan buruk rupa tanpa memikirkan konsekuensinya. Perilaku impulsif yang berkaitan dengan kondisi ini adalah penyalahgunaan zat tertentu atau tindakan berbahaya lainnya.  

Masa remaja menjadi masa transisi dan sering kali melakukan tindakan impulsif. Buku “Psikologi Remaja” karya Sarlito W. Sarwono dapat menjadi pilihan bagi orang tua atau orang dewasa terdekat remaja untuk mengenali kondisi psikologi yang dialami remaja. Secara umum, buku ini berisi mengenai masa remaja yang menjadi masa transisi dari anak ke dewasa.

Menghadapi remaja memang bukan pekerjaan mudah. Untuk memahami jiwa remaja dan mencari solusi yang tepat bagi permasalahannya, maka penting bagi kita memahami remaja dan perkembangan psikologisnya yaitu konsep diri, intelegensi, emosi, seksual, motif sosial, moral dan religi. Kajian dalam buku ini mengenai psikologi remaja ditinjau dari segi teoritis perkembangan fisik, psikologis remaja, serta perilaku dan penyimpangan/kenakalan remaja dapat memberikan referensi yang penting bagi mahasiswa, pendidik, konsultan dan aparat yang berkecimpungan dalam permasalahan remaja, serta yang tidak kalah penting adalah orang tua.

Psikologi Remaja Edisi Revisi - Impulsif adalah

https://www.gramedia.com/products/z1-sdmi-klv-tema-6-panasperpindahannya-k13-rev-2017?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Cara Menangani Impulsif

Perilaku impulsif dapat ditangani atau ditekan kemunculannya. Merangkum dari laman hellosehat.com, berikut cara menangani perilaku impulsif yang terjadi pada seseorang.

1. Penggunaan Obat-Obatan

Ketika Grameds berkonsultasi dengan psikiater maka akan diresepkan obat untuk menangai gangguan kesehatan mental yang dialami. Berikut beberapa pilihan obat yang biasanya digunakan untuk menangai perilaku impulsif.

  • Atypical neuroleptics
  • Obat anti-epilepsi
  • Antidepresan yang biasanya digunakan untuk mengatasi depresi
  • Glutamatergic agents
  • Mood stabilizers, termasuk yang digunakan untuk pengobatan bonderline personality disorder.

2. Terapi Psikologi

Jika dirasa perilaku impulsif mengganggu kegiatan atau keseharian maka Grameds perlu berkonsultasi ke psikolog ataupun ke psikiater. Salah satu pilihan psikoterapi yang dapat dilakukan adalah cognitive behavioral therapy (CBT).

Dalam terapi, Grameds akan dibantu untuk menentukan pemicu dari tindakan impulsif yang sering dilakukan. Selain itu, Grameds juga akan dibantu untuk mengatur strategi dalam mengatur respons terhadap pemicu tersebut di masa depan.

Selain CBT, Grameds juga dapat melakukan berbagai kelompok lainnya, seperti terapi kelompok yang biasanya cukup efektif untuk mengatasi kebiasaan tertentu. Ketika melakukan terapi, Grameds biasanya akan diajak berdiskusi mengenai kondisi satu sama lain bersama beberapa orang.

Metode tersebut membuat Grameds tidak merasa sendirian dalam menghadapi kebiasaan tersebut. Tidak hanya itu, dalam terapi ini, Grameds akan didampingi oleh ahli profesional yang membantu jalannya diskusi agar terpai berlangsung dengan lancar.

Terapi lain yang dapat dilakukan adalah terapi keluarga. Terapi ini, biasanya akan menjadi lebih efektif untuk para remaja. Ketika seorang remaja memiliki masalah terhadap kontrol diri sehingga sering melakukan tindakan impulsif. Hal tersebut akan berdampak pada keluarga.

Dengan menjalani terapi bersama keluarga. Masing-masing anggota akan memiliki ruang untuk menyampaikan masalah atau kondisi yang kemungkinan memiliki kaitan dengan tindakan impulsif yang dialami oleh salah satu anggota keluarga. Ahli terapi pun dapat mendengarkan untuk memberikan evaluasi akar masalah dan mencari solusi penyelesaiannya.

3. Mekanisme Koping

Mekanisme koping dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi perilaku impulsif. Teknik pernapasan dapat diterapkan ketika perilaku ini mulai muncul. Dengan menarik napas juga dapat meredakan stres yang mungkin menjadi salah satu pemicunya.

