Ekonomi

Pengertian Bank Sentral: Sejarah, Tugas, Wewenang, serta Peranannya

pengertian bank sentral
Written by Rosyda

Pengertian Bank Sentral – Dalam arti sebenarnya, bank sentral adalah sebuah instansi maupun sebuah lembaga keuangan yang bertanggung jawab suatu kebijakan moneter serta menciptakan tingkat aktivitas ekonomi yang stabil pada suatu negara.

Bank sentral menjadi sebuah lembaga yang sudah dimiliki oleh para pihak swasta pada suatu pemerintah negara, memiliki tanggung jawab atas stabilitas mata uang, menjaga tingkat inflasi, stabilitas sektor perbankan, serta seluruh sistem keuangan pada sebuah negara.

Peran bank sentral di Indonesia sendiri sementara diserahkan dalam Bank Indonesia. Dikutip banyak sumber, adapun tugas Bank Sentral atau pun di indonesia sendiri yaitu secara singkatnya Bank Indonesia yakni membuat serta menjalankan Kebijakan Moneter, untuk mengendalikan jumlah uang yang berjalan di masyarakat sehingga harga pada barang serta jasa didapat masyarakat terkendali.

Kemudian dalam mengatur serta untuk menjaga kelancaran pada  sebuah sistem pembayaran, sistem pembayaran yang diatur menjadi sebuah sistem pembayaran tunai serta dalam nontunai. Bank sentral bertanggung jawab dalam kesepakatan, menciptakan sebuah aturan, standar serta dengan sesuai prosedur yang sudah digunakan dalam peredaran uang di masyarakat.

 

Pengertian Bank Sentral

Bank sentral sendiri yang secara umum yang memiliki pengertian sebuah instansi yang memiliki banyak tanggung jawab atas kebijakan moneter sebuah wilayah negara. Bank sentral mempunyai sebuah peran untuk menjaga stabilitas harga maupun nilai mata uang yang telah berlaku pada negara tersebut, yang banyak dikenal dengan istilah inflasi.

Bank sentral wajib menjaga agar tingkat inflasi terkendali serta selalu dalam nilai serendah mungkin maupun pada posisi optimal untuk perekonomian, dengan bentuk mengontrol keseimbangan pada jumlah barang serta uang. Apabila dalam jumlah uang yang telah beredar terlalu banyak, bank sentral juga telah berhak menggunakan sebuah otoritas yang dimilikinya.

Di Indonesia sendiri, fungsi dari sebuah bank sentral  oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia merupakan sebuah lembaga negara yang independen, bebas dari urusan Pemerintah maupun pihak lain, kecuali pada hal-hal yang secara tegas serta diatur pada undang-undang.

Fungsi bank sentral di indonesia ini dilaksanakan oleh Bank Indonesia. Peran serta tugas Bank Indonesia yang sebagai bank sentral sudah mengalami merupakan evolusi yang cukup panjang dari yang berawal sebagai bank sirkulasi, kemudian pernah menjadi sebuah agen dalam pembangunan dari pemerintah, dan terakhir pada tahun 1999 telah menjadi sebuah lembaga yang independen dengan tujuan tunggal yaitu untuk mencapai kestabilan nilai Rupiah.

 

Sejarah Bank Sentral

Pada sebuah negara, tingkat sebuah stabilitas ekonomi sangat amat tergantung dari nilai mata uang yang sudah berlaku. Pada usaha menjaga tingkat kestabilan mata uangnya, maka akan lahirlah sebuah lembaga yang sudah dikenal dengan nama bank sentral. Akhir-akhir ini , peran bank sentral dalam Indonesia sendiri diserahkan pada Bank Indonesia atau disebut dengan BI. Namun ternyata, bank yang telah memiliki peran sebagai sebuah bank sentral di Indonesia bukan hanya BI saja.

Dalam perjalanannya, tercatat tiga bank yang sudah pernah menjadi bank sentral dalam negara ini, yaitu Bank Nasional Indonesia (BNI), De Javasche Bank, serta BI. Ketiganya memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga tingkat stabilitas mata uang di zaman penjajahan, kemerdekaan hingga sekarang.

 

De Javasche Bank: Bank Sentral Pertama di Indonesia

De Javasche Bank merupakan sebuah bank sentral pertama di Indonesia. Lembaga ini dibangun pada tahun 1929 di masa pemerintahan Hindia Belanda yang dipimpin Raja Willem 1. Lokasinya tepat di Jakarta. De Javasche Bank melakukan ekspansi besar dengan membangun cabangnya di daerah Sumatra, Sulawesi, Semarang, Surabaya, Kalimantan, dan bahkan hingga di New York.

Fungsinya yaitu berusaha untuk mencetak serta mendistribusikan uang kertas pada wilayah jajahan Hindia Belanda. Mata uang yang disebarkan pada masa tersebut merupakan gulden Belanda. Bank yang telah didirikan dengan badan hukum PT maupun pada saat itu disebut dengan Naamloze Vennootschap, sangat memiliki peran penting untuk menjaga sirkulasi mata uang. Begitu pun dalam kegiatan perdagangan internasional di masa itu sudah tinggi.

 

Kamu bisa mempelajari tentang K Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia, Fragmen Sejarah Bank Sentral Di Indonesia
karya Erwien Kusuma

Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia, Fragmen Sejarah Bank Sentral di Indonesia: Erwien Kusuma

Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia, Fragmen Sejarah Bank Sentral di Indonesia: Erwien Kusuma

beli sekarang

BNI 46:  Bank Sentral yang Menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI)

Banyak masyarakat awam yang menyatakan bahwa Bank Indonesia merupakan bank sentral yang dimiliki oleh Indonesia setelah masa kemerdekaan Indonesia dicetuskan. Anggapan ini merupakan hal yang salah. Jika kita melihat fakta, bahwa BI sendiri baru berdiri pada tahun 1953. Pada awal kemerdekaan Indonesia, lembaga perbankan yang telah memiliki peran penting untuk menjaga kestabilan mata uang yaitu Bank Nasional Indonesia 46 atau disebut dengan BNI 46.

Dengan penetapan BNI 46 ini sebagai bank sentral Indonesia adalah berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946 yang saat itu dibuat pada tanggal 5 Juli 1946. Dalam perkembangannya, BNI menjadi sebuah lembaga finansial yang pada saat itu menerbitkan Oeang Republik Indonesia maupun disebut dengan ORI yang dikenal dengan mata uang pertama yang telah di terbitkan oleh Indonesia.

Proses percetakan serta juga perdasaran ORI yang dijalankan oleh BNI 46 ini berjalan dari tanggal 30 Oktober tahun 1946. Dengan adanya ORI, maka uang yang telah diterbitkan oleh pihak Jepang maupun De Javasche Bank sudah tidak bisa berlaku lagi. ORI dicetak dengan bentuk uang kertas yang sudah ditandatangani langsung oleh Menteri Keuangan.

Namun, peran BNI sendiri sebagai bank sentral saat itu tidak berjalan lama. Alasannya utamanya yaitu BNI 46 memiliki aset yang terbatas. Peredaran ORI saat itu tertulis tidak bisa dijalankan secara maksimal serta juga tidak dapat tersebar pada seluruh daerah Indonesia. Sehingga, peran bank sentral di Indonesia dialihkan kembali kepada pihak De Javasche Bank di tahun 1949.

 

Nasionalisasi De Javasche Bank dan BI Dipilih sebagai Bank Sentral

Di bulan Desember tahun 1951 ini, Pemerintah Indonesia sudah menggenggam kebijakan untuk menasionalkan De Javasche Bank yang kemudian ditandai dengan UU Nomor 24 pada Tahun 1951 yang memiliki kaitan dengan nasionalisasi De Javasche Bank NV. Selain itu, awal bulan Juli tahun 1953, Pemerintah Indonesia telah membangun Bank Indonesia serta menjadikannya sebagai bank sentral Indonesia.

Dalam perjalanan kali ini, BI mempunyai sebuah tugas serta peran yang sama dengan De Javasche Bank, yaitu bertugas sebagai lembaga perbankan, mengatur moneter, serta mengatur sistem pembayaran di Indonesia.

Selanjutnya, tugas serta fungsi BI mulai berkurang pada tahun 1968. Hal tersebut ditandai dengan adanya UU Bank sentral pada tahun 1968 yang berisi bahwa BI tidak akan lagi menjalankan perannya menjadi bank komersial, namun akan bertugas menjadi sebuah agen pembangunan pada usaha meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Namun, pada tahun 1999 BI mendapatkan peranannya kembali sebagai bank sentral dengan diterbitkannya UU Nomor 23 Tahun 1999. Dengan UU tersebut, maka peran BI untuk menjaga serta memelihara stabilitas nilai rupiah kembali digenggam. Kemudian, peran BI akan bertambah dalam tujuan memperkuat pemerintahan Indonesia dengan diciptakannya amandemen tahun 2004.

Banyak peranan itu telah dipegang oleh Bank Indonesia hingga sekarang. Dalam menjalankan perannya, BI singkatnya memiliki tiga tugas utama, menetapkan dan menjalankan kebijakan moneter, menjaga kelancaran pada sistem pembayaran, dan juga menjaga tingkat kestabilan sistem keuangan di Indonesia.

 

Tugas Bank Sentral

Seperti yang telah disebutkan, Bank Indonesia sendiri mempunyai tugas serta tanggung jawabnya sendiri yang harus dijalankan dengan baik, menetapkan serta menjalankan kebijakan moneter, menjaga kelancaran sebuah sistem pembayaran, dan menjaga tingkat kestabilan sistem keuangan di Indonesia. Berdasarkan pengertian dari bank sentral itu , dibawah ini merupakan penjelasan lengkap tugas dari bank sentral:

1. Menetapkan serta Melaksanakan Kebijakan Moneter

Ditetapkannya kewajiban moneter harus dijalankan, untuk menjaga peredaran jumlah mata uang yang ada pada masyarakat, maka seluruh harga produk barang serta jasa dapat dijaga serta dikendalikan.

Dalam Kebijakan moneter tersebut perlu dijalankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. sehingga, pihak BI harus bekerjasama dengan pihak pemerintah yang mana seluruh kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan kebijakan fiskal serta beberapa kebijakan ekonomi lainnya.

 

2. Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Makna dari sebuah sistem pembayaran ini merupakan sebuah sistem pembayaran tunai serta non tunai. Bank Indonesia memiliki peran penuh saat mengeluarkan aturan, standar, kesepakatan serta tata cara untuk digunakan dalam mengatur peredaran uang.

 

3. Mengatur dan Mengawasi Perbankan

BI perlu melakukan pengawasan makroprudensial yang berguna untuk menjaga kestabilan sebuah sistem keuangan yang berlaku di Indonesia. Kebijakan makroprudensial ini adalah sebuah kebijakan yang telah disusun untuk bisa memberikan batasan dengan risiko serta biaya krisis yang sistemik, supaya tetap dapat menjaga keseimbangan sebuah sistem keuangan di Indonesia.

 

Kamu bisa mempelajari tentang K Dari De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia, Fragmen Sejarah Bank Sentral Di Indonesia
karya Erwien Kusuma

Perjuangan Mendirikan Bank Sentral Republik Indonesia: Bank Indonesia

Perjuangan Mendirikan Bank Sentral Republik Indonesia: Bank Indonesia

beli sekarang

 

Wewenang Bank Sentral

BI yang berperan sebagai bank sentral di Indonesia memiliki wewenang khusus yang telah diatur UU Republik Indonesia, yaitu :

1. Kewenangan Membuat Kebijakan Moneter

Bank Indonesia perlu menentukan serta menetapkan dengan tingkat diskonto, perlu membuat kebijakan pembiayaan maupun kredit. Bank Indonesia pun harus bisa menetapkan serta menentukan target moneter dengan menentukan tingkat inflasi yang terjadi di Indonesia pada tiap tahunnya.

BI pun juga memiliki wewenang yang sangat penting pada mengendalikan moneter dengan tidak membatasi kegiatan pasar terbuka.

2. Kewenangan Mengatur Sistem Pembayaran

Bank Indonesia memiliki tiga dasar wewenang. Pertama, BI memiliki sebuah wewenang untuk menentukan serta menetapkan dalam penggunaan alat pembayaran. Kedua, membuat dan memberikan persetujuan izin untuk menyelenggarakan sistem pembayaran. Terakhir, unutk mengawasi penyelenggaraan pada sistem pembayaran.

3. Kewenangan Mengatur dan Mengawasi Perbankan

Kemudian, Bank Indonesia sebagai bank sentral tentunya memiliki empat wewenang utama. Pertama, untuk memiliki wewenang dalam membuat juga untuk menetapkan sebuah kebijakan yang terkait pelaksanaan perbankan yang sudah berlaku pada Indonesia. Kedua, berwenang untuk memberikan sanksi dengan pihak yang sudah melanggar kebijakan, sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan UU.

Yang ketiga, berwenang untuk memberikan ataupun mencabut izin pada kelembagaan serta dalam kegiatan usaha bank. Yang terakhir, BI juga berwenang dalam mengawasi dengan berbagai macam kegiatan bank konvensional, pada sistem perbankan ataupun secara individu.

 

Peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral

Pertanyaannya, bagaimana peranan dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia ini memiliki lima buah peran utama untuk menjaga stabilitas pada sistem keuangan.

Kelima peran tersebut yang mencakup kebijakan serta instrumen untuk menjaga stabilitas pada sebuah sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia ini memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui sebuah instrumen suku bunga pada operasi pasar terbuka. Bank Indonesia sendiri dituntut untuk dapat menetapkan kebijakan moneter dengan berimbang serta tepat. Hal ini mengingat kembali pada gangguan stabilitas moneter mempunyai dampak langsung pada berbagai macam aspek ekonomi.

Untuk kebijakan moneter sendiri, dengan penerapan suku bunga yang sudah terlalu ketat, akan bersifat mematikan banyak sekali kegiatan ekonomi, begitupun sebaliknya. Maka dari itu, untuk dapat menciptakan sebuah stabilitas moneter, BI sudah menerapkan kebijakan yang disebut sebagai inflation targeting framework.

Peranan yang ke kedua, Bank Indonesia sendiri memiliki peran penting atau vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya dalam perbankan. Penciptaan dari sebuah kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan dengan mekanisme pengawasan serta regulasi. Seperti halnya pada negara lainnya, sektor perbankan ini memiliki bagian yang dominan pada sebuah sistem keuangan. Sehingga, kegagalan dalam sektor ini bisa menimbulkan ketidakstabilan pada keuangan serta mengganggu perekonomian.

Untuk dapat mencegah terjadinya dalam kegagalan tersebut, sistem pengawasan serta kebijakan perbankan yang efektif harus ditegakkan. Selain itu juga, disiplin pasar melalui kewenangan pada pengawasan serta pembuat kebijakan dan penegakan hukum (law enforcement) harus terus dijalankan. Bukti yang menunjukkan dalam negara-negara yang menjalani sebuah disiplin pasar, yang memiliki konsep stabilitas dalam sistem keuangan yang kokoh atau kuat.

Sementara itu, dalam upaya penegakan hukum dimaknai untuk dapat melindungi perbankan serta stakeholder sekaligus mendorong kepercayaan pada sistem keuangan. Untuk bisa menciptakan stabilitas dalam sektor perbankan yang berkelanjutan, BI sudah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia serta rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia telah memiliki sebuah kewenangan dalam mengatur serta menjaga kelancaran pada sistem pembayaran. Bila terjadi peristiwa gagal dalam pembayaran (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan melahirkan risiko potensial yang serius dan bahkan mengganggu sebuah kelancaran dalam sistem pembayaran. Kegagalan tersebut pada akhirnya menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan sebuah gangguan yang sistemik. Bank Indonesia juga mengembangkan mekanisme serta pengaturan yang bertujuan mengurangi risiko dalam sebuah sistem pembayaran yang kian meningkat.

Yaitu dengan menetapkan sistem pembayaran yang real time serta telah dikenal dengan nama sebutan sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang bisa lebih meningkatkan keamanan serta kecepatan pada sistem pembayaran. Sebagai otoritas pada sistem pembayaran, BI sendiri pun memiliki informasi serta keahlian dalam mengidentifikasi risiko potensial pada sistem pembayarannya.

Kemudian yang keempat, dengan fungsinya pada riset serta pemantauan, Bank Indonesia bisa mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memantau kerentanan sektor keuangan serta mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang bisa berdampak pada stabilitas sistem keuangan.

Melalui riset, Bank Indonesia bisa mengembangkan instrumen serta indikator yang macroprudential untuk bisa mendeteksi kerentanan dalam sektor keuangan. Hasil riset serta pemantauan tersebut, selanjutnya dapat menjadi sebuah rekomendasi untuk otoritas terkait dalam memilih langkah-langkah yang tepat untuk bisa meredam gangguan pada sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi untuk sebagai jaring pengaman pada sistem keuangan melalui fungsi bank sentral, lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR sendiri adalah peran tradisional Bank Indonesia yang sebagai bank sentral pada mengelola krisis guna untuk menghindari terjadinya ketidakstabilan pada sistem keuangan.

Fungsinya untuk sebagai LoLR yang mencakup pada penyediaan likuiditas dalam kondisi normal maupun dalam krisis. Fungsi tersebut pun hanya diberikan pada bank yang telah menghadapi masalah likuiditas dan tentunya berpotensi akan terjadi dampak krisis yang sudah bersifat sistemik.

Pada kondisi normal, dalam fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang telah mengalami kesulitan likuiditas temporer sehingga masih memiliki kemampuan untuk dapat membayar kembali. Untuk menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia wajib menghindari terjadinya moral hazard. Maka dari itu, pertimbangan risiko sistemik serta dalam persyaratan yang ketat harus diterapkan penyediaan likuiditas tersebut.

 

Kamu bisa mempelajari tentang Kebijakan Bank Sentral : Teori & Praktik
karya Perry Warjiyo, Solikin M. Juhro

Kebijakan Bank Sentral : Teori & Praktik: Perry Warjiyo, Solikin M. Juhro

Kebijakan Bank Sentral : Teori & Praktik: Perry Warjiyo, Solikin M. Juhro

beli sekarang

Demikian penjelasan mengenai pengertian bank sentral, lengkap tertulis dengan tujuan, tugas serta wewenangnya pada melakukan seluruh tanggung jawab yang dimilikinya. Dalam pembahasan ini amat penting untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta wawasan kita terkait dengan bank sentral, terlebih lagi bila perusahaan kita saat ini dapat berhubungan dengan bank-bank konvensional yang berada pada kendali bank sentral.

Terimakasih sudah membaca artikel berjudul “Pengertian Bank Sentral”, selanjutnya baca juga artikel berikut ini :

About the author

Rosyda

Saya adalah Fauziyah dan menulis adalah bagian dari aktivitas saya, karena menulis menjadi salah satu hal yang menarik. Sesuai dengan latar pendidikan saya, tema yang saya suka seputar ekonomi dan manajemen.

Kontak media sosial Instagram saya Rosyda Nur Fauziyah