in

7 Tarian Daerah Papua: Jenis-Jenis dan Penjelasannya

pexels.com

Tarian Daerah Papua – Papua merupakan salah satu wilayah di Nusantara yang kaya akan budaya dan warisan leluhurnya. Salah satunya adalah tari tradisional khas Papua yang sering kali digunakan dalam upacara adat. Tarian daerah Papua adalah salah satu aset bangsa pada bidang kesenian di Nusantara. Apabila dibandingkan dengan tari tradisional dari daerah lainnya, tarian daerah Papua memiliki ciri khas yang membuat tari tradisional Papua unik.

Selain itu, tarian daerah Papua memiliki makna di baliknya yang berkaitan erat dengan kehidupan sehar-hari dari masyarakatnya yaitu dengan mengekspresikan emosi serta kebudayaan lokal. Tari tradisional Papua tidak hanya tarian belaka, akan tetapi juga dapat dikatakan sebagai jati diri masyarakat yang harus dipahami. Agar Grameds bisa ikut menghargai dan tentu menambah wawasan mengenai tarian daerah Papua, berikut beberapa tari tradisional Papua yang bisa Grameds pelajari.

Tarian Daerah Papua

1. Tari Soanggi

Tarian Daerah Papua
Wikipedia

Tarian daerah Papua yang pertama ialah tari Soanggi. Tarian ini merupakan tarian adat yang berasal dari daerah pantai Teluk Cendrawasih, Kabupaten Waropen, Provinsi Papua Barat.

Eksistensi awal dari tari Soanggi tidak ditemukan secara jelas hingga sekarang, namun tari Soanggi adalah salah satu bentuk dari ekspresi masyarakat Papua Barat yang masih kental dengan nuansa-nuansa magis.

Tari Soanggi disebutkan berawal dari sebuah kisah seorang suami yang ditinggal mati oleh sang istri karena diserang oleh makhluk dengan nama anggi-anggi atau soanggi (jadi-jadian). Di Jawa, makhluk soanggi ini disebut sebagai memedi.

Menurut kepercayaan dari warga sekitar, soanggai adalah roh jahat yang belum mendapatkan rasa nyaman di alam baka, tempat ia seharusnya berada. Roh jahat tersebut pada umumnya akan datang serta merasuki tubuh dari seorang perempuan.

Lalu, apabila korbannya telah diserang, para kepala suku akan segera mencari tahu soanggi yang telah mencelakai korban sebagai suatu upaya dari pencegahan agar tidak muncul korban lainnya.

Kentalnya nuansa magis tersebut, lalu direalisasikan menjadi tarian Soanggi yang kemudian dikenal sebagai pimpinan dengan senjata perisai serta parang. Mereka akan mengenakan pakaian rumbai sebagai penutup badan bagian bawahnya.

Tarian ini menggambarkan mengenai perang yang terjadi di antara para penduduk yang bersenjatakan busur serta anak panah dengan seekor soanggi. Dalam perang tersebut, soanggi dapat menjadi pihak yang memenangkan pertarungan.

Gerakan dari tari Soanggi berfungsi untuk dapat mengusir roh jahat yang masih terikat janji dan janjinya belum dipenuhi. Setiap gerakan dari tarian ini dilakukan lebih menyerupai aktivitas dari seorang dukun atau seseorang dengan kekuatan magis yang dapat menyembuhkan suatu penyakit.

Busana dari para penari Soanggi adalah pakaian tradisional Papua Barat. Ada pula iringan dari tari Soanggi adalah menggunakan alat musik tifa serta terompet kerang. Selain iringan dengan alat musik, tarian tradisional juga diiringi dengan nyanyian oleh para penarinya.

Tari Soanggi ini hanyalah dipentaskan ketika ada seorang warga yang meninggal dunia dan bukan sebagai tari pertunjukan umum atau sebagai tari pentas seni.

Tarian Daerah Papua

2. Tari Awaijale Rilejale

Tarian Daerah Papua
Wikipedia

Tari Awaijale Rilejale merupakan tarian daerah Papua yang berasal dari masyarakat suku Sentani yang tinggal di sekitar daerah Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

Tarian daerah Papua satu ini menggambarkan mengenai keindahan dari alam Danau Sentani ketika memasuki waktu senja, ketika warga lokal pulang dari bekerja dengan menaiki perahu.

Tari Awaijale Rilejale ditarikan oleh sekelompok penari laki-laki serta perempuan. Ketika membawakan tari Awaijale Rilejale, para penari akan mengenakan pakaian adat yang disebut sebagai Pea Malo.

Pakaian adat tersebut terbuat dari serat pohon genemo, daun sagu, kulit kayu dan dilengkapi pula dengan perhiasan hamboni atau kalung manik-manik.

3. Tari Sajojo

Tarian Daerah Papua
makassar-kompas.com

Tari Sajojo adalah salah satu tarian daerah Papua yang sudah cukup terkenal. Tari Sajojo sering ditampilkan di berbagai kesempatan dan acara, baik itu acara hiburan, adat maupun budaya.

Pera penari Sajojo biasanya akan menampilkan tarian Sajojo dengan diiringi oleh lagu dengan judul Sajojo. Lagu tersebut adalah lagu daerah Papua yang menceritakan mengenai kisah dari seorang gadis yang diidolakan serta dicintai di kampung tempat tinggalnya.

Gerakan dalam tari Sajojo sangatlah khas serta enerjik, sehingga tari Sajojo ini menggambarkan mengenai perasaan ceria dari para penarinya. Gerakan tersebut pada umumnya didominasi oleh gerakan kaki serta tangan yang dimainkan sesuai dengan ritme serta irama lagu.

Tarian Sajojo pada umumnya dimulai dari kaki kiri dengan iringan musik serta memiliki irama yang khas, menghentak dan memiliki nuansa gembira.

4. Tari Aluyen

Tarian Daerah Papua
Wikipedia

Tari Aluyen merupakan tarian daerah Papua yang berasal dari daerah Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Penyebutan istilah tari Aluyen berasal dari dua suku kata yaitu kata alu yang artinya adalah lagu serta yen yang artinya adalah dinyanyikan.

Secara keseluruhan, tari Aluyen ini memiliki arti lagu yang dinyanyikan. Eksistensi awal dari tari Aluyen telah ada sejak Indonesia masih dalam masa penjajahan dan belum merdekan. Tari Aluyen adalah tari tradisional yang umumnya dipentaskan sebagai bagian dari upacara adat yaitu ketika ada seorang warga yang membangun rumah baru atau membuka kebun baru.

Tarian ini dapat dipentaskan pada malam atau siang hari. Akan tetapi, apabila diadakan di dalam rumah adat, maka pertunjukannya dapat berlangsung selama 1 atau bahkan 2 bulan lamanya.

Tari tradisional satu ini dipentaskan oleh para penari laki-laki serta perempuan dan ada satu penari yang bertindak sebagai pimpinan. Pemimpin dari tari Aluyen akan berdiri di depan para penari yang lain, lalu di belakangnya diikuti oleh para penari perempuan serta laki-laki dengan dua baris memanjang ke arah belakang.

Secara umum, gerakan dasar dari tari Aluyen adalah gaya berjalan kaki bebas yang mengikuti irama dengan diiringi oleh goyang pinggul. Dalam bahasa setempat, goyang pinggul disebut sebagai awlete yang artinya adalah gerak goyang pinggul.

Busana yang dikenakan oleh para penari Aluyen dinamakan dengan kamlanan yaitu busana dari sejenis kain khas dari daerah setempat. Hingga saat ini, ragam busana tari Aluyen serta aksesorisnya tidak banyak berubah, baik busan penari laki-laki atau perempuan.

Aksesoris yang digunakan oleh para penari meliputi gelang yang terbuat dari manik-manik atau li, saika atau gelang perak, medik atau gelang yang terbuat dari jenis tali tertentu serta eme yaitu sebuah perhiasan dari daun pandang dengan warna kuning atau merah.

Tarian Daerah Papua

5. Tari Det Pok Mbui

Tarian Daerah Papua
Wikipedia

Tarian daerah Papua selanjutnya adalah tari Det Pok Mbui yaitu tarian tradisional yang berasal dari tiga kecamatan di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua yaitu Agats, Sauwa Ema serta Pirimapun.

Kemunculan awal dari tari Det Pok Mbui telah ada sejak Indonesia belum merdeka. Penyebutan tari tradisional yaitu Det Pok Mbui berasal dari dua suku kata yaitu kata det yang artinya adalah topeng yang mirip setan dan pok mbui yang artinya adalah pesta atau sebuah upacara. Maka arti kata dari Det Pok Mbui adalah upacara topeng setan.

Tarian tradisional ini dipentaskan oleh sekelompok penari laki-laki serta penari perempuan dan dipentaskan pada siang ataupun sore hari setelah melakukan panen mencari sagu. Pentas tari Det Pok Mbui dilakukan selama kurang lebih 2 hingga 4 jam.

Pada umumnya, tari Det Pok Mbui ini dipentaskan di tepi sungai dikarenakan ada adegan menaiki perahu. Susunan dari tari Det Pok Mbui adalah ketua adat ataupun pimpinan upacara yang berdiri di tengah arena, lalu ketua adat tersebut memanggil para penari dengan menggunakan fu ataupun tifa sebagai suatu penanda bahwa tarian akan segera dimulai. Para penari atau peserta upacara adat kemudian akan berkumpul di dalam pentas.

Iringan dari tari Det Pok Mbui menggunakan alat musik berupa tifa dan gu, sementara itu lagu pengiring yang digunakan adalah jipai so atau setan atau roh halus, untuk gerakan dari tari ini meliputi jiwi ndil atau gerak pinggul, a ndi atau gerak pantat dan terakhir gerak ban ndi atau gerak anggota tubuh.

Ketika mementaskan tari Det Pok Mbui, para penari akan menghias wajah serta tubuhnya dengan menggunakan arang serta kapur. Busana yang dikenakan oleh para penari laki-laki adalah berupa rok yang terbuat dari bulu burung kasuari, sementara itu para penari perempuan menggunakan busana dari rok rumput dengan nama awer.

Aksesoris yang digunakan oleh para penari meliputi gelang kaki, gelang tangan serta gelang lengan. Sementara itu, bagian leher para penari akan dihiasi oleh kalung yang terbuat dari gigi anjing, taring babi ataupun manik-manik.

6. Tari Afaitaneng

Tarian Daerah Papua
Wikipedia

Tari Afaitaneng merupakan sebuah tarian daerah tradisional yang berasal dari daerah di Distrik Kepulauan Ambai, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua Barat. Eksistensi dari awal tarian ini telah ada sejak Indonesia belum merdeka, sama seperti kebanyakan dari tarian daerah Papua yang lainnya.

Tarian Afaitaneng satu ini termasuk dalam tarian tradisional yang berkaitan dengan sikap kepahlawanan. Penyebutan dari nama tari Afaitaneng berasal dari dua suku kata yaitu afai yang artinya adalah panah serta kata taneng yang artinya adalah milik. Maka secara keseluruhan, tari Afaitaneng dapat diartikan sebagai anak panah milik kami.

Pada umumnya, tari Afaitaneng dipentaskan selama satu malam penuh ketika sore hari atau pada malam hari setelah peperangan. Tarian ini menggambarkan mengenai kehebatan, kemenangan serta kekuatan dari rombongan perang yang melawan musuh dengan senjata berupa busur serta panah.

Seperti kebanyak tarian daerah Papua yang lain, tari Afaitaneng dipentaskan secara berkelompok oleh para penari laki-laki dan perempuan dengan membentuk sebuah formasi lingkaran ataupun barisan.

Susunan dari tari Afaitaneng adalah dibagi menjadi tiga bagian yaitu sekelompok para penari perempuan yang sedang meratapi mayat seorang budak pada permulaan tari, sekelompok penari laki-laki yang menunjukan kehebatannya dalam memanah di bagian kedua pementasan dan sekelompok penari laki-laki serta perempuan yang sedang merayakan kemenangan usai menang melawan musuh di bagian ketiga.

Busana yang dikenakan oleh para penari Afaitaneng adalah busana tradisional yang disebut sebagai kuwai atau cawat. Busana tersebut dihiasi oleh manik-manik serta perhiasan gelang tangan.

Para penari juga akan membawa sebuah aksesoris tambahan berupa afai atau panah serta umbee atau parang. Ada pula iringan dari tari Afaitaneng adalah dengan menggunakan alat musik tifa atau fikinotu, tibura atau triton. Sementara itu, lagu pengiring yang dinyanyikan adalah nimasae.

7. Tari Aniri

Tarian daerah Papua selanjutnya adalah tari Aniri yang berasal dari daerah Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Eksistensi atau kemunculan awal dari tari aniri telah ada sejak zaman Indonesia belum merdeka. Tarian Aniri ini diciptakan oleh Imayu dan memiliki sifat sakral atau magis, sehingga tari Aniri tidak dapat ditarikan atau dipentaskan oleh sembarang orang.

Aniri menggambarkan kisah pembebasan dari seorang anak yang mengalami gangguan setan usai ditelantarkan oleh kedua orang tuanya yang pergi meninggalkannya ke dusun.

Tarian ini ditarikan secara berkelompok oleh para penari laki-laki serta perempuan dan ditarikan pada sore atau pada malam hari. Susunan dari tari Aniri dibagi menjadi empat bagian, di antaranya adalah orang tua pada bagian pertama, anak kecil yang tinggal sendiri di rumah sebagai bagian kedua, setang datang ke rumah anak kecil dan anak tersebut dijadikan anaknya pada bagian ketiga dan orang yang datang mencari sang anak pada bagian terakhir.

Usai kedua orang tua dan sang anak bertemu, akhirnya sang anak pun berhasil terbebas dari kuasa setan. Mereka kemudian mengikuti para pembebas. Dalam pementasan tari Aniri ini, setidaknya ada gerakan khusus yang menjadi pembeda dari tarian adat dari Papua yang lain.

Ketiga gerakan tersebut adalah wae ndi atau gerakan yang melindungi anak dari segala gangguan setan, gerakan aniri ndi atau gerakan yang menggambarkan memberi makan setan, agar setan tersebut mau melepaskan sang anak serta gerakan wapa yaitu gerakan yang menjadi proses dari pembebasan anak dari kekuasaan setan.

Busana yang dikenakan oleh para penari disebut sebagai tauri serta rogoi yang terbuat dari daun sagu dan dihiasi oleh bulu burung kasuari, cendrawasih dan kakak tua putih.

Ada pula tata rias yang bisa digunakan adalah kapur dan tanah yang memiliki warna merah. Tarian ini umumnya menggunakan iringan alat musik tifa dengan nyanyian pengiring lagu yang dinyanyikan berupa awito tuo.

Dikarenakan tari Aniri merupakan tari daerah Papua yang memiliki nilai magis, maka tarian ini biasanya tidak dipentaskan sebagai tari hiburan.

Meskipun begitu, masih ada banyak tarian daerah Papua yang kini mulai mengalami pergeseran fungsi. Dari yang dahulu berfungsi sebagai tari pelengkap upacara adat, kemudian menjadi tari sambutan dan hiburan. Oleh sebab itu, para wisatawan yang datang dapat menyaksikan tarian daerah Papua tersebut tanpa perlu menunggu momen-momen khusus. Salah satu contohnya adalah tari Sajojo yang cukup terkenal dan kini berfungsi sebagai tarian sambutan untuk menyambut tamu yang datang ke Papua.

senandung cinta di lembah papua

Demikianlah penjelasan mengenai tarian daerah Papua yang harus Grameds pelajari untuk menambah wawasan dan tentunya ikut berperan dalam pelestarian budaya Nusantara.

Bagi Grameds yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang tarian daerah Papua, atau budaya tentang Papua, maka Grameds bisa mencari dan mempelajari materi terkait lebih lanjut dengan membaca buku.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan berbagai macam buku original dan berkualitas untuk Grameds. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Jadi tunggu apa lagi? Segera beli dan dapatkan bukunya sekarang juga!

Penulis: Khansa

BACA JUGA:

  1. 15 Contoh Tari Tunggal dan Unsur Utama dari Seni Tari 
  2. Seni Tari Kontemporer: Pengertian, Ciri, Tujuan, dan Contohnya 
  3. Seni Tari: Pengertian, Unsur-Unsur, Fungsi, dan Jenis
  4. Tari Kontemporer adalah: Pengertian, Ciri-Ciri, Unsur 
  5. 25 Nama Tarian Daerah dan Asalnya 


ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Evanda

Karya saya di bidang ini mencakup berbagai artikel, e-novel, cerpen, hingga beberapa puisi yang mulai saya pelajari. Tak ketinggalan, saya juga tentunya (dan semestinya) gemar membaca, termasuk membaca berbagai sumber untuk karya tulis saya, maupun karya-karya orang lain yang menginspirasi. Saya juga sangat senang dengan dunia seni.