Grameds juga dapat mengalihkan perilaku ini ke arah yang lebih sehat. Sebagai contoh, daripada membelanjakan uang untuk membeli barang yang tidak perlu ketika stres datang. Grameds dapat mengalihkannya ke olahraga, journaling, atau berbagi cerita kepada orang yang dipercaya.

4. Latihan Rumahan

Melansir dari laman katadata.co.id, selain psikoterapi dan obat-obatan. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menguramgi dan mengatasi impulsif. Grameds dapat mencoba salah satu strategi ketika gejala atau dorongan perilaku impulsif hadir sebagai berikut.

  • Lakukan analisis berantai yang memungkinkan Grameds untuk mengidentifikasi perilaku impulsif, apa yang terjadi sebelum dan setelah melakukan perilaku impulsif.
  • Masuk ke dalam kelompok pendukung yang dapat membantu Grameds dalam mengelola perilaku impulsif dan memungkinkan untuk berbicara atau bercerita dengan orang-orang yang mengalami gangguan tersebut.
  • Ganti perilaku impulsif dengan sesuatu yang sehat, seperti menulis jurnal, berbicara dengan seseorang yang dipercaya, berjalan-jalan, dan sebagainya.
  • Lakukan teknik pernapasan dengam tepat atau bernapas dalam-dalam dapat mengelola stres yang bisa membantu mengatur suasana hati dan mengurangi perilaku impulsif. Cara ini, juga dapat membantu mengalihkan perhatian Grameds ketika dorongan impulsif yang mulai datang.

Perilaku impulsif menjadi salah satu permasalahan dalam psikologi sosial. Untuk memahami lebih lanjut mengenai psikologi terapan dalam bidang sosial, Grameds dapat membaca buku “Psikologi Sosial Terapan” karya Fattah Hanurawan.

Secara umum buku tersebut berisi mengenai B hasil analisis, refleksi, dan deskripsi terhadap berbagai rujukan ilmiah yang berhubungan dengan: terapan ilmu psikologi sosial dalam konteks pemecahan masalah-masalah perilaku sosial. Buku ini diperuntukkan untuk komunitas psikologi sosial, ilmu-ilmu sosial, pemerhati masalah-masalah perilaku sosial, dan praktisi pemecahan masalah-masalah perilaku sosial.

Psikologi Sosial Terapan ( Untuk Memecahkan Masalah Perilaku Sosial)

https://www.gramedia.com/products/z1-sdmi-klv-tema-6-panasperpindahannya-k13-rev-2017?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Perbedaan Perilaku Impulsif dan Kompulsif

Perilaku impulsif dan kompulsif memiliki kemiripan. Namun, mereka memiliki benang tipis pembeda. Grameds dapat menyimak perbedaan antara perilaku impulsif dan kompulsif yang telah dirangkum dari laman primayahospital.com berikut ini.

1. Perilaku Impulsif

Perilaku impulsif adalah perilaku yang bersifat cepat bertindak secara tiba-tiba sesuai dengan gerak hati. Sehingga, jika perilaku seseorang yang tiba-tiba berubah, di luar rencana, atau sebuah sikap yang tidak didukung oleh alasan yang kuat.

Pada umumnya, sikapnya termasuk ke dalam irasional. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan bahwa individu tersebut termasuk pribadi impulsive. Ciri pribadi impulsif adalah jika berbicara seringkali tidak disertai alasan-alasan atau penalaran-penalaran yang logis.

2. Perilaku Kompulsif

Perilaku kompulsif merupakan suatu gangguan kecemasan (anxeietas) yang mana pikiran dikuasai atau dipenuhi dengan pikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan. Sehingga, membuat individu tersebut dipaksa untuk terus-menerus mengulang tindakan tertentu yang menyebabkan distress yang signifikan dan berpotensi mengganggu keberfungsian sehari-hari.

Seorang psikolog, Dani menyatakan bahwa seseorang dapat melakukan pengulangan suatu tindakan, fisik, atau mental yang luar biasa tinggi. Hal ini yang menyebabkan orang tersebut akan mengalami gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder).

Sebagai contoh, seseorang mungkin merasakan kompulsi untuk terus mencuci tangan atau mengecek kunci pagar secara berulang. Hal ini juga ditandai dengan kegelisahan seseorang untuk melakukan sesuatu dan bersifat impulsif. Yang mana ketika melakukan hal-hal tersebut akan membuat kecemasannya berkurang. Gangguan ini dapat terjadi pada setiap gender.

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla